Sukses

Bakteri Terbesar Sedunia Ditemukan, Ukurannya Diklaim Seperti Bulu Mata Manusia

Ada sebuah bakteri baru ditemukan dengan ukuran yang cukup besar untuk dilihat dengan mata telanjang.

Liputan6.com, Laut Karibia - Ini adalah bakteri yang belum pernah Anda lihat sebelumnya -- kemungkinan karena, sampai sekarang, semua bakteri yang diketahui hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop senyawa yang kuat. Tapi tak demikian dengan jenis terbaru ini.

Dengan kata lain, ukurannya membuat temuan itu sebagai bakteri terbesar di dunia.

Mengutip CNN, Jumat (24/6/2022), ada sebuah bakteri baru ditemukan dengan ukuran yang cukup besar untuk dilihat dengan mata telanjang. Menyerupai bentuk dan ukuran bulu mata.

Bakteri tersebut telah ditemukan di Guadeloupe di Lesser Antilles, Laut Karibia menurut sebuah penelitian yang diterbitkan Kamis 25 Juni di jurnal Science.

Bakteri itu diberinama Thiomargarita magnifica - referensi untuk ukurannya yang luar biasa - memiliki panjang sel rata-rata lebih dari 9.000 mikrometer, yang panjangnya hampir 1 cm (0,4 inci). Sel sebagian besar spesies bakteri memiliki panjang sekitar 2 mikrometer, meskipun yang lebih besar dapat mencapai 750 mikrometer.

Bakteri dengan nama singkat T. magnifica dapat tumbuh hingga 2 cm, menurut rekan penulis studi Jean-Marie Volland, seorang ahli biologi kelautan dan ilmuwan di California's Laboratory for Research in Complex Systems, dan afiliasi di US Department of Energy Joint Genome Institute.

"Untuk memahami seberapa besar itu bagi bakteri, sama halnya jika kita menemukan manusia setinggi Gunung Everest," katanya kepada CNN, Rabu 23 Juni.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1 T. magnifica = 625.000 Bakteri E. coli, Permukaannya Murni

Lebih dari 625.000 bakteri E. coli bisa muat di permukaan satu T. magnifica. Namun, terlepas dari ukurannya, bakteri tersebut memiliki permukaan yang "sangat murni", tanpa bakteri yang hidup di permukaan tumbuhan dan hewan hidup, menurut penelitian tersebut.

Bagaimana mempertahankan ukurannya?

Sebelumnya diperkirakan bahwa bakteri tidak dapat tumbuh hingga ukuran yang terlihat dengan mata telanjang karena cara mereka berinteraksi dengan lingkungan dan menghasilkan energi. Tetapi T. magnifica memiliki jaringan membran yang luas yang dapat menghasilkan energi, sehingga tidak hanya mengandalkan permukaan bakteri untuk menyerap nutrisi melalui selnya.

Rekan penulis studi Jean-Marie Volland mampu memvisualisasikan dan mengamati sel-sel raksasa dalam 3D dengan bantuan tomografi sinar-X keras, mikroskop pemindaian laser confocal dan mikroskop elektron transmisi, menurut rilis berita.

Tidak seperti kebanyakan bakteri, yang memiliki materi genetik mengambang bebas di dalam sel tunggal mereka, sel T. magnifica memiliki DNA yang terkandung dalam karung kecil yang memiliki membran, yang disebut pepin.

"Ini adalah penemuan yang sangat menarik, membuka banyak pertanyaan baru karena ini bukan sesuatu yang diamati secara klasik pada bakteri. Ini sebenarnya adalah karakteristik dari sel yang lebih kompleks, jenis sel yang menyusun tubuh kita atau hewan dan tumbuhan," kata Volland.

"Kami ingin memahami apa itu pepin dan apa sebenarnya yang mereka lakukan, dan jika mereka berperan dalam evolusi gigantisme untuk bakteri ini, misalnya."

 

3 dari 4 halaman

Detik-Detik Pertama Kali Ditemukan

T. magnifica pertama kali ditemukan tumbuh sebagai filamen putih tipis pada permukaan daun bakau yang membusuk di rawa bakau laut tropis yang dangkal di Guadeloupe, menurut penelitian tersebut.

Bakteri raksasa ini tumbuh di sedimen di dasar perairan belerang, di mana mereka memanfaatkan energi kimia belerang dan menggunakan oksigen dari air sekitarnya untuk menghasilkan gula, menurut Volland.

T. magnifica juga dapat membuat makanan dari karbon dioksida.

Telah disarankan bahwa dengan menjadi jauh lebih besar dari bakteri rata-rata, sel T. magnifica bisa lebih baik dalam mengakses oksigen dan belerang di lingkungan mereka pada saat yang sama, menurut Volland.

Hal itu mungkin juga karena besarnya sel T. magnifica dibandingkan dengan mikroba lain dalam populasi bakteri berarti mereka tidak perlu khawatir akan dimakan oleh pemangsa.

4 dari 4 halaman

Sebuah 'Kotak Kitam' Mikroba

Tanja Woyke, seorang ilmuwan senior di Lawrence Berkeley National Laboratory di California, berpikir bahwa kemungkinan besar bakteri raksasa, atau spesies terkait, dapat ditemukan di bakau lain di seluruh dunia.

"Selalu mengejutkan saya betapa sedikitnya yang kita ketahui tentang dunia mikroba dan berapa banyak yang ada di luar sana," katanya kepada CNN, Rabu, seraya menambahkan bahwa dunia mikroba "masih merupakan kotak hitam."

Woyke, yang memimpin Program Genomik Mikroba Institut Energi Bersama Departemen Energi AS, adalah salah satu penulis senior studi tersebut.

"Bias konfirmasi terkait ukuran virus mencegah penemuan virus raksasa selama lebih dari satu abad," simpul penelitian tersebut.

"Penemuan Ca. T. magnifica menunjukkan bahwa bakteri besar dan lebih kompleks mungkin bersembunyi di depan mata. Hanya karena kita belum melihatnya, bukan berarti tidak ada," tambah Woyke.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.