Sukses

Tragedi Bom Belgia dan Masa Depan Piala Eropa 2016

UEFA juga berniat meminta bantuan pasukan elite asal Inggris, SAS.

Liputan6.com, Jakarta - Ledakan bom mengguncang Brussels, Belgia, Selasa pagi (22/3/2016) waktu setempat. Bom pertama meledak di bandara Zaventem, dan menewaskan13 orang serta melukai 35 lainnya.

Selanjutnya bom juga mengguncang stasiun kereta bawah tanah, Maalbeel yang berada tak jauh dari markas Uni Eropa di Brussels. Sebanyak 15 orang meninggal dan 55 terluka akibat insiden itu.

 

Baca Juga

  • Pemain Liga Inggris Nyaris Jadi Korban Bom Belgia
  • Pembalap - pembalap F1 Ikut Berduka Bom Belgia
  • Pindah Ducati, Lorenzo Terpancing Ucapan Rossi?

Dunia tersentak. Negara-negara mengutuk insiden tersebut. Ucapan duka juga mengalir dari berbagai kalangan, termasuk olahrgawan kepada keluarga korban serangan brutal tersebut.

Seperti dilansir The Sun, salah seorang pemain Liga Inggris, Dieumerci Mbokani, sempat terjebak dalam aksi teror yang melanda bandara Zavantem. Meski tidak terluka, pemain Norwich yang tengah dipinjamkan ke klub Dinamo Kiev itu terguncang mendapati dirinya nyaris jadi korban.

Selebrasi gol striker Standard de Liege Dieumerci Mbokani di laga penyisihan Grup H Liga Champions melawan Olympiacos FC di Liege, 4 November 2009. AFP PHOTO / JOHN THYS

Aksi teror yang mengguncang Brussels, Belgia, juga ikut berimbas kepada perhelatan Piala Eropa (Euro) yang akan berlangsung di Jerman, 10 Juni-10 Juli 2016. Maklum tragedi Brussels, Belgia, hanya berselang tiga bulan dari rentetan teror yang melanda ibu kota Prancis, Paris tahun lalu.

Ya, November tahun lalu, Stade de France di utara kota Paris menjadi sasaran aksi teror saat timnas Prancis tengah berhadapan dengan timnas Jerman dalam sebuah laga persahabatan.

Di saat yang bersamaan, sejumlah lokasi di Prancis juga menjadi sasaran aksi teror yang menewaskan 130 warga. Akibat insiden ini, duel persahabatan antara timnas Jerman dan Belanda yang rencananya digelar di Hannover, Jerman, tiga hari kemudian, terpaksa dibatalkan.

Seorang pria terduga teroris mencoba untuk meledakkan bom bunuh diri di dalam stadion Stade de France, Sabtu (14/11/2015) dini hari WIB.

Pemerintah Prancis khawatir, Piala Eropa bakal jadi sasaran teror berikutnya. UEFA pun langsung bersiap dan menempatkan keselamatan dan keamanan sebagai prioritas selama Euro 2016.

Tidak tanggung-tanggung, UEFA akan meminta bantuan dari pasukan elite Inggris, SAS dan Interpol untuk mengamabkan event akbar ini. Bersama otoritas Prancis, kedua pasukan khusus tersebut diharapkan mampu membantu UEFA mengamankan tim peserta maupun penonton.

Seperti dilansir The Sun, SAS rencananya akan ditempatkan untuk mengamankan lokasi-lokasi latihan, hotel tim peserta, dan di sekitar areal pertandingan. Sedangkan bagi yang tidak memiliki kartu tanda pengenal (ID) juga tidak akan diperkenankan memasuki areal stadion dan fan zone. 

Penyerang Perancis, Oliver Giroud bersama pemainn lainnya melakukan selebrasi usai mencetak gol kegawang Jerman pada laga persahabatan di stadion Stade de France, Perancis, (13/11). Perancis menang atas Jerman dengan skor 2-0.  (AFP PHOTO/FRANCK FIFE)

Sejumlah negara, seperti Inggris, Wales, Irlandia Utara, dan Republik Irlandia juga telah mempersiapkan prosedur keamanan selama tampil di Euro 2016. Dan setelah bom Belgia, keempat negara ini kembali berdiskusi untuk menentukan apakah ada langkah baru yang akan diambil.

Pilihan Tersulit
Selain melibatkan pasukan elite, UEFA juga ternyata menyiapkan langkah ekstrem untuk mengantisipasi serangan teroris. Wakil Presiden UEFA, Giancarlo Abete, usai tragedi bom Belgia menyatakan bahwa tidak menutup kemungkinan pertandingan bakal digelar secara tertutup.

"Piala Eropa (Euro) 2016 merupakan event yang tidak bisa ditunda atau dibatalkan. Sama halnya kami tidak mungkin mengesampingkan terorisme, kami juga tidak bisa menutup kemungkinan pertandingan bakal digelar secara tertutup," ujar Abete seperti dilansir The Sun. 

Pasukan elite Inggris, SAS akan mengawal Three Lions di Piala Eropa 2016 (Mirror)

Sebelumnya UEFA juga telah mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali bahwa keselamatan dan keamanan menjadi perhatian utama bagi mereka selama Euro 2016. Namun dalam pandangan Abete kepada SunSport, pernyataan itu juga termasuk opsi laga tanpa penonton.

Putaran final Piala Eropa akan berlangsung mulai 10 Juli mendatang. Sebanyak 24 negara akan bertarung untuk memperebutkan supremasi tertinggi sepak bola Benua Biru.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini