Sukses

Banjir Bandang di Pakistan Tewaskan 550 Orang dalam Sebulan Terakhir

Selain korban jiwa, banjir Pakistan juga dilaporkan merusak lebih dari 46.200 rumah.

Liputan6.com, Balochistan - Dalam sebulan terakhir, sedikitnya 549 orang di Pakistan tewas akibat banjir bandang yang disebabkan oleh hujan muson lebat dalam curah yang tidak normal. Menurut informasi sebuah badan pemerintah, komunitas terpencil di provinsi, Balochistan, di barat daya negara tersebut merupakan kelompok yang paling merasakan dampak bencana tersebut.

Instansi pemerintah dan tentara telah mendirikan kamp bantuan di daerah yang dilanda banjir. Mereka membantu merelokasi keluarga dan menyediakan makanan dan obat-obatan.

"Selain korban jiwa, banjir juga merusak lebih dari 46.200 rumah," kata Badan Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA), Jumat 5 Agustus 2022 seperti dikutip dari VOA Indonesia.

"Kami melakukan yang terbaik untuk memberikan bantuan ekstensif dan rehabilitasi korban banjir," kata Perdana Menteri Shehbaz Sharif selama kunjungan ke daerah-daerah yang dilanda banjir.

Namun, Pemerintah Provinsi Balochistan mengatakan pihaknya membutuhkan lebih banyak dana dan meminta bantuan organisasi internasional.

"Kerugian kami sangat besar," kata Kepala Menteri Provinsi Abdul Qudoos Bezenjo.

Terdapat kekurangan pangan di setiap kabupaten yang dilanda banjir Pakistan. Beberapa wilayah bahkan terputus dari provinsi lainnya karena lebih dari 700 kilometer jalan hanyut.

Bulan Juli lalu adalah bulan yang memiliki curah hujan tertinggi dalam tiga dekade, dengan 133 persen lebih banyak hujan daripada rata-rata selama 30 tahun terakhir, kata NDMA.

Balochistan, yang berbatasan dengan Iran dan Afghanistan, menerima 305 persen lebih banyak curah hujan daripada rata-rata tahunan, kata badan bencana itu. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ratusan Orang Dievakuasi

Sementara itu, tim penyelamat, didukung pasukan tentara, yang menggunakan perahu dan helikopter, hari Rabu 27 Juli mengevakuasi ratusan orang yang terjebak banjir di barat daya Pakistan. Sedikitnya 104 orang telah meninggal dunia akibat banjir yang dipicu hujan lebat ini.

Menurut Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional, hujan lebat seja, 14 Juli lalu telah merusak jembatan, jalan dan sekitar 4.000 rumah di propinsi Baluchistan. Sedikitnya 337 orang tewas dalam insiden terkait hujan di seluruh Pakistan.

Dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari VOA Indonesia, militer Pakistan mengatakan sehari sebelumnya pasukan mereka telah membantu pemerintah lokal di Baluchistan untuk mengevakuasi orang-orang dari daerah yang terdampak banjir.

Militer telah mendirikan kamp-kamp medis di daerah banjir, di mana Badan Kesehatan Dunia WHO pekan ini meluncurkan kampanye vaksinasi anti-kolera untuk mencegah perebakan penyakit yang ditularkan lewat air.

Kolera telah menyebabkan 28 kematian dan membuat ribuan orang di Baluchistan jatuh sakit dalam beberapa bulan terakhir ini. Penyakit ini endemik dan musiman di Pakistan, di mana banyak orang tidak memiliki akses air minum yang bersih.

Beberapa petugas kesehatan mengatakan kampanye vaksinasi anti-kolera telah dimulai 25 Juli lalu dan akan berlanjut hingga 28 Juli mendatang.

Musim hujan di Pakistan umumnya berlangsung dari Juli hingga September.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

147 Orang Tewas dalam Waktu Kurang dari Sebulan Akibat Hujan Musiman di Pakistan

Sementara itu, sebelumnya dilaporkan jumlah korban tewas akibat insiden terkait hujan selama sebulan terakhir telah meningkat menjadi 147 karena hujan terus melanda Pakistan, memicu banjir bandang di beberapa bagian negara itu, kata para pejabat, Senin 11 Juli 2022.

Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional mengatakan bahwa 88 perempuan dan anak-anak termasuk di antara yang tewas sejauh ini. Hujan musiman itu juga merusak rumah, jalan, jembatan dan pembangkit listrik di berbagai penjuru negara itu.

Situasi sangat memprihatinkan tergambar di Karachi, kota terbesar di negara itu, di mana seluruh lingkungan masih terendam pada hari Senin, sehingga membuat banyak orang terjebak di beberapa tempat atau mencoba untuk melewati air setinggi lutut dengan berjalan kaki atau bersepeda. Beberapa warga menyewa perahu untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

“Saat ini situasinya seperti ini. Kami harus melakukan perjalanan dengan perahu, dan bukan dengan kendaraan biasa karena jalanan tergenang air,'' kata Abdul Raheem, seorang warga Karachi seperti dikutip dari VOA Indonesia.

Sejumlah warga Karachi lainnya mengatakan mereka terpaksa meninggalkan mobil-mobil mereka di jalan yang terendam air dan berjalan melewati air setinggi pinggang. Pihak berwenang memanggil pasukan paramiliter untuk membantu upaya mengalirkan air dari jalan-jalan yang banjir dan mengevakuasi orang-orang.

Tingkat curah hujan kali ini hampir dua kali lipat tingkat curah hujan rata-rata saat ini sepanjang tahun. Musim hujan sempat menyebabkan kekacauan di barat daya provinsi Baluchistan, di mana 63 orang dilaporkan telah tewas sejauh ini.

Di Provinsi Sindh, di mana Karachi adalah ibu kotanya, badan penanggulangan bencana mengatakan sedikitnya 26 orang tewas. Hujan deras juga melanda Islamabad dan provinsi Punjab, Pakistan Timur.

Para ahli mengatakan perubahan iklim adalah penyebab hujan yang lebih deras dari biasanya di Pakistan.

Setiap tahun, banyak kota di Pakistan berjuang menanggulangi banjir tahunan, menuai kritik tentang perencanaan pemerintah yang buruk.

Musim hujan berlangsung dari Juli sampai September dan para ahli mengatakan hujan sangat penting untuk mengairi tanaman dan mengisi bendungan dan waduk air lainnya di Pakistan. Beberapa bagian dari Pakistan selatan telah menghadapi kekeringan sejak awal tahun ini.

4 dari 4 halaman

Studi: Hampir Seperempat Penduduk Dunia Berisiko Alami Banjir

Lebih dari 1,8 miliar orang di seluruh dunia berisiko dilanda banjir parah, demikian menurut penelitian baru. Sebagian besar di antaranya tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah di wilayah Asia, dan empat dari 10 orang hidup dalam kemiskinan.

Angka tersebut jauh lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Data tersebut menunjukkan bahwa risiko tersebut terkonsentrasi di antara mereka yang paling tidak mampu bertahan dan pulih dari banjir.

"Saya rasa ini memang makalah yang berharga. Karena hubungan antara kemiskinan dan risiko banjir ini tampaknya diabaikan," kata ahli hidrologi Bruno Merz, dari Pusat Penelitian Geosains Jerman, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut seperti dikutip dari VOA Indonesia, 13 Juli 2022. 

Penilaian risiko banjir biasanya dianggap sebagai risiko dalam hal keuangan yang merupakan resiko tertinggi di negara-negara kaya di mana lebih banyak harta dipertaruhkan. Studi baru berfokus pada bagaimana risiko terpapar banjir dan kemiskinan saling terkait satu sama lain.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications itu menggabungkan sejumlah basis data risiko banjir global dengan informasi tentang kepadatan penduduk dan kemiskinan. Penelitian itu berfokus pada tempat-tempat di mana banjir sedalam 15 sentimeter atau lebih dalam terjadi setidaknya rata-rata setiap 100 tahun sekali.

Studi tersebut menemukan bahwa hampir 90 persen orang yang berisiko terkena banjir parah tinggal di negara miskin, bukan negara kaya. Lebih dari 780 juta orang yang terkena banjir hidup dengan pendapatan kurang dari $5,50 per hari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini