Sukses

Perempuan Dilarang Ikut Ujian Masuk Universitas di Rezim Taliban

Liputan6.com, Kabul - Pada awal 2023, Taliban kini melarang anak-anak perempuan untuk ikut ujian masuk universitas. Masa depan para perempuan Afghanistan pun semakin dibatasi. Hal ini pun semakin mempertegas bahwa tingkah laku Taliban belum berubah dari tempo dulu.

Dilaporkan VOA Indonesia, Minggu (29/1/2023), larangan itu berlaku hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Kepada VOA, juru bicara Kementerian Pendidikan Tinggi Taliban Ziaullah Hashmi membenarkan bahwa mereka telah mengirimkan surat kepada seluruh universitas swasta di Afghanistan yang memerintahkan agar tidak menerima mahasiswi untuk semester musim semi mendatang.

Ujian masuk akan berlangsung pada akhir Februari.

Surat tersebut memperingatkan bahwa universitas-universitas Afghanistan yang tidak memberlakukan dekrit tersebut akan menghadapi tindakan hukum.

Taliban telah melakukan pembatasan besar-besaran terhadap hak-hak dan kebebasan perempuan, mengecualikan mereka dari sebagian besar bidang pekerjaan dan melarang mereka menggunakan taman, pusat kebugaran, dan tempat pemandian umum.

Mereka melarang anak perempuan bersekolah selepas kelas enam, sejak merebut kembali kekuasaan pada Agustus 2021.

Bulan lalu, para penguasa Islamis secara tiba-tiba menutup universitas bagi mahasiswi hingga pemberitahuan lebih lanjut. Mereka juga melarang perempuan bekerja untuk organisasi non-pemerintah nasional dan internasional. 

Larangan terbaru ini telah memicu protes global dan seruan agar dicabut. Hal ini juga mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke Kabul bulan ini untuk menyampaikan keprihatinan internasional dan mendesak para pemimpin Taliban untuk melonggarkan pembatasan terhadap perempuan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kepala Manekin di Afghanistan Kini Ditutupi Kain

Kebijakan Taliban di Afghanistan kembali bikin kehebohan. Mereka memerintahkan para pemilik toko di wilayah Afghanistan sebelah barat untuk memenggal kepala manekin-manekin. Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan bersikeras menyatakan manekin sebagai berhala dan melanggar hukum Islam.

Dampaknya, pemandangan mengerikan menghantui di sepanjang jalan. Kepala manekin-manekin itu ditutup kain atau dibungkus dengan kantong plastik hitam.

Awalnya, Taliban ingin boneka itu langsung dipenggal. Tidak lama setelah mereka merebut kekuasaan pada Agustus 2021, Kementerian Kebaikan dan Kebajikan Afghanistan memutuskan bahwa semua manekin harus disingkirkan dari jendela toko atau kepalanya dilepas.

Mereka mendasarkan perintah tersebut pada interpretasi ketat hukum Islam yang melarang patung dan gambar berbentuk manusia karena bisa disembah sebagai berhala. Meskipun itu juga terkait dengan kampanye Taliban untuk memaksa perempuan keluar dari mata publik.

Beberapa penjual pakaian menuruti aturan itu, namun ada juga yang memberontak. Mereka mengeluh tidak dapat memajang pakaian dengan benar atau harus merusak manekin yang berharga.

Taliban akhirnya mengubah aturan mereka, tapi pemilik toko harus menutupi kepala manekin. Kini, manekin di toko-toko yang menjual gaun malam dan gaun yang penuh warna semuanya menggunakan penutup kepala. Di salah satu toko terlihat kepala manekin dibungkus dengan karung yang dibuat khusus dari bahan yang sama dengan pakaian tradisional yang dikenakan oleh manekin.

 

3 dari 4 halaman

Pembeli Berkurang

Ada gaun ungu dengan manik-manik yang memiliki tudung atau penutup kepala ungu yang serasi. Ada pula gaun merah bersulam emas, mengenakan topeng beludru merah dengan mahkota emas di kepalanya.

"Saya tidak bisa menutupi kepala manekin dengan plastik atau benda jelek karena itu akan membuat jendela dan toko saya terlihat jelek," kata seorang pemilik toko, Bashir, dilansir dari NPR, Senin, 16 Januari 2023.

Bashir mengatakan penjualannya kini hanya setengah dari pendapatan sebelum ada larangan manekin. Situasinya bahkan bisa lebih buruk lagi, karena sebelum ada larangan manekin pun pembeli sudah agak berkurang karena perekonomian yang terus merosot.

"Beli baju pengantin, malam, dan adat sepertinya tidak lagi menjadi prioritas masyarakat. Orang-orang berpikir lebih banyak tentang mendapatkan makanan dan bertahan hidup," ucapnya. Pemilik toko lainnya, Aziz, mengatakan Kementerian Kebaikan dan Kebajikan secara teratur berpatroli di toko dan mal untuk memastikan manekin dipenggal atau ditutupi.

"Saya tak habis pikir karena semua orang tahu manekin bukanlah berhala, dan tidak ada yang akan menyembahnya. Di semua negara Muslim, mereka juga memakai manekin untuk memajang pakaian," tuturnya.

 

4 dari 4 halaman

Bukan Berhala

Seorang wanita yang yang berbelanja di wilayah Lycee Maryam mengaku, pemandangan manekin tanpa kepala itu membuat ia takut menyusuri jalan itu. "Ketika saya melihat mereka, saya merasa boneka-boneka ini juga ditangkap dan dijebak, dan saya merasa takut," kata wanita tersebut.

"Saya merasa seperti melihat diri saya di balik jendela toko ini, seorang wanita Afghanistan yang telah kehilangan semua haknya," sambungnya. 

Sejumlah kecil manekin laki-laki dapat dilihat di etalase beberapa toko, juga dengan kepala tertutup, mengindikasikan bahwa pihak berwenang menerapkan larangan tersebut secara seragam. Maklum saja, selama ini Taliban kerap membuat aturan baru yang sangat merugikan kaun wanita. 

Situasi itu membuat nasib perempuan di Afghanistan makin suram. Salah satunya, Taliban kembali memerintahkan semua LSM yang beroperasi di negeri itu, baik nasional maupun internasional, memecat seluruh pegawai perempuan mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.