Sukses

Alarm Kebakaran Berteknologi Kuno Memicu Banyak Korban, Ini Alasannya

Menurut pemadam kebakaran senior asal AS, sejumlah alarm kebakaran yang mengandalkan detektor asap, tak lagi dianggap relevan dewasa ini. Mengapa?

Liputan6.com, Canberra - Menurut pemadam kebakaran senior asal Amerika Serikat (AS), sejumlah alarm kebakaran yang mengandalkan detektor asap, tak lagi dianggap relevan dewasa ini. Dan jika terus digunakan tanpa adanya perbaruan teknologi, penggunaan alarm tersebut berisiko menelan lebih banyak banyak korban dalam skenario situasi kebakaran.

Wakil Kepala Departemen Kebakaran Boston, AS, Joseph Fleming menduga bahwa alarm asap atau alarm ionisasi, yang umum digunakan di rumah-rumah Australia, bertanggung jawab atas puluhan ribu kematian di seluruh dunia. Demikian seperti dikutip dari ABC Indonesia, Senin (30/7/2018).

Dan ia percaya bahwa standar baru di negaranya akan memaksa alarm ionisasi yang kuno itu agar keluar dari pasar AS, untuk digantikan dengan alarm fotoelektrik yang berteknologi lebih maju dan lebih efektif.

AS sedang mempersiapkan untuk memperkenalkan standar baru untuk alarm kebakaran rumah yang lebih ketat, yang akan diberlakukan bertahap pada tahun 2020.

Standar AS yang baru mengharuskan semua alarm asap untuk lulus tes sintetik bara api --perwakilan dari furnitur busa modern-- yang menurut Fleming akan gagal dideteksi oleh alarm ionisasi.

Standar baru ini juga mencakup alarm gangguan, di mana alarm berbunyi sebagai respons terhadap roti panggang yang terbakar, air mendidih dan sebagainya --membuat penghuni rumah menjadi lebih awas dan harus mematikan barang-barang berpotensi penyebab kebakaran itu.

"Saya pikir, seiring waktu, Anda akan melihat penurunan drastis dalam kematian akibat kebakaran di Amerika Serikat ketika itu [alarm fotoelektrik] diberlakukan di rumah Amerika, mungkin pengurangan mudah-mudahan sebanyak 1.000 per tahun," kata Fleming, yang masuk dalam komite standar yang menyetujui persyaratan baru itu.

"Lebih sedikit orang akan menonaktifkan detektor mereka dan mereka tidak akan meledak terlalu lama, atau bahkan menyala dan terbakar," kata pakar pemadam kebakaran itu.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perbedaan Kecil

Setelah bertahun-tahun perdebatan, standar yang akhirnya dihasilkan dari penelitian pemerintah AS tahun 2004 menunjukkan bahwa alarm ionisasi biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk merespon kebakaran yang membara daripada alarm fotoelektrik.

Kebakaran yang menyala-nyala bertanggung jawab atas sekitar separuh dari seluruh korban kebakaran rumah.

Di Australia, alarm ionisasi yang lebih murah diyakini berada di sebagian besar rumah, dan peneliti mengatakan ada sedikit perbedaan statistik antara alarm ionisasi dan alarm fotoelektrik.

Dewan Pengawas Bangunan Australia mengatakan bahwa lembaga itu meyakini hasil penelitian yang didanai sebagian oleh mereka, yang diterbitkan pada bulan Januari oleh Dinas Kebakaran New South Wales.

"Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara dua jenis teknologi detektor asap yang mampu memprediksi dan mendeteksi apa yang mungkin menjadi kebakaran," kata CEO Lembaga itu, Neil Savery.

Ia menolak tuduhan bahwa penelitian Australia mengulangi kesalahan-kesalahan dari penelitian kurang tepat lainnya, seperti menggunakan gumpalan kapas untuk menyalakan api sintetis.

Universitas Victoria merancang uji coba itu dan telah menolak permintaan wawancara.

"Saya tidak tahu perkembangan di AS ini," kata Savery pekan lalu.

Komite alarm asam di Lembaga Standards Australia mengusulkan perubahan serupa dengan persyaratan baru AS pada tahun 2008, tetapi Savery mengatakan tidak ada cukup bukti untuk mendukungnya.

Fleming mengatakan, sungguh mengecewakan bahwa Australia tidak mengikuti jejak regulator AS.

"Pemungutan suara ini terjadi tiga tahun lalu dan telah dipublikasikan dengan cukup baik di Amerika Serikat."

"Di Australia, mereka tampaknya mengalami debat yang sama yang terjadi di Amerika Serikat 10 atau 15 tahun yang lalu, dan sepertinya memalukan bahwa Australia akan kehilangan 10 tahun penelitian yang kami pertanyakan sejak lama," ujar Fleming.

"Detektor asap yang kurang efektif akan berarti lebih banyak nyawa akan hilang sampai mereka mendapatkan detektor asap yang lebih efektif."

3 dari 3 halaman

Kunjungan Pakar AS

Dewan Pengawas Bangunan Australia sekarang berencana untuk menyelidiki tes baru di AS yang lebih ketat, tetapi menyangkal tuduhan Fleming bahwa alarm ionisasi bertanggung jawab atas puluhan ribu kematian.

"Saya akan menolak itu atas dasar bukti seperti itu tidak disampaikan kepada kami dan kepada pihak berwenang lainnya," kata Savery.

Sementara itu, seorang anggota komite Standards Australia, David Isaac, sebelumnya mengatakan bahwa produsen alarm asap menggunakan pengaruhnya terhadap komite tersebut untuk menentang perubahan seperti yang termasuk dalam standar baru AS.

"Saya akan membayangkan mereka ingin memastikan bahwa premi kewajiban produk mereka dibayar."

"Tak perlu orang hukum yang sangat cerdas untuk menghubungkan alas an itu, dan mereka dapat membuktikan bahwa kegagalan alarm asap ionisasi untuk memperingatkan menyebabkan cedera atau kematian," kata Isaac.

Tim ABC berusaha mewawancarai para produsen, Schneider (yang memiliki Clipsal) dan United Technologies (yang memiliki Chubb dan Kidde) untuk mengetahui apa, jika ada, mereka telah memberi tahu otoritas Australia tentang perkembangan di AS dan implikasi dari alarm ionisasi.

Tak satu pun dari produsen itu setuju untuk meladeni permintaan wawancara.

Institut Standar dan Teknologi Nasional Pemerintah AS telah menguji alarm asap saat ini dengan standar yang baru masuk, UL-217.

"Analisis hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada model alarm asap saat ini yang akan memenuhi tingkat kinerja yang diperlukan," kata Tom Cleary, kepala National Institute of Standards and Technology (NIST), pada tahun 2016.

Namun laporan 2016 juga mencatat alarm terbaik.

"Dari alarm asap yang diuji, tiga model, semuanya alarm sensor fotoelektrik, yang paling mendekati untuk memenuhi persyaratan baru," kata Cleary.

Produsen alarm asap telah memberikan penjelasan tentang layanan kebakaran AS pada teknologi baru yang mereka kembangkan untuk memenuhi standar, termasuk alarm fotoelektrik dan panas.

Sementara itu, Dewan Pengawas Bangunan Australia mengatakan tidak mengetahui data uji CSIRO dari tahun 1993-2015 yang menyatakan alarm ionisasi tidak berbunyi sampai 40-60 persen dari ruangan dipenuhi dengan asap.

CSIRO telah menolak permintaan wawancara, sementara Pengadilan Banding Administratif menimbang apakah pihak mereka harus merilis data uji di bawah undang-undang Kebebasan Informasi.

Badan AS yang bertanggung jawab atas standar produk, UL, telah memberi tahu bahwa pihaknya mengirim seorang ahli ke Australia pada bulan September.

Menteri Inovasi Australia, Michaelia Cash, belum menyetujui permintaan wawancara ABC.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.