Sukses

Pasca-Serangan Kapal Tanker, Menlu AS Serukan Perlindungan Internasional di Teluk Persia

Setelah serangan dua kapal tanker di Teluk Oman, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyerukan perlindungan internasional atas jalur pelayaran di Teluk Persia.

Liputan6.com, Washington DC - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo, telah meminta negara-negara lain untuk membantu menjaga lalu lintas pelayaran migas di Teluk Persia, menyusul serentetan serangan terhadap beberapa kapal tanker yang disalahkan Washington pada Iran.

Dalam kunjungan ke markas Komando Pusat AS di Florida, Pompeo mengatakan keamanan pengiriman di kawasan terkait tidak semata-mata urusan AS.

"Anda memiliki Tiongkok yang sangat bergantung pada energi yang melintasi Selat Hormuz. Anda memiliki Korea Selatan, Indonesia, Jepang, yang semuanya memiliki minat besar untuk memastikan ada kebebasan navigasi di sepanjang jalur air ini," kata Pompeo, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Rabu (19/6/2019).

"Amerika Serikat siap melakukan bagiannya, tetapi setiap negara juga perlu ikut melindungi jalur pelayaran, agar energi dapat bergerak di seluruh dunia dan mendukung perekonomian," lanjutnya.

Pompeo menambahkan bahwa "Presiden Trump tidak menginginkan perang, dan kami akan terus mengomunikasikan pesan itu, sambil melakukan hal-hal yang diperlukan untuk melindungi kepentingan Amerika Serikat di kawasan itu."

Saat ini, Donald Trump disebut berupaya membujuk sekutu di kawasan Teluk, untuk memikul beban yang lebih besar dalam menyediakan keamanan.

Selain itu, Trump juga berusaha mendekati NATO agar sepaham dengannya dalam menangani isu di Timur Tengah.

Namun, menurut para pengamat, AS akan kesulitan meraih dukungan tersebut, karena sebagian besar anggotanya yang berasal dari Eropa, telah berkali-kali menuding pemerintahan Trump sebagai pemicu krisis Teluk, menyusul keluarnya Negeri Paman Sam dari kesepakatan nuklir multilateral 2015 dengan Iran, serta memaksakan embargo minyak dan perbankan di negara itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Trump Mengecilkan Skala Ancaman

Dalam sebuah wawancara pada hari Selasa, Trump mengecilkan ancaman terhadap AS yang diwakili oleh serangan kapal tanker di wilayah tersebut, yang ia gambarkan sebagai "sangat kecil".

"Tempat-tempat lain mendapatkan minyak dalam jumlah sangat besar di sana," kata Trump kepada majalah Time.

"Kami mendapat sangat sedikit. Kami telah membuat kemajuan luar biasa dalam dua setengah tahun terakhir dalam energi. Dan ketika jaringan pipa dibangun, kami sekarang adalah pengekspor energi. Jadi kita tidak dalam posisi seperti dulu di Timur Tengah di mana ... beberapa orang akan mengatakan kita ada di sana untuk minyak."

Pemerintahan Trump berusaha menangani krisis Teluk di tengah gejolak puncaknya saat ini.

Namun, pelaksana tugas menteri pertahanan AS, Patrick Shanahan, yang telah dinominasikan oleh Trump untuk mengambil jabatan resmi, mengundurkan diri pada hari Selasa dengan alasan "mencurahkan lebih banyak waktu untuk keluarganya", menurut twit Trump.

Sebagai gantinya, Trump menunjuk menteri tentara AS, Mark Esper, untuk mengambil alih peluang posiis yang ditinggalkan Shahnan.

AS belum memiliki menteri pertahanan yang dikonfirmasi senat sejak Desember lalu, ketika James Mattis memilih mengundurkan diri.

3 dari 3 halaman

PM Jepang Membawa Pesan Trump

Pada hari Selasa, Pompeo mengkonfirmasi bahwa kunjungan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ke Teheran, pada pekan lalu, dilakukan atas permintaan Trump.

"Presiden Trump telah mengirim ... Abe untuk membawa pesannya ke pemimpin Iran," ujar Pompeo.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, menolak proposal dialog dengan Trump dan tuduhan atas serangan kapal tanker, yang salah satunya milik Jepang ketika Abe berada di Teheran.

Iran telah membantah bertanggung jawab atas ledakan yang menghantam dua tanker di Teluk Oman pada Kamis pekan lalu, tetapi pada hari Selasa komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) --yang menurut AS melakukan serangan dengan tambang limpet-- meningkatkan ancaman terhadap kapal yang berlayar melalui Selat Hormuz.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini