Sukses

KBRI Tokyo Cermati Kasus Corat-Coret di Gunung Fuji

Menyikapi masalah ini, KBRI Tokyo telah menghubungi Kosaka Ishio (Koordinator Gunung Fuji yang terdaftar di UNESCO Sebagai Warisan Dunia).

Liputan6.com, Tokyo - Kata 'Indonesia' dan tanda panah penunjuk yang merupakan hasil aksi corat-coret di Gunung Fuji, Provinsi Shizuoka, Jepang, telah beredar sebagai berita di tanah air. Di Jepang sendiri berita ini beredar, antara lain di Fuji TV dan di fnn-news.com, Jumat 8 Agustus 2014.

Menyikapi masalah ini, KBRI Tokyo telah menghubungi Kosaka Ishio (Koordinator Gunung Fuji yang terdaftar di UNESCO Sebagai Warisan Dunia) pada hari yang sama, untuk mengetahui duduk persoalan secara jelas.

Kenyataan bahwa corat-coret pada batu di Gunung Fuji yang dianggap suci oleh masyarakat Jepang itu ada, memang benar demikian. Tapi menurut Kosaka Ishio, pihaknya belum memiliki bukti bahwa corat-coret itu dilakukan oleh Warga Negara Indonesia.

"Kami masih perlu sedikit waktu," ujar Kosaka Ishio dalam keterangan tertulis dari KBRI Tokyo yang diterima Liputan6.com, Sabtu (9/8/2014).

Mendapat jawaban yang arif dan bersahabat dari Koordinator Gunung Fuji di atas, maka sejauh ini KBRI Tokyo belum mengambil sikap atau mengeluarkan pernyataan apa pun ke pihak Jepang terkait aksi bernuansa vandalisme itu.

Dalam keterangannya, Dubes RI untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra mengatakan bahwa pihaknya tidak ingin gegabah dan bertindak prematur atas persoalan itu.

"Jika akan mengeluarkan pernyataan maaf, pernyataan itu perlu dirancang dengan baik, termasuk pilihan untuk kata 'maaf' itu sendiri. Tapi sebelum itu, duduk persoalannya harus diketahui secara jelas dulu," ujar Yusron.

Kami masih menunggu laporan lebih lanjut dari Pihak Pengelola Gunung Fuji, lanjut Dubes Yusron, dan akan mengambil langkah secara tepat dan proporsional pada saat yang juga tepat, jika hal itu ternyata nanti memang diperlukan.

"Jika tidak ada bukti bahwa aksi corat-coret itu dilakukan oleh Warga Negara Indonesia, atau jika hal itu dilakukan oleh pihak ketiga, maka permohonan maaf tentu akan menjadi tidak relevan," sambung Dubes saat mengakhiri keterangannya terkait hal itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.