Sukses

Hebat, Nenek 88 Tahun Jadi Profesor Tertua di Jepang

Nenek 88 tahun ini mendapatkan gelar doktor tertua di Jepang.

Liputan6.com, Kyoto - Ini membuktikan bahwa menimba ilmu tak mengenal usia. Di umurnya yang tak lagi muda, Nenek Kiyoko Ozeki berhasil menjadi seorang profesor di Jepang.

Nenek 88 tahun dari Tokai Gakuen Women's Junior College itu diberikan gelar doktor pada Sabtu 24 Maret 2018 oleh Universitas Ritsumeikan, atas penelitiannya selama lebih dari 30 tahun dari jenis pakaian yang diyakini sebagai yang tertua di Jepang.

Seperti dikutip dari Asia One, Senin (26/3/2018), Ozeki, yang tinggal di Nagoya, telah menulis laporan akademis tentang pakaian, yang disebut "angin." Diyakini berasal dari periode Jomon (zaman prasejarah kepulauan Jepang yang dimulai dari akhir zaman Pleistosen hingga zaman Holosen).

Menurut Universitas Ritsumeikan, ia adalah orang tertua yang mendapatkan gelar doktor dalam bidang sastra (bidang tidak terbatas pada studi karya tulis) di antara universitas-universitas nasional.

Pada Sabtu 24 Maret, Ozeki menghadiri sebuah upacara penyerahan sertifikat atas gelarnya di Universitas Ritsumeikan.

"Saya begitu emosianal saat pemberian gelar doktor di usia ini. Ini adalah peristiwa paling berharga dalam hidupku," kata Ozeki sambil menangis.

Ozeki adalah penduduk asli Prefektur Aichi. Dia lulusan sekolah untuk anak perempuan di Jepang. Pada usia sekitar 30 tahun, setelah bercerai dengan sang suami, ia mulai memproduksi boneka untuk mencari nafkah.

Beberapa pejabat dari Tokai Gakuen Women's Junior College memperhatikan keahliannya, sehingga Ozeki dipekerjakan di sana sebagai dosen ilmu kerajinan pada tahun 1964. Dia bekerja di bidang itu hingga tahun 1995.

 

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Awal Mula Penelitian

Setelah menjadi dosen, Ozeki kemudian mempelajari sejarah pakaian. Ia lantas tertarik pada fakta bahwa patung - patung tanah liat yang diproduksi pada Periode Jomon sepertinya mengenakan pakaian dengan lengan berpola hias.

Dari situlah ia terdorong untuk mulai mempelajari pakaian angin.

Untuk mengetahui bagaimana orang-orang memproduksi pakaian pada Periode Jomon, di mana tidak ada alat tenun, Ozeki pun mengunjungi 165 puing-puing dari utara ke selatan negara itu. Lalu bepergian ke Hokkaido dan 21 prefektur lainnya, di akhir usia 50-an hingga 80-an.

Dia kemudian menganalisa pola seperti jaring di sebuah markas dan bagian lain dari potongan gerabah yang digali. Lalu memeriksa jarak antara pola garis-garis dan melihat tanda yang ada untuk membuat pola.

Untuk menyelesaikan hal-hal yang tidak bisa ditentukan hanya dengan tampilan, dia benar-benar menenun replikanya sendiri.

Melalui pemeriksaan keterampilan dan alat-alatnya, Ozeki menemukan bahwa ada berbagai teknik untuk menenun kain pada Periode Jomon.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.