Sukses

Terbuat dari Anyaman Janur, Ini Lo Filosofi dari Ketupat

Tidak hanya makanan khas lebaran, ternyata ketupat juga memiliki berbagai filosofi di dalamnya.

Liputan6.com, Jakarta Siapa tak kenal ketupat? Makanan khas lebaran ini merupakan menu pelengkap yang selalu tersedia setiap lebaran tiba.

Di balik bentuknya yang unik dan rasanya yang khas, ternyata ketupat memiliki banyak makna filosofi di dalamnya. Dimulai dari bahan yang digunakan untuk membuat ketupat, yaitu janur.

Menurut filosofi dari masyakat Jawa, janur merupakan singkatan dari frasa "sejatine nur" yang melambangkan seluruh manusia berada dalam kondisi yang bersih dan suci setelah melaksanakan ibadah puasa. Selain itu, menurut mereka janur memiliki kekuatan magis sebagai suatu benda yang dapat menolak bala.

Alasan itulah yang menyebabkan beberapa orang menggantungkan ketupat di depan pintu rumah mereka, sebagai salah satu upaya permohonan kepada Allah swt. agar dijauhkan dari malapetaka.

Anyaman ketupat yang cukup rumit memiliki arti bahwa hidup manusia dipenuhi dengan rintangan dan lika-liku. Bentuk segi empat yang ada pada ketupat, menggambarkan empat jenis nafsu dunia.

Empat nafsu tersebut adalah nafsu emosi, nafsu untuk memuaskah rasa lapar, nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah dan nafsu untuk memaksa diri.

Seseorang yang memakan ketupat, digambarkan sebagai orang yang telah bisa mengendalikan keempat nafsu tersebut setelah melaksanakan ibadah puasa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Filosofi Isi Ketupat

Isi ketupat yang berupa beras, menggambarkan harapan agar kehidupan dipenuhi dengan kemakmuran. Isi ketupat yang berwarna putih itu juga menggambarkan permohonan maaf atas segala kesalahan sekaligus harapan agar kehidupan yang dimiliki bisa seputih isi ketupat tersebut.

Biasanya, ketupat dimakan dengan berbagai sayur yang memiliki bahan dasar santan. Di dalam filosofinya, santan memiliki arti pangapunten yang berarti memohon maaf atas berbagai kesalahan yang dilakukan.

Selain itu, ada juga istilah seperti "Mangan kupat nganggo santen, menawi lepat nyuwun pangapunten". Istilah tersebut memiliki arti, "Memakan ketupat dengan santan, jika ada kesalahan mohon dimaafkan". Jika disimpulkan, ketupat itu sendiri memiliki beberapa filosofi khusus.

Filosofi tersebut diantaranya adalah mencerminkan beragam kesalahan manusia, kesucian hati, dan kesempurnaan.

Tradisi yang disebarkan oleh Sunan Kalijaga di pulau Jawa ini, telah menjadi sebuah simbol khusus yang dijalankan secara turun temurun hingga sekarang. Meskipun saat itu ketupat dianggap sebagai makanan yang sakral, tetapi seiring berkembangnya budaya akhirnya kesakralan tersebut dapat dihilangkan.

Itulah beberapa filosofi yang mendasari lahirnya bentuk dari sebuah ketupat. Jika dilihat dari filosofi tersebut, tak heran jika ketupat memang sangat cocok dimakan pada saat lebaran dan berkumpul dengan keluarga.

 

Reporter:

Rahma Wulan Mei Anjaeni

Universitas Pendidikan Indonesia

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.