Sukses

PM Kanada Justin Trudeau Menolak Tegas Desakan dari Arab Saudi

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menolak dengan tegas desakan dari pihak Arab Saudi.

Liputan6.com, Ottawa - Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menolak tegas desakan Arab Saudi untuk mencabut seruan pembebasan aktivis hak-hak sipil yang dipenjara, dan bersikeras bahwa pihaknya akan terus membela hak asasi manusia (HAM) di seluruh dunia.

Oleh beberapa pihak, pernyataan PM Trudeau itu menunjukkan bahwa pertikaian diplomatik akan meningkat di antara kedua negara.

Dalam komentar publik pertamanya sejak konflik memanas, PM Trudeau mengatakan bahwa pihaknya telah berbicara langsung dengan pihak Kerajaan Arab Saudi dalam upaya untuk menyelesaikan apa yang disebutnya "perbedaan pendapat diplomatik".

PM Trudeau mengatakan Menteri Luar Negeri Kanada telah melakukan percakapan panjang dengan koleganya di Arab Saudi pada Selasa, 7 Agustus. Akan tetapi, dia tidak memberikan rincian tentang apa yang telah dibicarakan dalam pembicaraan tingkat menteri tersebut.

"Kami terus terlibat secara diplomatis dan politis dengan pemerintah Arab Saudi. Kami menghormati kepentingan mereka di dunia, dan mengakui bahwa mereka telah membuat kemajuan dalam sejumlah isu penting," kata PM Trudeau, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Kamis (9/8/2018).

Dia bersikeras, bagaimanapun, Kanada akan terus menekan Arab Saudi pada catatan hak asasi manusianya.

"Kami akan, pada saat yang sama, terus berbicara dengan jelas dan tegas mengenai isu-isu hak asasi manusia di dalam dan luar negeri, di mana pun kami melihat hal tersebut sangat dibutuhkan," PM Trudeau menegaskan.

Komentar PM Trudeau muncul beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, menggambarkan perselisihan itu sebagai "masalah keamanan nasional".

Kepada para wartawan, ia juga mengatakan bahwa pihak kerajaan masih mempertimbangkan langkah-langkah tambahan terhadap Kanada. Dia tidak menjelaskan apa yang bisa dilakukan langkah-langkah tersebut.

"Kanada perlu memperbaiki kesalahan besar," kata al-Jubeir pada konferensi pers di Riyadh. "Tidak ada yang bisa dimediasi. Kesalahan telah dibuat dan kesalahan harus diperbaiki."

Ketika ditanya apakah Kanada siap untuk meminta maaf ke Arab Saudi, PM Trudeau --yang dalam beberapa tahun terakhir mendapat kecaman karena menandatangani penjualan lebih dari 900 kendaraan lapis baja ke Riyadh-- menjawab pertanyaan itu.

"Warga Kanada selalu mengharapkan pemerintah kita untuk berbicara dengan kuat dan tegas, jelas dan sopan, tentang perlunya menghormati hak asasi manusia di seluruh dunia. Kami akan terus melakukan itu," katanya.

Dia juga menghindari pertanyaan tentang keengganan yang dirasakan pemerintah AS untuk mendukung Kanada dalam perselisihan. "Kami mengakui bahwa setiap negara memiliki hak untuk membuat keputusan sendiri ketika menyangkut diplomasi dan hubungan internasional," katanya.

"Saya tidak akan pernah memaksakan pada negara lain apa reaksi mereka seharusnya atau apa tanggapan mereka seharusnya."

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Beberapa Negara Dukung Arab Saudi

Di lain pihak, dalam beberapa hari terakhir, sejumlah negara telah menyatakan dukungan terhadap Arab Saudi, termasuk Mesir dan Rusia, yang keduanya mengatakan kepada Ottawa bahwa tidak dapat diterima untuk "memberi kuliah" pada kerajaan kaya minyak itu tentang hak asasi manusia.

"Kami selalu mengatakan bahwa politisasi masalah hak asasi manusia tidak dapat diterima," ujar Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri Rusia, kepada wartawan pada Rabu.

"Apa yang mungkin dibutuhkan dalam situasi ini adalah saran dan bantuan konstruktif daripada kritik dari 'alasan moral'," dia menambahkan.

Sementara itu, Amerika Serikat sejauh ini menolak masuk ke dalam kisruh tersebut. Dalam sebuah pernyataan tertulis, Kementerian luar negeri setempat menggambarkan kedua negara sebagai sekutu dekat.

"Kedua belah pihak harus menyelesaikannya secara diplomatis bersama-sama. Kami tidak dapat melakukannya (terlibat) untuk mereka," kata Heather Nauert, juru bicara Kemlu AS pada Selasa.

Konflik antara kedua negara mulai memanas sejak akhir pekan lalu, ketikan Kementerian Luar Negeri Kanada menyatakan keprihatinannya atas penangkapan terhadap tokoh masyarakat sipil Saudi dan aktivis hak-hak wanita.

Arab Saudi membalas pada Minggu 5 Agustus, mengusir duta besar Kanada dan membekukan perjanjian dagang dan investasi terbaru dengan negara tersebut.

Beberapa hari setelahya, pihak kerajaan juga menyatakan berencana menarik ribuan mahasiswanya yang menempuh studi di kanada, bersamaan dengan larangan transfer pasien medis dan penangguhan penerbangan dari dan ke Kanada menggunakan maskapai milik Arab Saudi.

Agen pembelian gandum negara utama Arab Saudi, Saudi Grains Organization, juga mengatakan kepada eksportir biji-bijian bahwa mereka tidak akan lagi menerima biji-bijian asal Kanada dalam tender pembelian internasionalnya, sementara bank sentral Saudi menginstruksikan manajer asetnya di luar negeri untuk membuang ekuitas Kanada, obligasi dan kepemilikan tunai, terlepas dari biayanya, demikian menurut Financial Times.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.