Sukses

Marah Tak Bisa Bertemu Paus Fransiskus, Turis AS Jatuhkan Dua Patung Kuno di Museum Vatikan

Turis di Vatikan dilaporkan menghancurkan artefak tak ternilai di negara tersebut. Patung Romawi kuno. Diduga akibat tak bisa bertemu dengan Paus Fransiskus.

Liputan6.com, Vatikan - Turis di Vatikan dilaporkan menghancurkan artefak tak ternilai di negara tersebut.

Menurut laporan CNN yang dikutip Kamis (6/10/2022), seorang turis yang menghancurkan dua patung Romawi kuno menjadi beberapa bagian di Vatikan pada hari Rabu.

Episode penghancuran patung kuno itu berlangsung di Museo Chiaramonti, bagian dari Museum Vatikan, sekitar waktu makan siang. Ruang ini menampung sekitar 1.000 karya patung kuno, dan menggambarkan lokasi itu sebagai "salah satu koleksi potret Romawi terbaik" di dunia.

Dua dari potret itu sekarang menghadapi masa depan yang tidak pasti setelah turis itu menjatuhkan satu karena marah, lalu menjatuhkan yang lain saat dia melarikan diri dari tempat kejadian.

Pria itu, yang dilaporkan sebagai orang Amerika, telah menuntut untuk bertemu dengan Paus Fransiskus, menurut surat kabar Il Messaggero. Ketika diberitahu tidak bisa, dia diduga melemparkan satu patung Romawi ke lantai. Saat dia lari dan dikejar staf, dia merobohkan yang lain.

Kedua karya seni tersebut telah dibawa ke inhouse workshop untuk dinilai. Karya berusia sekitar 2.000 tahun itu dianggap sebagai karya seni sekunder, bukan karya terkenal, kata seorang sumber kepada Il Messaggero.

Menurut La Repubblica, satu patung kehilangan satu bagian.

Adapun turis itu, juru bicara Museum Vatikan mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Orang yang merobohkan patung-patung itu dihentikan oleh polisi Vatikan dan telah diserahkan kepada pihak berwenang Italia."

Turis merusak monumen telah menjadi tema musim panas ini di Roma. Pada Juli lalu, seorang turis Kanada tertangkap sedang mengukir namanya di Colosseum, sementara turis Amerika tertangkap sedang melemparkan skuter ke Spanish Steps, mematahkan beberapa bagian dalam prosesnya, dan seorang pengunjung Saudi mengendarai Maserati-nya ke ikon arsitektur yang sama.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Vatikan Beri Sanksi Uskup Belo Peraih Nobel Perdamaian dari Timor Leste, Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual

Sebelumnya, Vatikan diketahui memberikan sanksi terhadap seorang pria yang dikenal sebagai Uskup Belo. Uskup terkenal dari Timor Leste yang disebut sebagai Filipe Ximenes Belo yang disebut pernah memperkosa anak-anak --setelah jadi sorotan media Belanda, yang mengungkap dugaan kasus perkosaan pemuka agama tersebut.

Mengutip VOA Indonesia, Vatikan kemudian pada Kamis 29 September memberlakukan sanksi disipliner pada pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Uskup Carlos Ximenes Belo. Langkah tersebut dilakukan menyusul tuduhan bahwa ia melakukan pelecehan seksual terhadap anak laki-laki di Timor Leste pada 1990-an.

Melalui sebuah pernyataan, juru bicara Vatikan, Matteo Bruni, mengatakan kantor yang menangani kasus pelecehan seksual menerima tuduhan “mengenai perilaku uskup itu'' pada 2019 dan dalam waktu satu tahun telah menjatuhkan sejumlah sanksi. Sanksi-sanksi itu termasuk membatasi gerak Belo, dan melarangnya menjalin kontak dengan anak di bawah umur.

Pernyataan itu menyebutkan bahwa tindakan Vatikan itu bahkan telah “dimodifikasi dan diperkuat'' pada November 2021, dan bahwa Belo telah secara resmi menerima hukuman pada kedua kesempatan tersebut.

Namun, Vatikan tidak memberikan penjelasan mengapa Paus Yohanes Paulus II mengizinkan Belo mengundurkan diri sebagai kepala gereja di Timor Leste awal tahun 2002, dan mengirimnya ke Mozambik, tempat ia bekerja dengan anak-anak.

Pengakuan Vatikan mengemuka sehari setelah sebuah majalah Belanda, De Groene Amsterdammer, membeberkan tudingan terhadap uskup Katolik yang dihormati itu, dengan mengutip dua orang yang diduga sebagai korban Belo.

Menurut majalah itu, ada sejumlah korban lain yang belum melapor di Timor Leste, di mana gereja memiliki pengaruh yang sangat besar.

3 dari 4 halaman

Paus Fransiskus Ikut Doakan Korban Tragedi Kanjuruhan Malang, Ucap Duka Cita

Tragedi Kanjuruhan Malang bukan hanya menjadi topik hangat di Indonesia, namun sudah terdengar hingga ke berbagai negara. Tragedi yang menewaskan ratusan orang tersebut, kini menjadi sorotan dunia. Kabar duka itu juga terdengar hingga ke kepala negara Vatikan, Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus menyampaikan duka cita dan panjatkan doa untuk para korban tewas dan terluka dalam tragedi Kanjuruhan Malang. Insiden tersebut disebut paling mematikan dalam sejarah sepak bola Indonesia.

"Saya berdoa untuk mereka yang kehilangan nyawa dan yang terluka setelah bentrokan yang meletus setelah pertandingan sepak bola di Malang, Indonesia," kata Paus Fransiskus dikutip dari laman Vatican News, Selasa (4/10/2022).

Menurut data pemerintah, korban meninggal 125 orang. Sementara disebutkan sekitar 180 lainnya terluka dalam peristiwa tersebut. Dalam tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022, akan selalu dikenang. Dalam laman Twitter @PostinusGul, menampilkan video singkat Paus Fransiskus yang tengah mengucap doa.

4 dari 4 halaman

Paus Fransiskus Bantah Rumor Dirinya Akan Mengundurkan Diri

Sebelumnya, Paus Fransiskus telah menolak laporan bahwa dia berencana untuk mengundurkan diri dalam waktu dekat.

Bahkan, ia mengatakan akan mengunjungi Kanada bulan ini dan berharap untuk dapat pergi ke Moskow dan Kiev sesegera mungkin setelah itu.

Dalam sebuah wawancara eksklusif di kediamannya di Vatikan, Paus Fransiskus juga membantah desas-desus bahwa dia menderita kanker, ia bercanda bahwa dokternya "tidak memberi tahu saya apa-apa tentang itu", dan untuk pertama kalinya memberikan rincian kondisi lutut yang mencegahnya pergi bertugas. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (5/7/2022). 

Dalam percakapan selama 90 menit pada Sabtu sore, yang dilakukan dalam bahasa Italia, tanpa kehadiran pendamping, paus berusia 85 tahun itu juga mengulangi kecamannya terhadap aborsi menyusul putusan Mahkamah Agung AS bulan lalu.

Desas-desus telah beredar di media bahwa serangkaian peristiwa pada akhir Agustus, termasuk pertemuan dengan para kardinal dunia untuk membahas konstitusi Vatikan yang baru, upacara untuk melantik kardinal baru, dan kunjungan ke kota L'Aquila di Italia, dapat menjadi pertanda sebuah pengumuman pengunduran diri.

L'Aquila dikaitkan dengan Paus Celestine V, yang mengundurkan diri dari kepausan pada tahun 1294. Paus Benediktus XVI mengunjungi kota itu empat tahun sebelum ia mengundurkan diri pada tahun 2013, paus pertama yang melakukannya dalam waktu sekitar 600 tahun.

Tetapi Paus Fransiskus, waspada dan tenang selama wawancara ketika dia membahas berbagai masalah internasional dan Gereja, menertawakan gagasan itu.

"Semua kebetulan ini membuat beberapa orang berpikir bahwa 'cara' yang sama akan terjadi", katanya. 

"Tapi itu tidak pernah terlintas dalam pikiranku. Untuk saat ini tidak, untuk saat ini, tidak. Sungguh!"

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.