Sukses

Banjir Dahsyat Landa Pakistan, 104 Orang Meninggal Dunia

Banjir melanda barat daya Pakistan. Sedikitnya 104 orang telah meninggal dunia akibat banjir yang dipicu hujan lebat ini.

Liputan6.com, Baluchistan - Banjir melanda barat daya Pakistan. Sedikitnya 104 orang telah meninggal dunia akibat banjir yang dipicu hujan lebat ini.

Tim penyelamat, didukung pasukan tentara, yang menggunakan perahu dan helikopter, pada Rabu 27 Juli 2022 mengevakuasi ratusan orang yang terjebak banjir Pakistan ini.

Menurut Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional, seperti dalam laporan VOA Indonesia, Kamis (28/7/2022), hujan lebat terjadi sejak 14 Juli lalu telah merusak jembatan, jalan dan sekitar 4.000 rumah di Provinsi Baluchistan. Sedikitnya 337 orang tewas dalam insiden terkait hujan di seluruh Pakistan.

Dalam sebuah pernyataan, militer Pakistan mengatakan sehari sebelumnya pasukan mereka telah membantu pemerintah lokal di Baluchistan untuk mengevakuasi orang-orang dari daerah yang terdampak banjir.

Militer telah mendirikan kamp-kamp medis di daerah banjir, di mana Badan Kesehatan Dunia WHO pekan ini meluncurkan kampanye vaksinasi anti-kolera untuk mencegah perebakan penyakit yang ditularkan lewat air.

Kolera telah menyebabkan 28 kematian dan membuat ribuan orang di Baluchistan jatuh sakit dalam beberapa bulan terakhir ini. Penyakit ini endemik dan musiman di Pakistan, di mana banyak orang tidak memiliki akses air minum yang bersih.

Beberapa petugas kesehatan mengatakan kampanye vaksinasi anti-kolera telah dimulai 25 Juli lalu dan akan berlanjut hingga 28 Juli mendatang.

Musim hujan di Pakistan umumnya berlangsung dari Juli hingga September.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hujan Lebat Picu Banjir di Iran Selatan, 17 Orang Tewas

Hujan lebat di negara yang sebagian besar gersang, memicu banjir di Iran selatan. Peristiwa itu menewaskan sedikitnya 17 orang dan menyebabkan enam lainnya hilang. Demikian menurut media pemerintah melaporkan pada Sabtu (23/7/2022).

"Sekitar pukul 17.00 WIB kemarin (Jumat), hujan lebat di kota Ij dan Roodbal di bagian tengah Estehban County menyebabkan banjir," Yousef Kargar, gubernur county di Provinsi Fars, seperti dikutip oleh kantor berita negara IRNA.

"Akibat banjir, 17 jasad ditemukan di sekitar Estehban, 13 di antaranya telah diidentifikasi," kata Kargar, seraya menambahkan bahwa enam orang masih hilang.

"Sejumlah warga dan wisatawan (dari daerah lain) yang pergi ke tepi sungai dan berada di dasar sungai terjebak banjir karena naiknya permukaan air," tambahnya.

Video yang diposting di media lokal dan media sosial menunjukkan mobil-mobil terperangkap di air sungai Roodball yang naik dan terbawa arus.

Iran telah mengalami kekeringan berulang selama dekade terakhir, selain itu juga kerap dilanda banjir.

Pada 2019, banjir besar di selatan negara itu menewaskan sedikitnya 76 orang dan menyebabkan kerusakan yang diperkirakan lebih dari $2 miliar.

Pada Januari, setidaknya dua orang tewas dalam banjir bandang di Fars ketika hujan lebat melanda daerah itu, kata seorang pejabat setempat saat itu.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Sydney Australia Masih Digenangi Banjir, 50 Ribu Warga Diminta Mengungsi

Sebelumnya sungai-sungai yang diguyur hujan menumpahkan air berwarna cokelat lumpur di sebagian besar wilayah Sydney pada Selasa (5/7), membanjiri rumah-rumah dan jalan-jalan sambil memaksa ribuan orang mengungsi.

Layanan darurat sekarang telah menginstruksikan sekitar 50.000 orang untuk mengungsi atau bersiap untuk melarikan diri dari air yang naik di New South Wales, kata para pejabat.

Pekerja darurat melakukan 22 penyelamatan banjir di Sydney semalam, kata mereka, dengan dukungan 100 tentara yang dikerahkan ke negara bagian itu.

Banjir, hujan lebat dan angin kencang menyebabkan pemadaman listrik untuk 19.000 rumah, kata para pejabat.

Australia berada di ujung tajam perubahan iklim, dengan kekeringan, kebakaran hutan yang mematikan, peristiwa pemutihan di Great Barrier Reef dan banjir menjadi lebih umum dan intens seiring perubahan pola cuaca global.

Suhu yang lebih tinggi berarti atmosfer menahan lebih banyak kelembaban, melepaskan lebih banyak hujan.

"Sydney tidak keluar dari bahaya, ini bukan waktunya untuk berpuas diri," kata komisaris Layanan Darurat Negara Bagian Carlene York dalam konferensi pers.

"Di luar sana berisiko."

Ahli meteorologi memperkirakan front cuaca akan bergerak ke utara di sepanjang pantai timur setelah menurunkan hujan di Sydney selama empat hari.

Pemerintah federal telah mengumumkan bencana alam di 23 bagian yang banjir di New South Wales, membuka pembayaran bantuan kepada penduduk yang terkena bencana.

4 dari 4 halaman

Tanah Longsor di Austria Picu Status Darurat, Warga Diminta Menyelamatkan Diri

Selain itu, pihak berwenang di Austria telah mengumumkan keadaan darurat sipil setelah tanah longsor memutuskan beberapa desa dari layanan penyelamatan, sementara setidaknya satu orang tewas setelah hujan lebat menyebabkan banjir di negara bagian Carinthia di selatan.

Penduduk Desa Treffen dan Arriach diberitahu untuk menyelamatkan diri di tingkat atas rumah mereka, menurut penyiar publik ORF seperti dikutip dari Euro News, Kamis (30/6/2022).

Beberapa orang bahkan harus diterbangkan ke tempat yang aman dengan helikopter, sementara tubuh seorang pria berusia 82 tahun ditemukan di sungai yang meluap pada Rabu 29 Juni sore.

Wali Kota Treffen Gerald Ebner mengatakan 20 rumah dan peternakan tidak dapat dijangkau oleh tim penyelamat.

Seorang pengemudi mobil yang sebelumnya dilaporkan hilang "berhasil mencapai tempat yang aman," kata pihak berwenang.

Dipicu Badai

Badai pada Selasa malam membawa angin kencang dan hujan lebat ke wilayah tersebut dan pihak berwenang memperingatkan bahwa ada ancaman besar tanah longsor lebih lanjut.

Layanan darurat, penduduk, dan banyak sukarelawan sibuk membersihkan lumpur dari bangunan di wilayah yang terkena dampak.

Presiden Austria Alexander van der Bellen berterima kasih kepada tim penyelamat di Twitter dan menggambarkan kehancuran di Carinthia sebagai "dramatis".

Peningkatan kejadian ekstrem di Eropa, menurut para ilmuwan, merupakan konsekuensi langsung dari pemanasan global.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.