Sukses

Kedutaan Besar Palestina Kecewa Atas Pemindahan Paksa Warganya di Sheikh Jarrah Yerusalem

Kedutaan Besar Palestina di Indonesia menyampaikan rasa kecewanya atas pemindahan paksa warganya di Sheikh Jarrah Yerusalem dan meminta bantuan kepada pemerintah Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem yang diduduki harus menelan pil pahit atas pemindahan paksa yang media sebutkan oleh Israel.

"Menyatakan kekecewaannya atas pemindahan paksa warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem yang diduduki. Ini terjadi karena pemukim Israel bekerja dengan sistem hukum Israel untuk mengusir keluarga-keluarga ini dari rumah mereka," tulis Kedutaan Besar Negara Palestina di Indonesia dalam keterangan tertulisnya yang Liputan6.com terima Senin (10/6/2021).

Dalam keterangan tersebut, juga disebutkan bahwa Kedutaan Besar Palestina di Indonesia meminta bantuan kepada pemerintah Indonesia.

"Kami memohon kepada pemerintah Indonesia dan semua pendukung Palestina merdeka di negara ini untuk campur tangan dan mengaktifkan mekanisme hukum internasional dan hukum humaniter internasional, untuk meminta pertanggungjawaban pendudukan Israel atas pelanggaran terus-menerus terhadap warga sipil dan jamaah Palestina di Mesjid Al-Aqsa,"

"Komunitas internasional harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membantu menghentikan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel."

Saksikan Juga Video Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sekilas Tentang Sheikh Jarrah

Sheikh Jarrah adalah rumah bagi 2.800 pengungsi Palestina yang secara etnis dibersihkan dari rumah aslinya selama Nakba 1948. Di bawah kesepakatan antara Yordania dan UNRWA pada tahun 1956, keluarga-keluarga ini dijanjikan perumahan dan tanah di Sheikh Jarrah. Keluarga dimaksudkan untuk menerima sertifikat kepemilikan setelah tiga tahun, tetapi ini tidak pernah terjadi. Israel menaklukkan Yerusalem Timur sebelum gelar ini terwujud.

Sejak 1972, didukung oleh tentara, polisi, dan perusahaan keamanan swasta, para pemukim secara rutin menyeret warga Palestina ke jalan. Tidak hanya mereka menjadi tunawisma, tanpa dukungan negara, tetapi otoritas Israel bahkan menagih biaya yang terlalu tinggi kepada keluarga-keluarga ini untuk membayar penggusuran mereka sendiri.

Bentrok Dua Malam

Sebelumnya, bentrokan selama dua malam terjadi di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa Yerusalem, yang sering menjadi pusat kekerasan. Ini adalah salah satu situs Islam yang paling dihormati, tetapi lokasinya juga merupakan situs tersuci dalam Yudaisme, yang dikenal sebagai Temple Mount.

Kekerasan yang terjadi pada Sabtu 8 Mei dimulai setelah puluhan ribu jemaah salat di kompleks pada malam Lailatul Qadar, malam paling suci di bulan Ramadhan.

Para pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah polisi di pintu masuk Gerbang Damaskus ke Kota Tua, dan petugas menanggapi dengan granat, peluru karet, dan meriam air.

Akibat kejadian tersebut, hampir 100 orang terluka, menurut petugas medis Palestina.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.