Sukses

Bukan Melengkung, Pelangi Ternyata Berbentuk Lingkaran

Banyak dari kita berpikir bahwa lingkaran berbentuk melengkung seperti busur. Namun, ternyata sains mengungkap bahwa pelangi berbentuk lingkaran.

Liputan6.com, Jakarta - Pelangi merupakan fenomena alam indah yang sering kita jumpai setelah hujan. Warnanya yang beragam kerap mencuri perhatian.

Umumnya kita melihat pelangi berbentuk melengkung seperti busur. Tapi apakah bentuk asli fenomena langit itu memang demikian?

Ternyata, pelangi sebenarnya tak berbentuk lengkungan. Pelangi terbentuk sebagai lingkaran penuh ketika sinar matahari melewati tetesan hujan pada sudut yang tepat.

Namun, hanya sebagian dari lingkaran, yakni lengkungannya, yang terlihat oleh manusia dari Bumi. Sebab, permukaan Bumi menghalangi sisa cahaya, itulah sebabnya muncul sebagai pelangi yang melengkung. 

Michael Kavulich, seorang ilmuwan riset di National Center for Atmospheric Research di Colorado, Amerika Serikat (AS), menjelaskan berapa banyak lingkaran cahaya yang terlihat tergantung pada di mana pengamat berdiri dan seberapa banyak permukaan yang menghalangi.

Pembiasan, bagaimana cahaya dibelokkan ketika mengenai tetesan hujan, dan refleksi menentukan faktor seberapa banyak lingkaran cahaya yang manusia bisa lihat, demikian seperti dikutip dari Live Science, Kamis (26/1/2023).

Kavulich juga mengatakan bahwa untuk memahami mengapa pelangi benar-benar lingkaran cahaya, perlu tahu bagaimana bentuknya terlebih dahulu.

Secara sains, apa yang ada di ujung kerucut adalah sebuah lingkaran.

"Sebagian besar cahaya yang memasuki tetesan hujan yang berbentuk bulat akhirnya dibiaskan pada sudut yang hampir sama, dan jika cahaya itu juga dipantulkan sekali dari belakang tetesan hujan, sudut ini akan menjadi sekitar 40 hingga 42 derajat dari arah datangnya cahaya," jelas Kavulich.

Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration, cahaya mulai membelok atau membiaskan saat memasuki tetesan hujan karena air lebih padat daripada udara.

Cahaya pun terus berjalan hingga mencapai bagian belakang rintik hujan. Ini adalah fase di mana cahaya memantul dari belakang. Sekarang dalam perjalanan keluar dari rintik hujan, cahaya membiaskan sekali lagi dan kemudian memisah menjadi warna ikonik pelangi yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Alasan di Balik Urutan Warna Pelangi

Kita ketahui bahwa pelangi memiliki tujuh warna yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Uniknya, ketujuh warna tersebut juga selalu berurutan. 

Hal ini karena panjang gelombang cahaya. Kavulich menjelaskan bahwa karena cahaya merah memiliki panjang gelombang terpanjang, merah dibiaskan paling sedikit, sehingga berakhir di atas.

Ungu berada di bawah karena memiliki panjang gelombang terpendek, yang paling banyak dibiaskan.

Pasalnya, cahaya matahari bersifat polikromatik yang terdiri dari banyak warna. Namun, manusia pada dasarnya hanya mampu menyerap tujuh warna yang terkandung di dalam cahaya matahari. Itulah mengapa warna pelangi yang kita tahu adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

Jadi, mengingat pelangi sebenarnya bukan lengkungan, terdapat cara untuk melihat seluruh pelangi dalam bentuk lingkaran.

Jendela pesawat mungkin pilihan terbaik, meski semua atau sebagian besar lingkaran sering terlihat dari gedung pencakar langit.

Terkadang ada pemandangan yang jelas dari ketinggian lain seperti pegunungan. Meski begitu, terlalu banyak pegunungan biasanya menghalangi pelangi.

 

3 dari 4 halaman

Setelah Hujan, Waktu yang Tepat untuk Melihat Pelangi

Setelah mengetahui alasan di balik bentuk lingkaran dari pelangi, hal itu membuktikan bahwa pelangi hanya dapat dilihat ketika cahaya matahari melewati tetesan hujan.

Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan Kristin Calhoun, seorang ilmuwan peneliti di National Oceanic & Atmospheric Administration (NOAA), lembaga ilmiah yang sebagian berfokus pada kondisi cuaca.

Karena pelangi diciptakan oleh cahaya melalui tetesan hujan, maka waktu terbaik untuk melihatnya adalah ketika langit cerah setelah hujan turun rintik-rintik.

"Bahkan ada peluang yang lebih baik untuk melihat pelangi, yakni ketika matahari berada pada sudut yang lebih rendah, pada pagi atau sore hari," ungkap Calhoun.

Jika kamu tertarik ingin mencoba menemukan pelangi, kuncinya adalah harus berada di tempat yang sedang hujan dan membelakangi matahari.

"Hujan gerimis dan badai sering terbentuk pada sore hari karena efek gabungan dari topografi dan pemanasan pada siang hari di tanah itu," papar Calhoun.

"Hujan jenis ini sering menghasilkan hujan lebat, tetapi tetap terisolasi di tengah-tengah pulau," lanjutnya.

Karena pelangi adalah ilusi optik, maka posisinya tidak terletak pada jarak tertentu.

Baca selebihnya di sini... 

4 dari 4 halaman

Berpendar 9 Jam, Pelangi di Taiwan Pecahkan Rekor

Bicara soal pelangi, penampakan fenomena itu selama 9 jam di Taiwan memecahkan rekor dunia. Guinness World Record mencatatnya sebagai pelangi terlama yang pernah ada.

Dua profesor di Taipei menemukan pelangi 9 jam itu pada 30 November 2017 lalu.  

Profesor dari kampus Chinese Culture University's Department of Atmospheric Science (CCU) itu kemudian mendokumentasikan pertunjukan cahaya warna-warni paling lama yang pernah ada.

Pelangi tersebut menghiasi langit dari pukul 06.57 hingga 15.55.

"Rasanya seperti hadiah dari langit. Sangat langka!" ujar Chou Kun-hsuan, salah satu profesor.

Foto yang diunggah di media sosial Facebook universitas tersebut menunjukkan lengkungan warna-warni di atas bangunan kampus berarsitektur gaya Tiongkok. Latar tanaman hijau nan subur semakin membuat pemandangan sangat indah.

"Dan tidak hanya ada satu, tapi empat, dua pelangi primer dan dua supernumerary," kata Chou.

Untuk menorehkan rekor sebagai pelangi terpanjang versi Guinness World Record, para profesor mengumpulkan lebih banyak bukti dari para saksi fenomena pelangi tidak biasa di kampus hari itu.

Baca selebihnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.