Sukses

Miliaran Warga Dunia Tinggal di Kota Kumuh

Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyebutkan miliaran penduduk dunia hidup di wilayah kumuh perkotaan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengungkapkan, miliaran penduduk dunia hidup di wilayah kumuh perkotaan. Kondisi ini memaksa pemerintah di masing-masing negara untuk mencetuskan kemajuan pembangunan peradaban demi peningkatan kualitas hidup masyarakat.

"Di tengah peningkatan jumlah masyarakat berpendapatan menengah, data World Health Organization (WHO) menyatakan di awal abad ke 21 ini daru 6 miliar penduduk dunia, sekitar 835 juta sampai 2 miliar jiwa masih hidup di wilayah kumuh perkotaan," ujarnya saat Orasi Ilmia Perekayasa Utama Kehormatan di kantor BPPT, Jakarta, Senin (26/8/2013).

Lebih jauh Hatta menjelaskan, sekitar 20% penduduk dunia masih kesulitan air bersih. "Sebanyak 40% tidak memiliki sanitasi memadai dan 20% lain tidak punya perumahan layak," ucap dia.

Dia menambahkan, sebanyak 1,8 miliar jiwa manusia saat ini masih tinggal di daerah konflik, kampung pengungsian dan daerah transisi. Mereka, lanjut Hatta, terancam wabah penyakit pandemi atau berada dalam situasi ketidakstabilan permanen.

"Jadi harus ada terobosan pembangunan ekonomi yang dapat memfasilitasi peningkatan peran rekayasan teknologi. Sehingga ada akselerasi kemakmuran global, bagi kemanusiaan termasuk meningkatkan kualitas lapangan kerja," paparnya.

Terpenting, menurut dia, pembangunan ekonomi mesti diarahkan untuk menumbuhkan budaya kemakmuran masa depan, yakni semangat berinovasi, hasrat untuk menguasai teknologi dan keterampilan berwirausaha.

Indonesia sendiri, kata Hatta, menetapkan sasaran pendapatan per kapita di kisaran US$ 14.250 hingga US$ 15 ribu. Sedangkan Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi US$ 4 triliun sampai dengan US$ 4,5 triliun pada 2025.

"Sasaran ini tertuang dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 atau MP3EI. Terdiri dari tiga pilar, yakni pengembangan koridor ekonomi, perkuatan konektifitas nasional dengan menyinergikan kutub-kutub pertumbuhan ekonomi di Indonesia, serta percepatan kemampuan sumber daya manusia dan iptek," tukas dia. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini