Sukses

AS Klaim Asal-Usul COVID-19 dari Lab China Tapi Dibantah, WHO Desak Dunia Berbagi Info

World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia telah mendesak semua negara untuk mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang asal-usul COVID-19.

Liputan6.com, Jenewa - World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia telah mendesak semua negara untuk mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang asal-usul COVID-19. Hal ini terjadi setelah klaim dari beberapa lembaga pemerintah AS bahwa kebocoran laboratorium China di balik penyakit itu dibantah keras oleh Beijing.

"Jika ada negara yang memiliki informasi tentang asal-usul pandemi, informasi tersebut harus dibagikan kepada WHO dan komunitas ilmiah internasional,” kata direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Jumat 2 Maret 2023 seperti dikutip dari The Guardian.

Sebelumnya Direktur FBI, Christopher Wray, mengatakan kepada Fox News hari Selasa 28 Februari 2023 bahwa agensinya sekarang menilai sumber pandemi COVID-19 adalah "kemungkinan besar potensi insiden laboratorium di Wuhan".

Infeksi pertama dari Virus Corona tercatat pada akhir 2019 di salah satu kota di China, yang menampung laboratorium penelitian virus. Pejabat China membantah klaim FBI, menyebutnya sebagai kampanye kotor terhadap Beijing.

Sementara Tedros menekankan bahwa WHO tidak ingin menyalahkan, tetapi ingin "memajukan pemahaman kita tentang bagaimana pandemi ini dimulai sehingga kita dapat mencegah, mempersiapkan, dan menanggapi epidemi dan pandemi di masa depan".

Dia mengatakan politisasi penelitian asal-usul virus membuat karya ilmiah lebih sulit dan akibatnya dunia menjadi kurang aman.

Pada tahun 2021, badan kesehatan PBB membentuk Scientific Advisory Group for the Origins of Novel Pathogens (Sago) untuk menyelidiki asal muasal pandemi. Namun hingga kini belum ada hasil pasti terkait asal virus tersebut.

"WHO terus meminta China untuk transparan dalam berbagi data dan untuk melakukan penyelidikan yang diperlukan dan membagikan hasilnya,” kata Tedros, menambahkan bahwa dia telah menulis dan berbicara dengan para pemimpin China pada beberapa kesempatan.

"Sampai saat itu, semua hipotesis tentang asal-usul virus tetap ada."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ada Keharusan Moral untuk Mengetahui Awal Pandemi

Komentar Direktur FBI, Christopher Wray muncul setelah sebuah laporan awal pekan ini mengatakan Departemen Energi AS telah menetapkan bahwa kebocoran laboratorium China kemungkinan besar menjadi penyebab wabah COVID-19. Namun, penilaian ini dilakukan dengan “keyakinan rendah”.

Sementara itu, badan-badan lain dalam komunitas intelijen AS meyakini virus itu muncul secara alami.

Maria Van Kerkhove, kepala teknis COVID-19 WHO, mengatakan organisasi tersebut telah menghubungi misi AS di Jenewa untuk informasi lebih lanjut.

"Namun sejauh ini, mereka tidak memiliki akses ke data yang menjadi dasar laporan AS," kata Van Kerkhove.

"Tetap penting bahwa informasi itu dibagikan", untuk membantu memajukan studi ilmiah, tambahnya.

Kepala WHO, Tedros juga mengatakan ada keharusan moral untuk mengetahui bagaimana pandemi dimulai, demi jutaan orang yang kehilangan nyawa karena COVID-19 dan mereka yang hidup dengan COVID lama.

Lebih dari 6,8 juta kematian akibat COVID-19 dan lebih dari 758 juta kasus yang dikonfirmasi telah dicatat oleh WHO. Organisasi tersebut mengakui bahwa jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi.

3 dari 3 halaman

Takut Terpapar Virus COVID-19, Wanita Ini Mengurung Diri Bareng Anak Selama 3 Tahun

Pandemi COVID-19 telah memicu ketakutan ekstrem.

Paranoia COVID-19 itu terjadi di India. Seorang wanita berusia 36 tahun dari Gurugram, memilih untuk memutuskan semua kontak dengan dunia luar sebagai satu-satunya cara untuk melindungi putranya yang saat itu berusia tujuh tahun -- saat pandemi COVID-19 melanda 2020.

Dilansir Liputan6.com dari OddityCentral, Selasa (28/2/23), wanita itu kemungkinan besar dikejutkan oleh gelombang infeksi Virus Corona dan tingkat kematian terkait COVID-19 yang melanda India pada tahun 2020.

Suami dari wanita itu juga terpaksa tinggal di dalam apartemen itu bersama mereka, tetapi ketika dia sudah mulai bekerja kembali setelah ketentuan lockdown berakhir, dia dilarang untuk kembali ke apartemennya. 

Muak terputus dari keluarganya selama bertahun-tahun, dia akhirnya mencari bantuan kepada polisi pekan lalu.

Sujan Majhi, seorang insinyur yang bekerja di Gurugram, akhirnya melaporkan kepada polisi bahwa istrinya telah terkurung dalam apartemen selama tiga tahun akibat pandemi COVID-19. Sementara dirinya sendiri terpaksa harus menyewa tempat tinggal lain karena dilarang masuk.

Selama ini selama berbulan-bulan, sang suami telah membayar tagihan, membayar sewa apartemen, dan meninggalkan bahan makanan di depan pintu.

Pada awalnya, dia masih berharap semuanya akan segera kembali normal, namun akhirnya Mahji sadar bahwa dia membutuhkan bantuan dari luar.

Sambungannya klik di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.