Sukses

Gedung Putih: AS Targetkan 1 Persen dari Total Siswa China yang Dianggap Mata-Mata

Tindakan AS terhadap mahasiswa China terjadi pada saat hubungan China-AS telah berada pada titik terendah dalam beberapa dekade menjelang pemilihan kembali Trump pada 3 November 2020.

Liputan6.com, Washington, D.C - Seorang pejabat tinggi Gedung Putih pada Rabu, 30 September 2020 mengatakan, Amerika Serikat menargetkan hanya sekitar 1 persen dari 400.000 siswa China di AS atas dugaan mengumpulkan teknologi dan informasi lainnya di Negeri Paman Sam.

Matt Pottinger, wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih yang telah menjadi tokoh terkemuka dalam pengembangan kebijakan China bagi Presiden Donald Trump, mengatakan sebagian besar mahasiswa China disambut baik.

"Ini adalah pendekatan bedah," kata Pottinger dalam acara online yang diselenggarakan oleh Ronald Reagan Institute, merujuk pada kebijakan pemerintah yang menolak visa pelajar untuk warga China yang dianggap sebagai risiko keamanan, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (1/10/2020).

"Presiden Trump telah mengambil tindakan untuk menargetkan sekitar 1 persen dari jumlah besar itu, untuk menargetkan peneliti China yang berafiliasi dengan militer, yang dalam beberapa kasus berada di sini dengan alasan palsu atau bahkan identitas palsu," katanya.

Kasus lain melibatkan individu yang datang ke Amerika Serikat untuk mendapatkan akses ke "teknologi yang akan berguna untuk kemajuan militer China atau penindasan rakyat mereka sendiri", tambahnya.

Pottinger mengatakan mayoritas mahasiswa China adalah "orang-orang yang kami senangi di sini, dan banyak yang akan tinggal di sini dan memulai bisnis yang hebat".

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hubungan China-AS

Tindakan AS terhadap mahasiswa China terjadi pada saat hubungan China-AS telah berada pada titik terendah dalam beberapa dekade menjelang pemilihan kembali Trump pada 3 November 2020.

Dua negara ekonomi terbesar dunia itu tengah berselisih lantaran sejumlah permaslahan. Mulai dari isu perdagangan, hak asasi manusia hingga Hong Kong dan Virus Corona COVID-19.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan, bulan ini Amerika Serikat telah mencabut visa lebih dari 1.000 pelajar dan peneliti China yang dianggap berisiko keamanan. China menyebut ini sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

Washington mengatakan tindakan itu menyusul proklamasi 29 Mei oleh Trump sebagai tanggapan atas pembatasan China pada demokrasi di Hong Kong.

Banyaknya mahasiswa China yang belajar di Amerika Serikat mendatangkan pendapatan yang signifikan bagi universitas-universitas AS, meskipun pandemi COVID-19 sangat mengganggu perjalanan kembali ke kampus musim gugur ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.