Sukses

Cuci Tangan dengan Air atau Hand Sanitizer, Mana Lebih Efektif Lawan Virus Corona?

Di tengah melawan Virus Corona COVID-19, manakah yang lebih efektif, mencuci tangan atau memakai hand sanitizer alias gel pembersih tangan?

Liputan6.com, Jakarta - Wabah Virus Corona COVID-19 membuat warga New York cemas. Mereka berkerumun di toko-toko obat dan supermarket mencari pembunuh kuman.

Sementara para spesialis kesehatan masyarakat menekankan pentingnya menjaga tangan bersih selama wabah Virus Corona, membuat sabun dan cairan pembersih tangan ludes terjual dalam waktu singkat. Tetapi apakah produk sejenis ini benar-benar efektif terhadap COVID-19 atau ada cara lain yang lebih baik?

"Dari apa yang kita ketahui tentang Virus Corona ini, mirip dengan (epidemi sebelumnya) SARS (sindrom pernafasan akut parah) dan MERS (sindrom pernafasan Timur Tengah), jadi seharusnya tidak sesulit itu membunuh mikroorganismenya," ujar Direktur Medis Unit Patogen Khusus di Boston Medical Center, Dr. Nahid Bhadelia pada The Post.

"Sabun dan air, dan pembersih tangan berbahan dasar alkohol, dapat membunuhnya," tambah Dr. Nahid Bhadelia.

Mengenai apa yang paling efektif, para ahli sepakat bahwa mencuci tangan dengan air mengalir pada umumnya adalah pilihan yang lebih baik. Hal itu dianggap lebih efektif menghilangkan kotoran yang membandel - yang bisa melekat, dan berpotensi termakan - dan membunuh patogen tertentu.

Menggunakan sabun hingga berbusa juga dinilai bisa membantu menangkal lebih dari Virus Corona. "Ini juga akan melindungi Anda dari penyakit menular lainnya, seperti flu dan diare," jelas Bhadelia.

Sabun apa pun bisa digunakan. Menurut Food and Drug Administration, sejauh ini belum ada ilmu yang menyarankan sabun antibakteri yang dijual bebas lebih efektif untuk mencegah penyakit daripada sabun dan air biasa.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Cairan Pembersih Tangan Bisa Jadi Pilihan

Tetapi jika Anda tidak dapat segera mencuci tangan, semisal dalam perjalanan, pembersih tangan dan tisu dapat menjadi alat yang efektif untuk membunuh kuman penyebab penyakit. Apalagi yang dibuat dengan setidaknya 60 persen alkohol, dianggap paling efektif, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

Periksa saja bagian belakang label cairan pembersih tangan yang biasanya terdiri dari etil alkohol, etanol, isopropanol atau n-propanol - semuanya bisa digunakan.

Beberapa pembersih natural atau alami bisa jadi pilihan. Beberapa contohnya adalah semprotan pembersih tangan organik Dr. Bronner, mengandung 62 persen etil alkohol; dan pembersih tangan Purell Naturals, dibuat dengan "alkohol nabati" dan "minyak esensial," terdiri dari 70 persen etil alkohol.

Tapi tak hanya dengan membeli merek terbaik, Anda juga harus belajar cara menggunakannya dengan benar.

"Anda dapat memiliki semua pembersih tangan dan sabun yang Anda inginkan, tetapi harus menggunakan atau mencucinya dengan benar. Jika tidak Anda mungkin masih memiliki virus di tangan," papar Bhadelia.

CDC merekomendasikan membasahi tangan dengan air bersih yang mengalir - hangat atau dingin boleh saja - dan kemudian oleskan sabun. Saat menyabuni, pastikan mengenai punggung tangan, di antara jari dan di bawah kuku. Gosok setidaknya selama 20 detik, bilas bersih lalu keringkan dengan handuk bersih atau biarkan mengering.

3 dari 5 halaman

Pembatasan Pembelian Hand Sanitizer

Ketika masyarakat dan pemerintah bergulat dengan penangangan COVID-19 dan bagaimana menghentikan penyebarannya, penjualan hand sanitizer gel atau gel pembersih tangan kian melonjak. Di Inggris, beberapa supermarket sudah kehabisan dan bahkan diberlakukan pembatasan pembelian untuk dua botol per pelanggan.

Tetapi apakah gel tangan benar-benar efektif melawan Virus Corona? Dan, jika demikian, haruskah kita membuatnya sendiri jika tidak tersedia di toko-toko atau pembelian via online?

The Guardian melaporkan, pembersih tangan bukanlah hal baru. Pada tahun 1966, Lupe Hernandez, seorang mahasiswa perawat dari Bakersfield, California, mematenkan gagasan gel berbasis alkohol untuk membersihkan tangan tanpa adanya fasilitas cuci tangan. Namun, tidak sampai pandemi flu babi H1N1 pada tahun 2009, produk tersebut tak hanya digunakan di lembaga melainkan jadi sesuatu yang dibawa-bawa oleh masyarakat.

Tahun itu, 2009, penjualan gel dan tisu antibakteri di AS melonjak lebih dari 70% dalam enam bulan. Pada 2010, botol-botol kecil hand sanitizer ada di mana-mana - mulai dari kasir di toko buku bandara hingga pengecer online yang menawarkan bentuk yang dapat disesuaikan.

Popularitas gel tangan tidak hanya didorong oleh ketakutan akan pandemi. Peluang yang menguntungkan untuk memasarkannya telah mendorong penjualan: kini tersedia dalam warna yang cantik dan ramah anak (bubblegum pink, biru terang) dan dengan aroma tak menyengat (kayu manis, lavender) yang jauh berbeda dari versi berbau tajam yang ditemukan di rumah sakit.

Hand sanitizer juga telah berevolusi untuk memasukkan bahan aktif lain sebagai pengganti alkohol, dan bahkan ada resep online untuk membuat sendiri. Good Housekeeping menyarankan vodka. Blogger kesehatan meraciknya dengan ramuan campuran lidah buaya. Tetapi apakah ini efektif dalam membunuh kuman?

Para ahli kebersihan, National Health Service (NHS) dan Public Health England semua sepakat bahwa untuk membunuh sebagian besar virus, cairan hand sanitizer memerlukan setidaknya 60% kandungan alkohol (sebagian besar mengandung 60-95%). Bagi mereka yang memiliki kulit sensitif, sekarang ada opsi yang tidak mengandung alkohol.

Selama beberapa dekade, ada juga versi yang dibuat dengan agen antibakteri kuat lain, triclosan, yang ditemukan dalam segala hal mulai dari sabun hingga pasta gigi. Namun, penelitian telah menemukan bahwa triclosan dapat merusak sistem endokrin tubuh, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS melarang penggunaannya dalam produk-produk kebersihan pada akhir 2017.

Sally Bloomfield, seorang profesor di London School of Hygiene dan Tropical Medicine, mengatakan bahwa virus jauh lebih tahan terhadap desinfektan daripada bakteri. Untungnya, coronavirus (Virus Corona) adalah envelope virus, yang berarti memiliki lapisan di sekitarnya yang dapat diserang alkohol, sehingga menghilangkan ancaman. (Norovirus dan rhinovirus, sebaliknya, tidak).

Ini berarti membuat hand sanitizer Anda sendiri, walaupun berpotensi efektif melawan beberapa bakteri, bukanlah sesuatu yang akan direkomendasikan Bloomfield. "Ini sangat tidak bijaksana, berbahaya, bahkan," kata Bloomfield.

Produk yang dibeli di toko juga mengandung emolien untuk membuatnya lebih lembut di kulit, yang tanpanya Anda berisiko menyakiti tangan. Mendapatkan campuran tepat di rumah akan sangat sulit - jadi bukan hal tepat untuk melakukannya di rumah.

 

4 dari 5 halaman

Waktu Tepat untuk Menggunakan Hand Sanitizer

Kuncinya adalah kapan menggunakan hand sanitizer.

COVID-19 adalah penyakit baru, jadi tidak ada yang tahu persis bagaimana virus itu menyebar. Menurut National Health Service (NHS), ada kemungkinan tersebar melalui cairan saat batuk dari orang ke orang dan sangat tidak mungkin ditularkan melalui benda, baik itu paket atau makanan.

Saran Bloomfield adalah untuk mencuci tangan dengan sabun dan air, atau jika itu tidak memungkinkan, gunakan gel pembersih tangan, ketika Anda kembali ke tempat aman seperti rumah, meja atau tempat kerja, atau tempat duduk Anda di kereta atau pesawat.

Hindari menyentuh apa pun yang tidak perlu, dan perhatikan apa yang Anda sentuh - seperti gagang pintu dan tiang bus - dan jika Anda tidak dapat mencuci tangan atau menggunakan gel setelah bersentuhan dengan benda-benda, jangan sentuh wajahmu.

Virus membutuhkan inang - sel hidup - untuk bereproduksi: jadi jangan menggosok mata atau menyentuh mulut atau luka apa pun jika tangan Anda tidak bersih. Jaga tangan Anda bersih sampai Anda memiliki akses ke hand sanitizer atau dapat mencucinya.

 

5 dari 5 halaman

Cuci Tangan dengan Air Jadi Pilihan Terbaik

Pilihan terbaik adalah sabun dan air. Menurut sebuah studi tahun 2019 oleh American Society for Microbiology, menggunakan air mengalir dan sabun untuk mencuci tangan lebih efektif daripada setetes gel pembersih tangan.

Sabun memiliki sifat antibakteri ringan, tetapi tidak membunuh virus. Itu memang menghilangkan kotoran, jadi basahi tangan Anda dengan air, sapukan dengan benar, di kedua sisi, di antara jari dan di bawah kuku, satu tangan dan kemudian yang lain. Bilas secara menyeluruh di bawah air mengalir selama 20 detik (atau seperti yang dikatakan NHS, waktu yang diperlukan untuk menyanyikan lagu "Happy Birthday" dua kali).

Membilas secara menyeluruh adalah kunci untuk membasmi virus. Keringkan tangan Anda dengan handuk sekali pakai, kemudian gunakan handuk itu untuk mematikan keran sebelum membuangnya.

Menggunakan handuk kertas mungkin tampak berlawanan dengan hati, tetapi sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis Mayo Clinic Proceedings pada 2012 menyimpulkan bahwa dari sudut pandang kebersihan: "Handuk kertas lebih unggul daripada pengering udara."

Alasannya Ini karena handuk mengeringkan tangan Anda lebih cepat dan lebih teliti daripada pengering, dan kontaminasi lebih banyak terjadi pada tangan basah daripada kering.

Lisa Ackerley, seorang praktisi kesehatan lingkungan mengatakan bahwa persediaan hand sanitizer yang menipis merupakan masalah, seraya memperingatkan terhadap pembelian panik. Pertama, Anda tidak perlu menggunakan terlalu banyak - botol kecil akan sangat bermanfaat. Bahkan, juru bicara perusahaan produk kimia Kao Corporation dilaporkan mengatakan pekan lalu bahwa terlalu banyak gel tangan dapat menyebabkan iritasi dan sensitivitas kulit, karena mengeringkan kulit dan menghilangkan minyak alami.

Kulit yang rusak meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, sehingga hand sanitizer, seperti kebanyakan hal lainnya, paling baik digunakan dalam jumlah sedang - dan hanya ketika mencuci tangan bukan pilihan.

Seperti yang dikatakan Bloomfield, ini bukan tentang menjadi paranoid. Dia menyamakan proses itu dengan vaksinasi atau mengenakan sabuk pengaman: ini tentang disiplin. Sementara beberapa perusahaan dilaporkan telah melarang jabat tangan dan kontak fisik lainnya dalam upaya untuk menghindari COVID-19, meski bukan panduan resmi.

Tidak mungkin untuk tidak terlibat dengan dunia, jadi Anda hanya perlu berhati-hati dan metode kebersihan tangan. "Jika semua orang mematuhi kebersihan yang baik," kata Bloomfield, "maka Anda memastikan sejauh mungkin bahwa Anda tidak terinfeksi atau pun menyebarkannya."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.