Sukses

Fenomena Suhu Panas di Indonesia, Mendag Putar Otak Jaga Harga Sembako

Suhu panas melanda beberapa negara di Asia, termasuk juga Indonesia. Melihat fenomena ini, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan turut menyiapkan antisipasi.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tengah mengalami fenomena hawa panas dalam beberapa hari terakhir. Meskipun dianggap bulan heat wave atau gelombang panas, pemerintah tetap melakukan antisipasi terhadap berbagai dampaknya.  

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menjadi salah satu menteri yang tengah menyiapkan antisipasi. Bisa dibilang kondisi suhu panas di Indonesia dikhawatirkan akan berdampak pada hasil produksi pangan.

Dengan begitu, akan ikut mempengaruhi harga jual di pasaran.

Zulkifli hasan menegaskan bahwa Kementerian Perdagangan terus memantau perkembangan yang ada. Termasuk menghitung dampaknya terhadap harga pangan dan sembilan bahan pokok (sembako) di tingkat konsumen.

"Di Filipina saya dengar udah 45 derajat ya. Nah iya, kita kan sudah 34 (derajat celcius), biasanya kita 32 (derajat). Tentu semua kita hitung kita perhatikan agar sembako tersedia dan harganya stabil," kata Zulkifli Hasan di Rumah Pemotongan Hewan Unggas (RPHU) Rawa Kepiting, Jakarta Timur, Sabtu (4/5/2024).

Pada sektor pangan, salah satu yang ketersediaannya dijamin pemerintah adalah beras. Mendag mengatakan adanya kuota 3,6 juta ton beras impor, tak lain untuk memastikan pasokannya tersedia.

Apalagi munculnya cuaca ekstrem imbas dari perubahan iklim disinyalir akan turut berdampak pada produksi beras nasional. Meski di sisi lain, pemerintah juga mengutamakan penyerapan beras dalam negeri.

"Ya maka kita garus siapkan dari jauh hari ya pemerintah sudah memutuskan impor beras kalau gak salah tahun ini 3,6 juta. Tentu itu untuk persiapan, karena ini ada perubahan iklim cuaca ekstrem," tegas dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Suhu Panas di Indonesia

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan fenomena udara panas yang melanda Indonesia beberapa hari terakhir bukan merupakan gelombang panas atau heatwave.

“Jika ditinjau secara karakteristik fenomena, maupun secara indikator statistik pengamatan suhu kita tidak termasuk ke dalam kategori heatwave, karena tidak memenuhi persyaratan sebagai gelombang panas,” kata Deputi Meteorologi BMKG Guswanto di Jakarta, Kamis (2/5/2024).

Ia menjelaskan, merujuk pada data rekapitulasi meteorologi BMKG selama 24 jam terakhir suhu sebagian besar wilayah Indonesia cukup meningkat sebesar lima derajat di atas suhu rata-rata maksimum harian, dan sudah bertahan sekitar lebih dari lima hari.

 

3 dari 3 halaman

Sebaran Suhu Panas

Peningkatan suhu tersebut teramati melanda mulai dari Jayapura, Papua (35,6 celcius), Surabaya, Jawa Timur (35,4 celcius), Palangka Raya, Kalimantan Tengah (35,3 celcius), Pekanbaru- Melawi, Kalimantan Barat- Sabang, Aceh dan DKI Jakarta (34,4 celcius).

Namun, ia menyatakan, peningkatan suhu itu tidak sama dengan apa yang dialami sejumlah negara Asia lain seperti Myanmar, Thailand, India, Bangladesh, Nepal dan Cina.

Temperatur suhu di beberapa negara tersebut mencapai titk maksimal sebesar 41,9 celcius – 44,6 celcius berdasarkan laporan rekapitulasi temperatur lembaga Global Deterministic Prediction Sistem, Environment and Climate Chage Canada beberapa hari terakhir.

Hal serupa juga dialami sejumlah kota negara tetangga seperti Malaysia (34,7 – 34,3 derajat celcius) dan Filipina (39,6 – 36,5 derajat celcius).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.