Sukses

3 April 2017: Bom Kereta Bawah Tanah Tewaskan 14 Orang di St. Petersburg Rusia

Pada April 2017, sebuah bom bunuh diri terjadi di kereta bawah tanah kota St Petersburg. Diduga dilakukan oleh kelompok radikal Islam, kejadian ini menewaskan 14 orang, dengan bom yang kedua berhasil dijinakkan.

Liputan6.com, St Petersburg - Hari ini, enam tahun yang lalu, sebuah ledakan terjadi di kereta metro kota St Petersburg, Rusia, dan menewaskan 14 orang.

Diidentifikasi sebagai bom bunuh diri, polisi mengatakan bahwa aksi ini dilakukan oleh seorang warga negara Rusia kelahiran Kyrgyztan.

Akbarzhon Dzhalilov, 22, diidentifikasi sebagai pelaku bom bunuh diri dan memiliki hubungan dengan Islam radikal.

Pelaku juga diketahui telah memasang bom kedua yang tidak meledak.

Dikutip dari Independent, Jumat (31/3/2023) Serangan terjadi pada Senin sore saat Presiden Vladimir Putin mengunjungi kota terbesar kedua Rusia yang juga merupakan kampung halamannya.

Badan investigasi utama negara itu mengatakan 10 korban telah teriidentifikasi pada esoknya. Namun, tes genetik masih diperlukan untuk mengidentifikasi sisanya. Dari 10 korban, tujuh darinya lahir setelah tahun 1990.

Total 49 korban lainnya dibawa ke rumah sakit, dengan beberapa di antaranya dalam kondisi yang mengancam jiwa.

Seluruh sistem kereta bawah tanah di St Petersburg, kota berpenduduk lima juta jiwa, ditutup dan dievakuasi sebelum sebagian layanan dilanjutkan enam jam kemudian.

Kereta yang baisanya ramai pada jam sibuk, pada Selasa pagi tampak sepi karena banyak warga memilih bus.

Dan sebagai tanda peningkatan situasi keamanan yang berlangsung, para wewenang menutup empat stasiun metro dengan adanya laporan susulan mengenai ancaman bom baru.

Salah satu stasiun yang ditutup adalah Stasiun Sennaya Square yang terletak di pusat kota. Tiga stasiun lainnya diumumkan tutup melalui pengumuman PA. Dalam kemudian waktu, stasiun dibuka kembali.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pelaku Bom Bunuh Diri

Pada awalnya, tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. 

Namun media Rusia memuat foto-foto Akbarzhon Dzhalilov di stasiun TV sesaat sebelum pengeboman, dan kantor berita Interfax melaporkan bahwa pihak berwenang yakin tersangka terkait dengan kelompok Islam radikal.

Komite Investigasi Rusia, badan investigasi tertinggi di negara itu, mengatakan ahli forensik juga menemukan DNA Akbarzhon Dzhalilov di tas dengan bom yang ditemukan dan dinonaktifkan di stasiun kereta bawah tanah lain di St Petersburg pada hari Senin.

Di Kyrgyzstan, Komite Negara untuk Keamanan Nasional mengonfirmasi identitas pria tersebut dan mengatakan akan membantu penyelidikan Rusia.

Berdasarkan penyelidikan lebih lanjut, media BBC menerbitkan laporan mengenai 11 orang yang bertanggung jawab atas bom bunuh diri tersebut, dan dijatuhkan hukuman mulai dari 19 tahun hingga penjara seumur hidup.

3 dari 4 halaman

Cerita Pengemudi Kereta

Ledakan hari Senin terjadi saat kereta sedang dalam perjalanan antar stasiun di salah satu jalur utara-selatan kota.

Pengemudi kereta muncul di depan wartawan pada hari Selasa, dia tampak lelah tetapi tidak terlihat terguncang oleh kejadian hari sebelumnya.

Alexander Kavernin, 50, yang telah bekerja di kereta bawah tanah selama 14 tahun, mengatakan bahwa dia mendengar suara ledakan saat keretanya berjalan, lalu menelepon keamanan dan melanjutkan perjalanan ke stasiun berikutnya sesuai petunjuk darurat.

“Saya tidak punya waktu untuk memikirkan rasa takut pada saat itu,” katanya.

Keputusan untuk tetap bergerak dipuji oleh pihak berwenang, yang mengatakan hal itu membantu upaya evakuasi dan mengurangi bahaya penumpang jika harus berjalan di sepanjang jalur listrik.

4 dari 4 halaman

Mengenang Korban

Untuk mengenang para korban pemboman di St Petersburg, Walikota Paris Anne Hidalgo memutuskan untuk menggelapkan Menara Eiffel semalaman.

Sementara, para pejabat di Berlin dikritik karena tidak mewarnai Gerbang Brandenburg dengan warna bendera Rusia, padahal kota tersebut di masa lalu telah menyalakan gerbang tersebut dengan warna berbagai negara yang mengalami serangan teror.

Dalam beberapa dekade sebelumnya, kereta api dan pesawat Rusia sudah sering menjadi sasaran serangan yang dituding dilakukan oleh militan Islam.

Pada tahun 2015, militan Negara Islam menjatuhkan sebuah pesawat Rusia yang terbang dari sebuah resor Mesir menuju ke kota St Petersburg, menewaskan semua 224 orang di dalamnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.