Sukses

Mengapa Wajah Kita Mengekspresikan Rasa Makanan dengan Raut Berbeda?

Wajah kita akan merespons rasa makanan dengan mimik muka yang berbeda, mengapa demikian?

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti di Faculty of Biosciences di University of Copenhagen, LIFE, dan Swedish Institute for Food and Biotechnology telah memetakan bagaimana wajah manusia bereaksi terhadap serangkaian rasa makanan yang berbeda.

"Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah kami dapat menggambarkan rasa dari kerutan di wajah orang. Kami beranggapan bahwa wajah orang akan bereaksi sesuai dengan apa yang ada di mulut mereka," jelas Bodil Helene Allesen-Holm, kepala di Sensory Laboratory of the University of Copenhagen's Department of Food Science

Lima Macam Rasa

Dikutip dari situs sciencenordic.com, Senin (1/4/2019), untuk mengetahui bagaimana manusia bereaksi terhadap rasa yang berbeda, para periset memberikan beraneka macam makanan dengan kekuatan rasa yang berbeda kepada panelis yang dilibatkan dalam studi ini. 

Rasa tersebut antara lain asam, manis, pahit, asin dan gurih --kategori yang mencakup daging dan jamur.

Tim peneliti kemudian merekam reaksi wajah panelis dalam sebuah video dengan menyertakan perangkat lunak pengenal wajah yang canggih untuk menganalisis rekaman.

Mereka menemukan 12 ekspresi wajah yang berbeda. Misalnya, relawan bereaksi terhadap rasa pahit dengan mengerutkan kening, menaikkan hidung, membuka mata lebar-lebar atau memutarkan mata.

Sementara itu, untuk rasa kecut, panelis bereaksi dengan mengerutkan kening, mengerucutkan atau memiringkan bibir, atau memejamkan mata sembari sedikit membuka mulut.

"Kami mengetahui sejumlah ekspresi wajah dasar yang merupakan bagian dari FACS (Facial Action Coding System), yang digunakan untuk menggaambarkan ekspresi wajah pada anak-anak serta orang dewasa dalam pekerjaan kami di bidang sensorik," ujar Allesen-Holm.

Sedangkan untuk rasa umami atau gurih dan manis, keduanya tidak menimbulkan reaksi wajah yang mencolok lantaran rasanya yang menyenangkan.

Pada rasa manis, peserta percobaan sedikit mengerutkan kening dan tidak memutark bola mata seperti yang dia lakukan saat mencicipi rasa yang tidak enak.

Kita Bereaksi Lebih Hebat Terhadap Makanan yang Kita Benci

Selain mencari tahu bagaimana kita bereaksi terhadap selera yang berbeda, para peneliti juga menemukan bahwa reaksi wajah kita akan cenderung lebih ekspresif jika kita tidak menyukai makanan yang kita kunyah.

Percobaan tersebut diterapkan pada 21 panelis pencicip yang terlatih. Setiap peserta dihadapkan pada kombinasi yang berbeda dari lima selera yang lain dalam tiga intensitas yang tak serupa pula. Mereka juga diberi air untuk menetralkan rasa.

Dengan adanya temuan tersebut, Allesen-Holm dan timnya berharap dapat mencari tahu bagaimana manusia bereaksi secara emosional terhadap rasa yang kita rasakan di mulut kita.

Hasil penelitian telah dipublikasikan dalam jurnal Food Quality and Preferences.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengapa Makan Makanan Pedas Membuat Hidung Mengeluarkan Ingus?

Sementara itu, saus sambal, kari panas, wasabi, dan makanan pedas lainnya, kerap membuat masalah pada seseorang yang sedang menyantap makanan dengan nikmatnya. Di antaranya membuat hidung mengeluarkan cairan semacam ingus, mata berair, dan mulut serasa terbakar.

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Dilansir dari Live Science, Rabu 28 November 2018, rasa pedas khas yang dikandung dalam cabai berasal dari senyawa kimia alami bernama capsaicin.

Zat inilah yang menyebabkan sensasi terbakar ketika menyentuh jaringan tubuh. Kualitas iritannya sangat terasa, sehingga semprotan lada disebut lebih melemahkan daripada gas air mata, demikian menurut laporan European Parliament's Scientific and Technological Options Assessment.

Selain itu, ada pula allyl isothiocyanate: minyak yang terkandung dalam seluruh tanaman genus Capsicum. Biasanya, allyl isothiocyanate digunakan oleh manusia sebagai bahan insektisida dan fungisida.

Dua senyawa ini dapat ditemukan pada jaringan plasenta cabai. Umumnya, tanaman tersebut akan memanfaatkan unsur itu sebagai senjata biologis untuk melawan hewan pemangsa.

Cara kerja capsaicin yakni mengiritasi hampir seluruh jaringan lunak yang bersentuhan dengannya, sehingga mendatangkan sensasi terbakar yang luar biasa di lidah.

Di samping itu, zat tersebut juga menyebabkan 'sengatan' yang menyakitkan pada mata dan hidung. Ketika selaput lendir Anda terkena bahan kimia ini, saraf-saraf di dalamnya akan meradang dan mengaktifkan mode pertahanannya.

Itu artinya, saat tubuh memproduksi cairan seperti ingus, lendir ini dipakai untuk menjebak alergen dan bahan tak diinginkan lainnya agar bisa keluar dari sistem pernapasan, dengan membuangnya melalui saluran hidung.

Semakin teriritasi membran hidung Anda, semakin banyak lendir yang dihasilkan.

Anda mungkin pernah memperhatikan bahwa ketika Anda terserang pilek dan hidung mampet, mengonsumsi makanan pedas dapat membuat Anda merasa sedikit lebih baik.

Namun, jangan terkecoh dengan khasiatnya, karena kelegaan itu hanya bersifat sementara dan membuat segala sesuatunya semakin buruk untuk jangka panjang.

Iritasi yang disebabkan oleh capsaicin dan allyl isothiocyanate, membuat otot dilator naris yang ada di hidung mengambil lebih banyak oksigen, meski untuk sementara waktu.

Reseptor di hidung kemudian memberitahu otak bahwa Anda sudah bisa bernapas lebih mudah.

Namun, ini semua adalah tipu muslihat yang rumit. Saat efek dari pedas berkurang, Anda kembali seperti semula: susah menghirup udara pada salah satu lubang hidung dan menghasilkan lebih banyak ingus.

Bagaimana mengobati kepedasan?

Ilustrasi Foto Cabai Kering (iStockphoto)

Jika Anda mencari cara terbaik untuk mengalahkan rasa pedas, jangan sekali pun minum air mineral dingin, bir, teh, atau kopi. Tenggak saja segelas susu.

Capsaicin mempunyai sifat yang berminyak, sehingga membuatnya susah larut dalam air. Jadi, percuma saja Anda menelan berliter-liter air. Hal ini tak berdampak apa pun untuk mengurangi sensasi terbakar pada mulut Anda.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Physiology & Behavior, susu mengandung protein yang disebut kasein, yang merupakan molekul lipofilik (pecinta lemak) yang mengikat molekul capsaicin dan menetralkan mereka. Layaknya deterjen yang menyingkirkan noda membandel.

Menurut studi serupa, reaksi kimia yang terjadi antara capsaicin dan sukrosa (gula meja), juga bisa meredakan kepedasan.

Untuk itulah, apabila Anda tidak menemukan susu, cobalah melarutkan dua sendok teh gula dalam segelas air mineral dingin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.