Sukses

Penembakan Massal dan Pembakaran di Moskow Rusia Tewaskan 60 Orang, ISIS Klaim Dalangnya

Sejumlah pria bersenjata menyerang gedung konser di pinggiran Kota Moskow, menewaskan sedikitnya 60 orang dan melukai 100 lainnya, kata dinas keamanan Rusia.

Liputan6.com, Moskow - Sejumlah pria bersenjata menyerang gedung konser di pinggiran Kota Moskow, menewaskan sedikitnya 60 orang dan melukai 100 lainnya, kata dinas keamanan Rusia.

Setidaknya empat penyerang yang mengenakan perlengkapan kamuflase ikut serta dalam serangan penembakan massal tersebut, di pinggiran barat laut Krasnogorsk, menurut tayangan video yang diverifikasi BBC, dikutip Sabtu (23/3/2024).

Crocus City Hall (Balai Kota Crocus) sejatinya hendak mengadakan konser rock ketika orang-orang bersenjata menyerbu masuk ke lobi dan kemudian ke teater itu sendiri.

Sebagian besar bangunan ludes terbakar dan sebagian atapnya roboh.

Anak-anak dikatakan menjadi salah satu korban penembakan dan pembakaran tersebut, pihak Kementerian Luar Negeri Rusia mengutuk "serangan teroris" tersebut.

Menurut pernyataan online yang belum diverifikasi, kelompok militan ISIS mengklaim mereka berada di balik serangan tersebut.

Para pejabat AS mengatakan kepada CBS, layanan mitra BBC di AS, bahwa mereka telah memperoleh informasi intelijen yang menunjukkan bahwa ISIS ingin menyerang Rusia.

National Guard atau Garda Nasional Rusia mengatakan pihaknya memiliki unit khusus yang bekerja di lokasi kejadian untuk memburu para penyerang. Pejabat tinggi Rusia juga menuju ke Krasnogorsk.

Dua minggu lalu, Kedutaan Besar AS mengeluarkan peringatan kepada warga AS untuk menghindari pertemuan besar, dengan mengatakan pihaknya memantau laporan bahwa "ekstremis mempunyai rencana dalam waktu dekat untuk menargetkan pertemuan besar di Moskow". Mereka memperbarui sarannya pada Jumat (22/3) malam, mendesak warga AS untuk menghindari lokasi serangan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

6.000 Orang Lebih Berkumpul Beberapa Menit Sebelum Penembakan Massal Terjadi

Lebih dari 6.000 orang Rusia berbondong-bondong ke kompleks ritel dan konser Crocus City Hall untuk menonton konser grup rock Picnic. Seorang saksi mata mengatakan kekerasan terjadi beberapa menit sebelum band tersebut dijadwalkan tampil di panggung. Anggota band Picnic sendiri tidak terluka.

Seorang penjaga keamanan menggambarkan bagaimana para penyerang bersenjata lengkap menyerbu ke dalam serambi sambil menembakkan peluru ketika dia dan rekan-rekannya sedang bekerja di pintu masuk pusat.

"Ada tiga penjaga keamanan lainnya dan mereka bersembunyi di balik papan iklan," katanya kepada saluran telegram Rusia Baza. "Dan para penyerang itu berjarak 10m [30 kaki] dari kami - mereka mulai menembaki orang-orang di lantai dasar secara acak."

Di dalam auditorium, seorang wanita mengatakan dia dan pengunjung lainnya bergegas menuju panggung, segera setelah mereka menyadari ada tembakan. “Saya melihat seseorang di dalam ruangan dengan pistol dan terdengar suara tembakan, saya mencoba merangkak ke belakang pengeras suara,” katanya kepada TV Rusia.

Api dan kepulan asap membubung ke langit dan fasad aula terbakar ketika kaca di dua lantai teratas gedung itu pecah.

Kebakaran tampaknya bermula ketika para penyerang melemparkan semacam alat pembakar.

Seorang pria, Vitaly, menceritakan bagaimana dia melihat para penyerang melepaskan tembakan ketika dia berada di balkon gedung konser: "Mereka melemparkan beberapa bom molotov, semuanya mulai terbakar. Kami dibawa keluar menuju pintu keluar."

Saksi mata lain mengatakan anak-anak dan remaja berada di kompleks tersebut pada saat serangan terjadi, sedang mengikuti kompetisi dansa ballroom.

Sementara beberapa dari mereka yang berada di ruang konser dapat melarikan diri ke area parkir dari panggung, yang lain menuju ke atap dan pihak berwenang Rusia mengatakan sekitar 100 orang lainnya telah melarikan diri melalui ruang bawah tanah.

Puluhan awak ambulans segera dikirim ke lokasi kejadian dan berdiri di luar kompleks di Krasnogorsk selama beberapa waktu setelah penyerangan.

Wali Kota Moskow Sergei Sobyanin menanggapi peristiwa tersebut dengan membatalkan semua acara publik di ibu kota selama akhir pekan. “Saya turut berduka cita untuk orang-orang tercinta para korban," ujarnya.

Beberapa jam berikutnya beberapa wilayah lain juga membatalkan acara, termasuk kota terbesar kedua di Rusia, St Petersburg.

 

3 dari 4 halaman

Kemlu Rusia Minta Komunitas Internasional Kecam Aksi Teror Tersebut

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova meminta komunitas internasional untuk mengutuk insiden tersebut, dan menyebutnya sebagai “kejahatan yang mengerikan”.

Pemerintah Ukraina dengan cepat menyangkal keterlibatannya dalam serangan itu, yang terjadi lebih dari dua tahun setelah Rusia melancarkan invasi besar-besaran terhadap negara tetangganya.

"Terlepas dari segalanya, bagi Ukraina segalanya akan diputuskan di medan perang," kata penasihat presiden Mykhailo Podolyak melalui Telegram.

Enam hari yang lalu Vladimir Putin memenangkan masa jabatan kelima dalam pemilihan presiden Rusia. Pemungutan suara tersebut tidak melibatkan pihak yang benar-benar menentang dan negara-negara Barat mengecam pemilu tersebut sebagai pemilu yang tidak bebas dan tidak adil.

Juru bicara intelijen militer Ukraina Andriy Yusov menyatakan serangan itu adalah "tindakan provokasi yang disengaja oleh dinas khusus Putin", tanpa memberikan bukti apa pun.

 

4 dari 4 halaman

Serangan Terburuk yang Menyasar Warga Sipil Rusia

Serangan pada Jumat (22/3) malam adalah serangan terburuk yang menyasar warga sipil di Moskow selama bertahun-tahun, namun hal ini mengingatkan kembali akan pengepungan teater di ibu kota pada tahun 2002, ketika 40 militan Chechnya menyandera lebih dari 900 orang dalam pertunjukan musikal yang disebut NordOst.

Dinas keamanan Rusia akhirnya menyerbu teater, memompa gas tidur ke dalam aula. Sekitar 130 sandera tewas.

Akibat peristiwa serangan pada Jumat (22/3) malam tersebut, pihak keamanan kini memperketat penjagaan di bandara dan stasiun.

Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan gambar-gambar penembakan itu "mengerikan dan sulit untuk dilihat".  “Pikiran kami jelas tertuju pada para korban serangan penembakan yang sangat mengerikan ini,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.