Sukses

Hadapi Pemanasan Global, Pakistan Luncurkan Program Penghijauan Massal

Pakistan berada pada tempat ketujuh dalam daftar negara yang paling terimbas oleh pemanasan global dan merupakan salah satu negara yang palang tinggi tingkat penggundulan hutannya.

Liputan6.com, Islamabad - Pemerintah baru Pakistan di bawah pimpinan Perdana Menteri Imran Khan berencana menghijaukan negara itu dengan menanam 10 miliar pohon dalam lima tahun ke depan.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (8/8/2018), Partai Tehreek-e-Insaf atau PTI pimpinan mantan bintang olahraga yang menjadi politikus itu muncul sebagai partai terbesar dalam pemilihan umum Pakistan akhir bulan lalu. Kabarnya, mereka akan membentuk pemerintahan koalisi bulan ini.

Partai PTI sudah siap memulai program penanaman 10 miliar pohon dalam 100 hari pertamanya, kata pejabat pemerintah.

Memulihkan lingkungan yang rusak sambil mengurangi dampak pemanasan Bumi lewat kampanye penghijauan ini akan menjadi bagian terpenting pemerintahan pimpinan PTI, kata Imran Khan.

Pakistan berada pada tempat ketujuh dalam daftar negara paling terimbas oleh pemanasan global, serta merupakan salah satu negara yang palang tinggi tingkat penggundulan hutannya.

Praktik penebangan pohon yang telah berlangsung puluhan tahun telah menghabiskan lebih dari 97 persen hutan di negara itu.

"Kira-kira 40 persen dari hutan yang masih tersisa terdapat di kawasan Khyber-Pakhtunkhwa," kata Perdana Menteri Khan lagi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menang Pemilu Pakistan 2018

Di sebuah negara yang terobsesi dengan kriket, Imran Khan secara cerdik memanfaatkan status bintangnya sebagai eks atlet olahraga untuk bertransisi karier ke dunia politik, mendirikan PTI, atau dikenal sebagai Partai Keadilan, pada 1996.

Imran Khan dan PTI membangun citranya sebagai pihak yang akan memberantas korupsi di Pakistan. Hal itu menarik simpati dari kalangan pemilih muda dan kelompok ekonomi menengah negara tersebut.

Popularitas Imran Khan melonjak dalam beberapa tahun terakhir ketika ia berbagi visinya untuk "Pakistan baru" pada saat kelas menengah negara itu telah tumbuh kecewa dengan ekonomi yang berada di ambang krisis. Mata uang telah berputar, inflasi persisten dan utang tetap tinggi.

Imran Khan juga secara luas dilihat sebagai kandidat yang disukai oleh kalangan militer, yang telah secara langsung memerintah Pakistan sejak 1947, dan telah mempertahankan pengaruh besar terhadap politik selama periode itu.

Dia adalah seorang pengkritik keras atas operasi militer AS untuk melawan teror, terutama penggunaan serangan pesawat tak berawak di Pakistan, yang menargetkan jaringan teroris tetapi juga membunuh warga sipil Pakistan.

Akan tetapi ketika militer Pakistan bekerja sama dengan Amerika Serikat, tidak jelas apakah Imran Khan akan terus mengkritik Washington yang dipimpin Donald Trump.

Di sisi lain, beberapa kritikus menuduh para jenderal militer berperan mencampuri pemilu untuk kemenangan terhadap Imran Khan.

Imran telah berulang kali membantah tudingan bahwa ia didukung oleh militer dan mengutuk kandidat yang memanfaatkan isu tersebut untuk mencoreng jejak kampanyenya. Dugaan kedekatan militer dengan Imran Khan menuai reaksi negatif bagi sejumlah pemilih. Karena, hal itu membangkitkan kembali memori kelam atas pemerintahan militeristik di Pakistan selama 71 tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.