Liputan6.com, Jakarta Pendiri Microsoft, Bill Gates mengungkapkan berencana menutup secara permanen yayasan filantropinya, Gates Foundation dalam 20 tahun mendatang.
Mengutip CNBC International, Jumat (8/5/2025) Gates telah menetapkan jadwal khusus untuk penutupan Gates Foundation yaitu pada 31 Desember 2045.
Baca Juga
Sejak diluncurkan pada tahun 2000, Gates Foundation telah menyumbangkan lebih dari USD 100 miliar (Rp1,6 kuadriliun) untuk inisiatif-inisiatif globalnya, khususnya untuk memberantas penyakit dan kemiskinan, mengatasi perubahan iklim, dan memperluas akses ke layanan kesehatan dan pendidikan.
Advertisement
Gates memperkirakan yayasan tersebut akan dapat menggandakan jumlah tersebut, dan menyalurkan tambahan USD 200 juta (Rp3,3 triliun) antara tahun ini dan tahun 2045, tergantung pada faktor-faktor seperti inflasi dan kinerja pasar.
Gates sendiri berencana untuk meningkatkan anggaran tahunannya dari USD 6 miliar menjadi USD 9 miliar (Rp148,8 triliun).
Meskipun Gates berharap yayasan tersebut dapat memenuhi tujuan tersebut, ia juga mengaku realistis.
"Semua kemajuan ini tidak mungkin terjadi tanpa kemitraan dari pemerintah," ungkapnya.
Selain itu, Gates juga berencana untuk menyumbangkan hampir semua kekayaan pribadinya.
"Orang-orang akan mengatakan banyak hal tentang saya ketika saya meninggal, tetapi saya bertekad bahwa 'dia meninggal dalam keadaan kaya' tidak akan menjadi salah satu dari mereka," tulis Gates dalam sebuah postingan blog.
"Ada terlalu banyak masalah mendesak yang harus dipecahkan bagi saya untuk mempertahankan sumber daya yang dapat digunakan untuk membantu orang,” ucap dia.
Alasan Bill Gates Tambah Penyaluran Amal jadi Rp3,3 Kuadriliun
Gates mengumumkan akan menggandakan penyaluran amalnya menjadi USD 200 miliar atau Rp3,3 kuadriliun selama 20 tahun ke depan.
Mengutip CNBC International, Gates menulis dalam sebuah postingan blog ia termotivasi oleh banyaknya tantangan yang dihadapi dunia, seperti kesehatan anak-anak dan perubahan iklim, serta teguran mendiang Andrew Carnegie tentang penimbunan kekayaan.
"Orang-orang akan mengatakan banyak hal tentang saya ketika saya meninggal, tetapi saya bertekad bahwa 'dia meninggal dalam keadaan kaya' tidak akan menjadi salah satu dari mereka," tulis Gates.
"Ada terlalu banyak masalah mendesak yang harus dipecahkan bagi saya untuk mempertahankan sumber daya yang dapat digunakan untuk membantu orang lain," katanya. Penyaluran USD 200 miliar tersebut mengasumsikan dana abadi yayasan amalnya akan tumbuh melalui investasi.
Advertisement
Perlu Dukungan Tambahan
Meskipun sumbangannya meningkat, Gates menilai para penyumbang belum dapat menutupi pemotongan bantuan luar negeri senilai miliaran dolar oleh AS dan negara-negara kaya lainnya.
"Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan negara-negara lain di seluruh dunia memangkas anggaran bantuan mereka hingga puluhan miliar dolar. Dan tidak ada organisasi filantropi, bahkan yang sebesar Gates Foundation yang dapat menutupi kesenjangan dana yang muncul saat ini," ujar Gates.
"Tidak jelas apakah negara-negara terkaya di dunia akan terus membela orang-orang termiskinnya," ucapnya.