Sukses

Eks Satpam Akhirnya Bisa Pulang ke Gambia untuk Jadi Presiden

Adama Barrow akhirnya pulang ke Gambia pada Kamis 27 Januari 2016 untuk menjalankan tugasnya sebagai presiden.

Liputan6.com, Banjul - Adama Barrow akhirnya pulang ke Gambia pada Kamis 27 Januari 2016 untuk menjalankan tugasnya sebagai presiden. Sebelumnya, ia terpaksa mengungsi ke Senegal karena sang pendahulu, Yahya Jammeh tak sudi melepaskan kekuasaan yang sudah bercokol selama 22 tahun.

Saat tiba di Gambia, Barrow disambut para pendukungnya.

Barrow seharusnya dilantik jadi presiden pada 19 Januari 2017. Namun, Jammeh yang tak sudi lengser, pada 9 Desember 2016 mengumumkan bahwa ia menolak hasil pemilihan umum. Ia menuding ada campur tangan asing dan meminta pemilu diulang.

Namun, Dewan Keamanan PBB, Uni Afrika (African Union), dan Economic Community of West African States (ECOWAS) mendukung Barrow sebagai pemimpin Gambia.

Barrow kemudian dilantik dan mengucap sumpah pada 19 Januari 2017 di negeri tetangga, Senegal.

Pada hari yang sama, Senegal dan ECOWAS mengirimkan pasukan ke Gambia, mengancam mengusir Jammeh jika ia bersikeras mempertahankan kursinya.

Krisis politik pasca-pemilu membuat puluhan ribu orang lari dari Gambia, khawatir kekerasan politik yang berujung pada pertumpahan darah akan terjadi.

Yahya Jammeh saat berangkat dari Banjul menuju pengasingan (AP)

Dihadapkan dengan konfrontasi militer, Jammeh mengundurkan diri dan meninggalkan Gambia menuju Guinea Sabtu lalu.

Dalam pidatonya di televisi, ia menyebut bahwa adalah tugasnya untuk menjaga kelangsungan hidup warga Gambia.

Barrow adalah presiden ketiga Gambia sejak negara kecil itu merdeka dari Inggris pada 1965.

Barrow, mantan satpam di Inggris yang pernah jadi pengembang properti, memenangkan lebih dari 45 persen suara pada bulan Desember 2016, dengan meraih 263.515 suara.

Sementara, Jammeh, yang mengincar periode kelima kekuasaannya, meraih kekuasaan lewat kudeta militer 1994.

Kelompok hak asasi manusia menggambarkan rezimnya penuh dengan penyalahgunaan, dengan ratusan tahanan politik mendekam di penjara.

Gambia adalah sumber terbesar keempat migran yang tiba di Italia, walaupun populasi negara itu kurang dari 2 juta.

Jeffrey Smith, direktur eksekutif Vanguard Africa, sebuah organisasi nirlaba yang menyediakan dukungan untuk kandidat politik pro-reformasi dan mendukung kampanye Barrow mengatakan, prioritas saat ini adalah mengembalikan Gambia kembali ke jalur yang benar. 

"Untuk melanjutkan membangun negara," kata dia, seperti dikutip dari CNN, Jumat (27/1/2017).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.