Sukses

Hormati Leluhur di Piala Oscar 2018, Komedian Keturunan Eritrea Pakai Baju Daerah

Menggunakan baju dengan bordir khas Eritrea, komedian Tiffany Haddish datang ke Oscar. Alasannya bikin haru...

Liputan6.com, Los Angeles - Tiga hari yang lalu, artis dan komedian Tiffany Haddish tidak yakin pakai baju apa untuk menghadiri Piala Oscar 2018. Namun, belakangan dia berhasil memutuskan gaun apa yang akan dikenakan.

Selain indah, pakaian yang pakai Haddish juga bermakna. Demikian seperti dikutip dari People.com.

Komedian itu hadir ke Piala Oscar 2018 menggunakan gaun berwarna krem dan bolero hitam. Baju itu dibordir dengan motif hitam dan emas.

Rupanya, ada filosofi gaun yang dikenakan perempuan kelahiran 3 Desember 1979.

Saat berhenti di atas karpet merah, kepada ABC ia mengatakan bahwa penampilannya merupakan penghormatan kepada sang ayah yang berasal dari negara Afrika timur laut, Eritrea, dan meninggal tahun lalu.

"Ayahku mengatakan suatu hari nanti saya berada di sini, menghadiri Piala Oscar. Untuk itu, kehormatan bagi saya berada di sini, maka saya menghormati bangsa ayahku, menghormati sesama warga Eritrea," katanya.

Dengan demikian, Haddish memilih untuk memakai baju tradisional Eritrea, untuk menghomati ayahnya dan leluhurnya ke ajang Piala Oscar 2018 kali ini. 

Minggu lalu dia mengatakan kepada People bahwa dia masih tidak yakin apa yang akan dia pakai ke Academy Awards. Katanya, yang pasti dia akan membawa tas tangan.

"Satu hal yang harus saya miliki di tas saya pada perayaan Oscar adalah beberapa permen mint pengharum nafas, karena saya pasti akan makan," ucapnya tentang ajang Piala Oscar 2018.

 

Saksikan video Piala Oscar 2018 berikut ini: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Haddish, Komedian dengan Masa Lalu Menyedihkan

Haddish lahir dan besar di Los Angeles, California. Ayahnya, Tsihaye Reda Haddish, adalah seorang pengungsi dari Eritrea, dan berasal dari keluarga Yahudi Eritrea.

Ibunya, Leola, adalah seorang pemilik usaha kecil Afrika-Amerika dan penganut Saksi Yehuwa.

Setelah ayah Haddish pergi saat ia berusia tiga tahun, ibunya menikah lagi. Haddish memiliki empat saudara tiri.

Pada tahun 1988 saat tinggal di Colton, California, ayah tiri Haddish merusak rem di mobil ibunya, menyebabkan kecelakaan dan Leola menderita kerusakan otak yang parah.

Perusakan tersebut diduga ditujukan untuk menyakiti Haddish dan saudara-saudaranya juga, namun mereka memilih untuk tinggal di rumah pada hari kecelakaan tersebut.

Kerusakan otak mungkin memicu skizofrenia Leola. Haddish, yang berusia sembilan tahun dan yang tertua dari kelima bersaudara, menjadi pengasuh utama bagi keluarganya.

Pada usia 12, Haddish dan saudara kandungnya dimasukkan ke dalam asuhan dimana mereka terpisah sementara satu sama lain.

Saat itulah, dia menggunakan komedi untuk mengatasi kesedihannya. Saat berusia 15 tahun, dia dan saudara-saudaranya berkumpul kembali di bawah asuhan nenek mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.