Sukses

Pakar Sebut Hoaks soal Omicron Sebabkan Masyarakat Abai Protokol Kesehatan

Jika hoaks soal Omicron dibiarkan, maka yang terjadi adalah pengabaian terhadap protokol kesehatan.

Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman meminta, semua pihak baik itu pemerintah maupun masyarakat agar tak meremehkan COVID-19 varian Omicron karena masih berpotensi tinggi menimbulkan kematian.

Menurut Dicky, banyak informasi palsu atau hoaks seputar Omicron bertebaran di media sosial. Ia khawatir, jika narasi-narasi itu dibiarkan, maka yang terjadi adalah pengabaian terhadap protokol kesehatan. Padahal disiplin menerapkan Prokes menjadi kunci utama melawan pandemi COVID-19.

"Dan kita sekali lagi harus meluruskan hoaks bahwa ini mild, melemah, dan lain-lain. Itu tidak berdasar karena itu akan membawa ke arah pelemahan respon, pengabaian, dan meremehkan," kata Dicky dilansir dari Antara, Rabu (9/2/2022).

Dicky mengatakan, COVID-19 varian Omicron masuk dalam varian of concern yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Dengan demikian, varian Omicron mesti mendapat perhatian lebih agar dampaknya bisa direduksi tak seperti saat varian Delta.

"Untuk meresponnya harus ada mitigasi optimal di perlindungan pada kelompok berpotensi kesakitan dan kematian. Kelompok rawan inilah yang harus diproteksi dengan booster serta adanya peningkatan 3T (testing, tracing, treatment)," ucap Dicky.

Selain itu, pemerintah juga harus memperluas cakupan vaksinasi. Ia menyayangkan angka vaksinasi dosis penguat di Indonesia masih rendah. Pun demikian dengan vaksinasi dosis kedua di luar Jawa-Bali yang mengalami hal serupa.

Padahal, potensi kematian yang diakibatkan oleh varian Omicron ini masih tinggi, utamanya bagi lansia serta mereka yang memiliki penyakit penyerta. Maka dari itu pemerintah harus sesegera mungkin memperluas cakupan vaksinasi bagi kelompok rentan.

"Kita booster masih di bawah lima persen, potensi kematian tinggi. Bahkan (vaksin) dua dosisnya saja masih kurang di luar Jawa-Bali, ini berisiko," kata dia.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.