Sukses

American Airlines Adakan Pelatihan Penerbangan untuk Penumpang Autisme

Program “It's Cool to Fly American Airlines” ditujukan bagi para penumpang berkebutuhan khusus yang ingin berlatih dengan pengalaman perjalanan.

Liputan6.com, Jakarta Mungkin para orang tua mengkhawatirkan anak mereka, terutama yang memiliki autisme, akan berlari-lari di lorong pesawat atau tidak bisa duduk dengan tenang di kursinya selama perjalanan di udara. Sama seperti yang dirasakan salah satu penumpang, Janet Diorio, yang ingin mengajak keluarga untuk liburan, namun khawatir tentang putrinya, Caroline yang memiliki autisme.

“Saya ingin pergi berlibur tetapi saya berpikir, 'Bagaimana saya bisa membawa putri saya ke pesawat? Apakah ia akan duduk di kursinya? Apakah ia akan berlari-lari di lorong?'” kata Diorio, dikutip dari Disabilityscoop.

Namun Diorio, bersama suaminya dan saudara kembar Caroline, Ryan, tetap ingin mencobanya, terutama ketika American Airlines memulai kembali program pelatihan penumpang dengan disabilitas mental yang ditunda selama dua tahun oleh pandemi COVID-19.

Dilansir dari Disabilityscoop, program “It's Cool to Fly American Airlines” ditujukan bagi para penumpang berkebutuhan khusus yang ingin berlatih dengan pengalaman perjalanan.

Bandara dan perjalanan udara sering membuat stres bagi semua orang, terutama bagi anak-anak dengan spektrum autisme. Berdasarkan laporan selama pandemi COVID-19, terjadi lonjakan tajam dalam laporan penumpang yang nakal dan kehancuran operasi maskapai yang menyebabkan penundaan dan pembatalan, dan terkadang mengakibatkan lebih banyak penumpang marah. Itu menunjukkan betapa sulitnya penerbangan bagi mereka.

American Airlines yang berbasis di Fort Worth memulai program untuk penumpang dengan kebutuhan khusus pada tahun 2014, membiarkan mereka naik pesawat yang bergerak perlahan di landasan pacu bandara (seperti saat sebelum lepas landas atau setelah mendarat) selama 30 menit. Pilot menyalakan mesin untuk membiarkan penumpang merasakan deru dan merasakan dorongan lepas landas.

Bruce Sickler, yang menjalankan program untuk Amerika, mengatakan perusahaan telah menampung sekitar 6.000 penumpang dan anggota keluarga dalam tujuh tahun terakhir di bandara hub terbesarnya tetapi juga bandara yang lebih kecil juga.

"Ini menargetkan anak-anak dengan autisme, tapi kami tidak menolak siapa pun. Siapa pun yang memiliki kecemasan bisa berpartisipasi, bahkan orang dewasa dengan kecemasan," kata Sickler.

Bahkan siapa pun yang berusia 26 tahun telah berpartisipasi bersama dengan keluarga mereka, kata Sickler.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bekerja sama dengan komunitas penyandang disabilitas

American Airlines mengoordinasikan program melalui kelompok komunitas autisme dan disabilitas lokal. Saat ini, ada daftar tunggu bagi mereka yang ingin berpartisipasi. Acara berikutnya di Charlotte pada 23 April dan Los Angeles pada 7 Mei. Bahkan sudah ada rencana jadwal di Philadelphia, Orange County, Jacksonville, Cleveland, dan San Diego.

Para pemimpin program Amerika berharap untuk melakukan putaran lain di DFW, pusat terbesarnya, pada bulan September atau Oktober.

Pelaksanaannya dilakukan semirip mungkin dengan perjalanan sesungguhnya. Seperti yang dilakukan baru-baru ini, penumpang seperti aroline Diorio parkir di bandara, memeriksa tas, melewati pos pemeriksaan Administrasi Keamanan Transportasi dan menunggu di Terminal C.

Sickler mengatakan latihan lari memberi tahu orang tua jika anak-anak mereka siap terbang setelah bertahun-tahun tidak melakukan perjalanan karena pengalaman terbang yang unik dan terkadang menantang.

“Awalnya Anda melihat ketegangan di wajah orang tua. Mereka sangat pendiam. Saya memberi tahu mereka bahwa tidak ada bedanya jika itu tidak berjalan dengan baik. Lebih baik tidak berjalan dengan baik di sini daripada selama liburan yang direncanakan,” kata Sickler.

Itulah alasan Diorio belum merencanakan liburan impian ke taman hiburan atau pantai California. Perjalanan keluarga yang paling rumit adalah ke San Antonio tiga tahun lalu. Tapi perjalanan mobil jauh lebih terkendali daripada pesawat karena Anda bisa keluar dan beristirahat atau bahkan berbalik jika diperlukan.

“Pengalaman perjalanan tiruan ini benar-benar memungkinkan pelancong atau orang yang mempertimbangkan bepergian untuk mengalami hiruk pikuk rutinitas perjalanan udara,” kata Jim Moses, yang menjalankan operasi DFW untuk American Airlines. “Kami membuat ini serealistis mungkin.”

Bahkan dalam program juga termasuk perencanaan untuk para orang tua tentang hal apa saja yang perlu dikemas, seperti headphone peredam bising dan iPad. Bandara membuatnya istimewa dengan anjing terapi untuk anak-anak. American Airlines mengemas goodie bag dengan buku mewarnai dan kelompok lain menyumbangkan Happy Meals dari McDonald's.

Prosesnya bukanlah simulasi yang sesungguhnya, dalam arti benar-benar terbang. Sebab ada sejumlah besar anak-anak di pesawat dengan autisme dan disabilitas lainnya.

Beberapa anak berisik. Yang satu menangis, yang menurut Caroline mengganggunya. Tapi secara keseluruhan, Diorio mengatakan putrinya sebagian besar tenang selama pengalaman itu, memberikan kepercayaan keluarga bahwa perjalanan pesawat dua sampai tiga jam mungkin layak.

“Suami saya ingin pergi ke Disney World atau Disneyland, tetapi taman hiburan masih membuat saya gugup. Tapi saya tahu kita akan bisa bepergian sekarang,” kata Diorio.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini