Sukses

Elon Musk Tangguhkan Akun Twitter Sejumlah Wartawan, PBB Terusik

Kekhawatiran atas penangguhan akun Twitter wartawan itu melampaui kalangan media, hingga ke PBB, yang sedang mempertimbangkan kembali keterlibatannya di Twitter.

Liputan6.com, Silicon Valley - Kali ini nama Elon Musk jadi sorotan karena perusahaan Twitter yang kini di bawah kepimpinannya, menangguhkan akun sejumlah wartawan yang meliput platform media sosial itu.

Ini merupakan pertarungan terbaru soal apa yang bisa dan tidak bisa disampaikan di Twitter sejak miliarder Elon Musk mengakuisisi perusahaan itu.

Mengutip informasi dari VOA Indonesia, Senin (19/12/2022), akun wartawan The New York Times, Washington Post, CNN, Voice of America dan publikasi lain menjadi gelap pada hari Kamis 15 Desember 2022.

Akun wartawan VOA, Steve Herman termasuk di antara akun yang ikut ditangguhkan oleh Twitter.

Penangguhan akun wartawan berita secara tiba-tiba itu dilakukan mengikuti keputusan Musk pada Rabu 14 Desember, untuk melarang secara permanen akun yang melacak secara otomatis pesawat jet pribadinya menggunakan data yang tersedia untuk publik.

Wartawan New York Times, Washington Post, CNN, Voice of America dan beberapa kantor berita lain mendapati akun mereka telah ditangguhkan pada Kamis 15 Desember.

Penangguhan itu berlanjut hari Jumat 16 Desember dan diperluas hingga ke akun seorang kolumnis Business Insider, yang antara tahun 2018-2021 menerbitkan sejumlah artikel menyoroti apa yang disebutnya sebagai kekurangan manufaktur Tesla yang berbahaya.

Hal ini juga membuat Twitter mengubah aturannya bagi semua pengguna, yaitu melarang berbagi lokasi orang lain tanpa persetujuan mereka.

Sebagian wartawan yang diskors Kamis malam itu, telah menulis tentang kebijakan baru Twitter dan alasan Musk memberlakukannya, yang mencakup tuduhan tentang insiden penguntitan yang menurutnya telah menimbulkan dampak pada keluarganya di Los Angeles Selasa malam lalu 13 Desember.

PBB Merespons

Kekhawatiran atas penangguhan akun Twitter itu melampaui kalangan media, hingga ke PBB, yang sedang mempertimbangkan kembali keterlibatannya di Twitter.

Juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, mengatakan "sangat terusik dengan penangguhan secara sepihak akun Twitter sejumlah wartawan. Suara media seharusnya tidak dibungkam oleh platform yang mengaku memberi kebebasan bersuara. Dari sudut pandang kami, langkah itu menimbulkan preseden berbahaya ketika wartawan di seluruh dunia menghadapi penyensoran, ancaman fisik dan bahkan lebih buruk lagi…".

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Twitter Belum Merespons - Mastodon Diblokir

Sejauh ini pihak Twitter belum menjelaskan kepada para wartawan itu mengapa menghapus akun-akun tersebut dan membuat profil serta cuitan mereka di masa lalu menghilang.

Tetapi Musk pada Kamis 15 Desember malam mencuit dengan menuduh para wartawan itu menyampaikan informasi pribadi tentang keberadaannya, yang digambarkannya sebagai “koordinat pembunuhan." Ia tidak memberi bukti lain atas klaimnya itu.

Musk hari Kamis juga mencuit "aturan doxxing yang sama berlaku untuk wartawan, seperti orang lain," seraya menambahkan "mengkritik saya sepanjang hari tidak apa-apa, tetapi men-doxxing lokasi saya dan membahayakan keluarga saya tidak boleh."

Istilah doxxing mengacu pada pengungkapan identitas, alamat, atau detil pribadi seseorang di dunia maya.

Akun resmi Mastodon, jejaring sosial terdesentraliasi yang disebut-sebut sebagai alternatif Twitter, juga dilarang. Alasannya juga tidak jelas. Sebelumnya Mastodon mencuit tentang akun pelacak jet tersebut.

3 dari 4 halaman

Respons Wartawan yang Ditangguhkan

Pemimpin redaksi Washington Post, Sally Buzbee, menyerukan agar akun Twitter wartawan teknologi Drew Harwell segera dipulihkan. Penangguhan itu “telah secara langsung merongrong klaim Elon Musk bahwa ia berniat mengelola Twitter sebagai platform yang didedikasikan untuk kebebasan berbicara,” tulis Buzbee. “Akun Harwell ditangguhkan tanpa peringatan, tanpa proses atau penjelasan, menyusul dipublikasikannya laporan akurat Harwell tentang Musk.”

CNN dalam sebuah pernyataan mengatakan, “Penangguhan sejumlah akun wartawan secara impusif dan tidak dapat dibenarkan itu – termasuk akun Donie O’Sullivan di CNN – memprihatinkan tetapi tidak mengejutkan.”

Ditambahkannya, “Meningkatnya ketidakstabilan dan kerentanan Twitter seharusnya menjadi keprihatinan luar biasa semua orang yang menggunakan Twitter. Kami telah meminta penjelasan dari Twitter dan kami akan mereevaluasi hubungan kami berdasarkan tanggapan mereka nanti.”

Wartawan lain yang akunnya juga ditangguhkan, Matt Binder dari situs berita teknologi Mashable, mengatakan akunnya ditangguhkan Kamis malam tidak lama setelah ia memasang tangkapan layar (screenshot) O’Sullivan yang dipasangnya sebelum akunnya ditangguhkan.”

Tangkapan layar itu memperlihatkan pernyataan dari Departemen Kepolisian Los Angeles yang dikirim Kamis pagi pada sejumlah kantor media, termasuk Associated Press, soal bagaimana pihaknya telah menghubungani perwakilan Musk tentang insiden dugaan penguntitan, tetapi belum ada laporan tentang insiden itu.

“Saya tidak membagikan data lokasi apapun, sebagaimana aturan baru yang diumumkan Twitter. Atau membagikan link apapun tentang ElonJet atau akun pelacakan lokasi lainnya,” ujar Binder dalam email. “Saya memang sangat kritis terhadap Musk tetapi saya tidak pernah melanggar kebijakan yang digariskan Twitter.”

Binder mengatakan pesan yang diterimanya dari Twitter saat berupaya mengakses akunnya menunjukkan penangguhan itu bersifat permanen. Tetapi menjawab pertanyaan tentang penangguhan akun mantan pembawa acara ESPN dan MSNBC, Keith Olbermann, Musk kemudian mengatakan penangguhan itu hanya satu minggu.

4 dari 4 halaman

Cermin Keretakan Antar-Platform Media Sosial?

Penangguhan akun Twitter sejumlah wartawan secara tiba-tiba semakin memperluas keretakan di antara platform media sosial itu dengan organisasi media yang telah menggunakan Twitter untuk membangun audiens mereka.

Banyak pengiklan meninggalkan Twitter karena berbagai pertanyaan terkait moderasi konten setelah Musk mengakuisisi platform media sosial itu Oktober lalu.

Kini hubungan Musk dengan organisasi-organisasi media berpotensi memburuk, mengingat wartawan adalah kelompok yang paling aktif di platform tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.