Sukses

20 Napi ISIS Kabur dari Penjara Suriah Pasca Gempa Turki 6 Februari 2023

Gempa Turki 6 Februari 2023 memicu pemberontakan di sebuah penjara di Turki, yang berakhir pada kaburnya 20 napi ISIS.

Liputan6.com, Ankara - Pasca gempa Turki 6 Februari 2023, setidaknya 20 tahanan melarikan diri dari penjara polisi militer di Kota Rajo, Suriah, yang dekat dengan perbatasan Turki. Sebagian besar tahanan di penjara tersebut adalah anggota kelompok teroris ISIS.

"Penjara polisi militer di Kota Rajo menampung sekitar 2000 tahanan, dengan sekitar 1.300 di antaranya diduga adalah anggota ISIS," ungkap salah seorang dari penjara kepada AFP seperti dilansir The Guardian, Selasa (7/2/2023).

Selain itu, penjara yang sama juga menampung pasukan Kurdi.

"Setelah gempa Turki terjadi, Rajo terpengaruh dan narapidana mulai memberontak dan menguasai penjara," kata pejabat di penjara Rajo, yang dikendalikan oleh faksi pro-Turki.

"Sekitar 20 tahanan melarikan diri… yang diyakini sebagai militan ISIS."

Saat ini, jumlah korban tewas akibat gempa Turki mencapai 4.372 jiwa. Kepala Layanan Bencana Turki Yunus Sezer mengatakan, terdapat 2.921 korban meninggal dan 15.834 terluka di Turki.

Di Suriah, angka kematian mencapai 1.451 orang, sementara 3.531 lainnya dilaporkan terluka. Demikian dikutip dari CNN.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemerintah Suriah: Bantuan Akan Menjangkau Seluruh Penduduk

Utusan Suriah untuk PBB Bassam Sabbagh mengatakan pada Senin bahwa bantuan yang dikirim pasca gempa akan menjangkau semua penduduk, meski sejumlah daerah di negara itu dikuasai pemberontak.

"Kami meyakinkan PBB bahwa kami siap membantu dan berkoordinasi untuk memberikan bantuan kepada semua warga Suriah di semua wilayah Suriah," kata Sabbagh usai bertemu dengan Sekjen PBB Antonio Guterres untuk menyampaikan permintaan bantuan pemerintah Suriah seperti dikutip dari The Guardian. "Kami siap membantu juga mereka yang ingin memberikan bantuan di seluruh Suriah."

Saat ini bantuan kemanusiaan di daerah yang dikuasai pemberontak biasanya datang melalui Turki, berkat mekanisme lintas batas yang dibuat pada tahun 2014 oleh resolusi Dewan Keamanan PBB. Namun, mekanisme ini ditentang oleh pemerintahan Bashar Al Assad dan sekutunya, Rusia, yang menyebut sistem itu sebagai pelanggaran kedaulatan Suriah.

Di bawah tekanan Rusia dan China, jumlah titik penyeberangan Suriah-Turki telah berkurang dari empat menjadi satu.

Disinggung tentang kemungkinan dibukanya titik-titik penyeberangan baru untuk mengatasi dampak gempa, duta besar Suriah tampak menolak gagasan tersebut pada Senin.

"Saya katakan kami siap bekerja dengan semua orang yang ingin menyediakan kebutuhan warga Suriah dari dalam Suriah," katanya pada Senin. "Akses dari dalam Suriah ada. Jadi, jika ada yang ingin membantu Suriah, mereka dapat berkoordinasi dengan pemerintah dan kami akan siap melakukannya."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.