Sukses

Oktober 2022 Bulan 6 Tragedi Kemanusiaan, Ratusan Jiwa Melayang

Tragedi kemanusiaan terjadi di sepanjang Oktober 2022, mulai dari Tragedi Kanjuruhan hingga Tragedi Halloween Itaewon

Liputan6.com, Jakarta - Mengawali bulan Oktober 2022, kita dihadapkan dengan kenyataan pahit terjadinya peristiwa tragedi Kanjuruhan. Tidak berhenti di situ, pada akhir bulan ini pula, kembali terjadi peristiwa mematikan di bagian negara Asia lainnya.

Tidak ada yang menginginkan peristiwa yang menyebabkan banyak nyawa melayang. Namun, apalah daya, garis takdir sudah ada yang menentukan. Kita tidak dapat memperlambat atau mempercepat kematian manusia.

Terdapat sedikitnya enam tragedi kemanusiaan yang menyebabkan ratusan jiwa melayang pada Oktober 2022. Berikut ini daftarnya telah Liputan6.com himpun dari berbagai sumber pada Senin, 31 Oktober 2022.

1. Tragedi Kanjuruhan

Dimulai dari awal Oktober 2022, tepatnya pada Sabtu, 1 Oktober 2022, terjadi kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Kericuhan itu terjadi usai laga Arema FC versus Persebaya Surabaya. Pertandingan di stadion itu berjalan lancar. Namun, setelah permainan berakhir, sejumlah pendukung Arema FC yang merasa kecewa, beberapa di antaranya turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial.

Petugas keamanan yang melakukan upaya pencegahan agar suporter tidak turun ke lapangan menembakan gas air mata. Menurut Kapolda, penembakan gas air mata dilakukan karena suporter itu telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.

"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," katanya dikutip dari kanal News Liputan6.com.

Menurut laporan terbaru, Tragedi Kanjuruhan menewaskan sekitar 135 orang dan ratusan lainnya luka-luka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

2. Penembakan Tragis di Penitipan Anak Thailand

Beberapa hari setelah Tragedi Kanjuruhan, peristiwa menyedihkan datang dari Thailand. Mengutip BBC, seorang mantan polisi telah membunuh sedikitnya 37 orang, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak, dalam serangan penembakan dan penikaman di sebuah pusat penitipan anak di timur laut Thailand.

Anak-anak dan orang dewasa termasuk di antara korban di tempat penitipan anak. Polisi mengatakan penyerang kebanyakan menikam korbannya sebelum melarikan diri dari tempat kejadian.

Setidaknya 23 anak termasuk di antara korban tewas dalam pembunuhan massal di kota Utthai Sawan. Belasan orang yang terluka telah dibawa ke rumah sakit distrik Nong Bua Lamphu.

Beberapa korban yang berusia semuda dua tahun diserang saat mereka tidur.

Polisi mengatakan bahwa pelaku merupakan mantan perwira, berusia 34 tahun, dipecat pada bulan Juni karena penggunaan narkoba. Polisi mengungkapkan, pelaku kemudian bunuh diri.

Kepala sekolah Nanticha Panchum mengatakan bahwa anak laki-laki pelaku bersekolah di pusat penitipan tersebut, tetapi sudah tidak berada di sana selama sebulan.

Pria itu biasa mengantar anaknya, dan selalu sopan dan ramah katanya.

3 dari 6 halaman

3. Serangan Udara di Konser Myanmar

Pada Minggu, 23 Oktober 2022, pesawat militer menjatuhkan empat bom pada perayaan yang dilaksanakan malam hari, serta dihadiri antara 300 dan 500 orang, termasuk musisi dan artis lainnya.

Mengutip kanal Global Liputan6.com, saat itu ratusan orang berkumpul untuk merayakan berdirinya Organisasi Kemerdekaan Kachin. Namun, malam itu terjadi serangan udara.

Laporan awal telah menghitung 60 orang tewas, tetapi sumber yang dekat dengan pejabat Tentara Kemerdekaan Kachin mengatakan sekitar 80 orang sekarang diketahui telah tewas, kata juru bicara itu.

"Sebanyak 80 orang tewas, dan sekitar 100 lainnya terluka," kata juru bicara Asosiasi Seniman Kachin kepada kantor berita Associated Press melalui telepon, Senin 24 Oktober 2022.

Mereka yang tewas dalam serangan udara itu juga termasuk perwira dan tentara militer Kachin, musisi, pemilik bisnis penambangan batu giok, warga sipil lainnya, dan juru masak yang bekerja di belakang panggung, tambahnya.

4 dari 6 halaman

4. Tragedi Halloween Itaewon

Bergeser ke akhir Oktober, perayaan Halloween mematikan terjadi di Itaewon, Korea Selatan. Di dalam gang sempit, orang-orang berkerumun dan saling dorong.

Itaewon memang terkenal menjadi tempat untuk merayakan Halloween. Akan tetapi, selama dua tahun terakhir, perayaan mesti diredam karena adanya pembatasan pandemi pada ukuran kerumunan dan mandat masker akibat adanya COVID-19.

Pada Sabtu (29/10) malam, ini menandai Halloween pertama sejak negara itu mencabut pembatasan --- memberikannya arti khusus bagi banyak peserta yang bersemangat di Seoul, serta pengunjung internasional termasuk penduduk asing dan turis.

Pada akhirnya, kerumunan dan desak-desakkan tidak dapat dicegah. Beberapa orang terjatuh dan menciptakan efek domino. Dilaporkan, sekitar 154 orang dinyatakan tewas dan 26 di antaranya merupakan warga negara asing.

5 dari 6 halaman

5. Bom Mobil di Somalia

Di hari yang sama dengan Tragedi Halloween Itaewon, ledakan bom mobil kembar di dekat persimpangan yang sibuk di ibukota Somalia, Mogadishu, menewaskan sedikitnya 100 orang, kata Presiden Hassan Sheikh Mohamud, dikutip dari BBC.

"Di antara para korban yang dibantai (adalah) ibu-ibu dengan anak-anak mereka dalam pelukan mereka", kantor berita AFP mengutip pernyataan presiden.

Dia meminta bantuan medis internasional untuk menangani 300 orang yang terluka. Presiden menyalahkan kelompok militan al-Shabab atas serangan hari Sabtu (29/10) yang menargetkan kementerian pendidikan.

Situs Memo Somalia yang pro-jihadis telah melaporkan bahwa kelompok itu mengatakan berada di balik ledakan tersebut. Sebagai afiliasi al-Qaeda, al-Shabab telah terlibat dalam konflik berkepanjangan dengan pemerintah federal Somalia.

Presiden Mohamud, yang berkuasa selama lima bulan menjanjikan 'perang total' melawan militan Islamis setelah mereka menyerang sebuah hotel populer di Mogadishu pada bulan Agustus yang menewaskan sedikitnya 21 orang.

Ledakan hari Sabtu terjadi dalam beberapa menit satu sama lain, menghancurkan bangunan dan kendaraan di sekitarnya.

6 dari 6 halaman

6. Jembatan Gantung Runtuh di India

Pada Minggu (30/10), jembatan gantung pejalan kaki runtuh di negara barat India, Gujarat. Beberapa ratus orang berada di jembatan ketika jembatan itu runtuh sekitar pukul 18:40 waktu India.

Mengutip BBC, sedikitnya 132 orang dinyatakan tewas. Para pejabat sekitar mengatakan bahwa ada kepadatan di jembatan pada saat itu karena orang-orang merayakan festival Diwali

Seorang pejabat setempat mengatakan sebagian besar dari mereka yang meninggal adalah wanita, anak-anak atau orang tua. Jembatan di Morbi Gujarat, India telah dibuka kembali seminggu yang lalu setelah perbaikan.

Jembatan sepanjang 230 meter (754 kaki) di sungai Machchu dibangun pada masa pemerintahan Inggris pada abad ke-19.

Polisi, militer, dan tim tanggap bencana dikerahkan dan upaya penyelamatan terus berlanjut sepanjang malam. Operasi penyelamatan masih berlangsung.

Lebih dari 177 orang telah diselamatkan sejauh ini, kata para pejabat. Jumlah korban tewas diperkirakan akan terus meningkat.

"Banyak anak-anak yang sedang menikmati liburan untuk Diwali dan mereka datang ke sini sebagai turis," kata seorang saksi mata bernama Sukram kepada kantor berita Reuters.

"Mereka semua jatuh satu di atas yang lain. Jembatan itu runtuh karena kelebihan beban," dia menambahkan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.