Sukses

Tak Menyesal Bunuh 48 Narapidana, Pemimpin Geng di Brasil Divonis Penjara 217 Tahun

Marco Paulo da Silva adalah seorang pelaku kriminal yang telah membunuh 48 narapidana dan masih tidak menyesali perbuatannya.

Liputan6.com, Sao Paulo - Seorang narapidana di Brasil telah membunuh 48 narapidana lainnya di dalam di penjara saat remaja. Ia dilaporkan tidak menyesal, bahkan ingin membunuh lebih banyak lagi.

Dia adalah Marcos Paulo da Silva (42), yang pertama kali dipenjara pada 1995 karena pencurian kecil-kecilan. Namun ia menjadi terkenal karena memenggal kepala sesama narapidana.

Dikutip dari The Sun, Kamis (29/10/2020), meskipun semua kejahatannya belum diadili, namun hingga kini, sudah ada beberapa hukuman yang dijatuhi kepadanya dan hukuman penjara tersebut mencapai 217 tahun. Dia baru-baru ini mengatakan kepada hakim, "Saya tidak menyesal membunuh orang-orang ini."

"Mereka adalah pemerkosa dan pencuri yang memanfaatkan narapidana lain dan merampok mereka," tambahnya.

Dalam satu insiden pada 2011, da Silva disebut telah membunuh lima narapidana sekaligus saat ditahan di Penjara Serra Azul di Sao Paulo, Brasil. Ia dikabarkan menggunakan alat pemadam api untuk membuat setiap pria pingsan sebelum menyerang mereka dengan pisau buatan sendiri.

"Saya suka ini, jumlahnya sangat sedikit. Saya ingin membunuh lebih banyak tahanan," teriaknya saat melakukan serangan.

Saat berusia 18 tahun, da Silva bergabung dengan geng Primeiro Comando da Capital (PCC). Geng tersebut adalah organisasi kejahatan terbesar di Brasil.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pimpin Geng Saingan PCC

Sebagai organisasi kriminal terbesar, PCC memiliki hampir 20.000 anggota, sekitar 6.000 di antaranya berada di penjara.

Da Silva kemudian meninggalkan geng tersebut dan sekarang menjabat sebagai pemimpin geng saingan yang dibentuk untuk membunuh anggota PCC.

Seorang sipir penjara mengatakan hanya "masalah waktu" sebelum da Silva membunuh narapidana lainnya. Sangat sedikit penjara di negara itu yang masih bersedia mempertimbangkan untuk menerimanya.

Para psikolog mengatakan, da Silva tidak sakit jiwa tetapi dia menderita gangguan kepribadian yang perlu segera ditangani.

 

 

 

Reporter: Ruben Irwandi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.