Sukses

Impor Barang Mewah Jadi Penghambat Investasi RI

"Kita mesti hati-hati impor barang konsumsi, seperti impor BBM dan barang mewah atau barang yang tidak perlu,"

Bank Indonesia (BI) mengapresiasi kinerja realisasi investasi pada kuartal III 2013 yang menembus Rp 100,5 triliun atau pertama kali dalam sejarah. Namun di balik prestasi ini, pemerintah  diimbau harus waspada terhadap ketergantungan impor barang-barang konsumsi.

"Kami menyambut baik investasi yang  tembus Rp 100 triliun. Tapi kalau investasi menekan transaksi berjalan (current account) menjadi sesuatu yang dapat dipahami. Kita mesti hati-hati impor barang konsumsi, seperti impor BBM dan barang mewah atau barang yang tidak perlu," ujar Gubernur BI, Agus Martowardojo di Jakarta, Rabu (23/10/2013) malam

Indonesia, lanjut Agus, masih mengandalkan pertumbuhan investasi serta belanja (konsumsi) domestik yang selama ini menopang pertumbuhan ekonomi negara ini.

Dengan begitu, sambungnya, ekonomi Indonesia diharapkan bertumbuh di kisaran 5-5%-5,9% di akhir tahun ini. Pertumbuhan ini tak terlepas dari aktivitas investasi yang merupakan faktor penting yang bisa mempengaruhi ekonomi tanah air.

"Kalau bisa capai 5,7% saja bisa menjadi satu nilai yang baik. Jaga impor barang konsumsi karena dalam kondisi ini ekspor masih menunjukkan harga-harga yang masih turun," jelas Agus.

Dia menganggap, tekanan yang terjadi pada impor Indonesia merupakan tekanan pada masa pembangunan. Dan setelah ada output, tentu akan membangun neraca pembayaran Indonesia. "Pokoknya kalau investasi asing masuk ke Indonesia atau Foreign Direct Investment, muncul repatriasi keuntungan dari luar negeri," tutur dia. (Fik/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.