Sukses

Ilmuwan Ciptakan Pohon Bercahaya yang Bisa Terangi Jalanan

Kelak, jalanan di masa depan akan diterangi oleh pohon yang bercahaya dan bukan lampu jalanan.

Liputan6.com, Jakarta - Kelak, jalanan di masa depan akan diterangi oleh pohon yang bercahaya dan bukan lampu jalanan. Ini semua berkat terobosan ilmuwan dalam menciptakan tanaman biolumisecent.

Dalam satu percobaan, para ahli menyuntikkan nanopartikel khusus ke dalam daun selada air. Ini membuat tanaman tersebut mengeluarkan cahaya remang selama hampir empat jam. Bila penelitian ditingkatkan, tentu ini bisa memecahkan banyak masalah.

Bahan kimia yang terlibat dalam penelitian tersebut menghasilkan cahaya yang cukup bagi Anda untuk membaca buku. Karakteristiknya tak jauh berbeda dengan kunang-kunang yang menciptakan cahaya di tubuh mereka sendiri.

Untuk menciptakan tanaman bercahaya tersebut, para ilmuwan dari Masachusetts Institute of Technology (MIT) menggunakan enzim yang disebut luciferase. Enzim ini bekerja pada molekul yang disebut luciferin, yang membuatnya memancarkan cahaya.

Molekul lain yang disebut Co-enzyme A membantu proses tersebut dengan menghilangkan produk samping reaksi yang dapat menghambat aktivitas luciferase. Tim MIT kemudian mengemas masing-masing komponen ini ke dalam jenis pembawa nanopartikel yang berbeda.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Selanjutnya

Nanopartikel itu membantu mereka mencapai bagian pucuk tanaman dan mencegahnya membangun konsentrasi yang bisa menjadi racun bagi tanaman. Hasilnya adalah tanaman selada air yang berfungsi seperti lampu meja.

Periset percaya, dengan penelitian lebih lanjut, teknologi ini juga bisa digunakan untuk menciptakan cahaya yang cukup terang untuk menerangi ruang kerja atau bahkan jalanan. PR itulah yang akan menjadi tantangan terbesar ilmuwan.

"Visinya adalah membuat tanaman yang akan berfungsi sebagai lampu meja, lampu yang tak perlu Anda pasang. Cahayanya berasal metabolisme energi tanaman itu sendiri," ungkap Michael Strano, profesor teknik kimia di MIT dan penulis senior studi tersebut seperti dikutip dari The Space Academy.

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Pencahayaan menyumbang sekitar 20 persen konsumsi energi di seluruh dunia, sehingga menggantinya dengan tanaman bioluminescent alami akan mewakili pengurangan emisi CO2 yang signifikan.

Upaya yang dilakukan peneliti pada proyek itu membuktikan tanaman yang awalnya bisa bercahaya selama sekitar 45 menit, telah meningkat menjadi 3,5 jam.

Untuk versi mendatang dari teknologi ini, tim berharap dapat mengembangkan cara untuk melukis atau menyemprotkan nanopartikel ke daun tanaman. Ini memungkinkan transformasi pohon dan tanaman besar lainnya menjadi sumber cahaya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.