Sukses

Lagi-lagi Ada Bank Sentral yang Rugi, Kali Ini Dampak Suku Bunga Tinggi

Di 2023, ECB juga telah mencatat kerugian bunga bersih sebesar 7,19 miliar euro atau sekitar Rp. 121,3 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Eropa (ECB) melaporkan kerugian tahunan pertamanya sejak tahun 2004, menyusul pembayaran besar-besaran karena kenaikan suku bunga.

Melansir CNBC International, Jumat (23/2/2024) ECB melaporkan kerugian sebesar 1,3 miliar euro atau sekitar Rp. 21,9 triliun, yang diperkirakan akan naik jika bank tersebut tidak mengeluarkan 6,6 miliar euro – seluruh penyisihan untuk risiko keuangan, yang dibangun selama beberapa tahun.

ECB mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan akan ada kerugian lebih lanjut dalam beberapa tahun ke depan, namun tidak akan berdampak pada kemampuannya untuk melakukan kebijakan moneter yang efektif, sebelum kembali memperoleh keuntungan berkelanjutan.

Bank Sentral Eropa telah menaikkan suku bunga dari wilayah negatif ke rekor 4 persen antara Juli 2022 dan September 2023, sebagai respons terhadap kenaikan inflasi akibat pandemi Covid-19 dan hilangnya sebagian akses terhadap energi menyusul konflik Rusia-Ukraina.

Bank sentral tersebut telah mengalami peningkatan beban bunga atas kewajiban-kewajiban utama, sementara pendapatan bunga atas aset-aset tidak dapat mengimbanginya, karena banyak di antaranya yang memiliki suku bunga tetap atau memiliki jatuh tempo yang panjang.

Di 2023, ECB juga telah mencatat kerugian bunga bersih sebesar 7,19 miliar euro atau sekitar Rp. 121,3 triliun setelah pendapatan sebesar 900 juta euro pada tahun 2022.

"Kekuatan finansial ECB semakin ditonjolkan oleh permodalan dan rekening revaluasinya yang substansial, yang berjumlah 46 miliar euro pada akhir tahun 2023," kata bank sentral dalam sebuah pernyataan.

Dikatakan juga, kerugian pada neraca ECB akan berlanjut untuk mengimbangi keuntungan di masa depan.

Mereka tidak akan melakukan distribusi keuntungan ke bank sentral nasional zona euro pada tahun 2023, katanya.

Selama delapan tahun, ECB mengikuti kebijakan stimulus fiskal yang membengkakkan neraca keuangannya, namun dipandang kontroversial di beberapa kalangan. Bank Sentral Eropa memulai pengetatan kuantitatif pada Maret 2023.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Bank-bank Sentral di Eropa Rugi Imbas Suku Bunga Tinggi

Suku bunga yang lebih tinggi telah menyebabkan beberapa bank sentral nasional mengalami kerugian, termasuk Bundesbank Jerman dan Bank Nasional Swiss.

Meskipun kerugian tidak berdampak pada kemampuan bank sentral dalam menjaga stabilitas harga, angka tahunan dipandang sebagai ukuran kredibilitas, dan dapat berdampak pada tindakan yang lebih luas.

3 dari 5 halaman

Telah Diantisipasi

Holger Schmieding, kepala ekonom di Berenberg, mengatakan hasil ECB sepenuhnya telah diantisipasi dan bukan masalah besar.

"Ini tidak akan mempengaruhi kebijakan moneter. Tidak ada institusi dalam perekonomian yang dapat mengatasi kerugian sementara dengan lebih baik daripada bank sentral," kata Schmieding dalam sebuah pesan email.

4 dari 5 halaman

Bank Sentral Swiss Rugi Rp 2.225 Triliun, Terburuk dalam 116 Tahun

Sebelumnya, Bank Nasional Swiss atau Bank Sentral Swiss melaporkan kerugian sebesar 132 miliar franc Swiss atau USD 143 miliar (Rp 2.225 triliun) untuk tahun keuangan 2022. Ini merupakan kerugian terbesar dalam 116 tahun sejarah bank sentral.

Kerugian ini setara dengan sekitar 18% dari proyeksi produk domestik bruto Swiss sebesar 744,5 miliar franc Swiss. Rekor kerugian dialami bank ini sebelumnya tercatat sebesar 23 miliar franc yang terjadi pada 2015. Ironisnya, pada tahun 2021, bank ini sempat melaporkan memiliki laba 26 miliar franc.

Kerugian pada 2022 membuat bank ini tidak akan bisa melakukan pembayaran seperti biasa kepada pemerintah Swiss dan negara-negara anggota. Bagian pembayaran kepada pemegang sahamnya juga akan terpengaruh.

Melansir laman CNBC, Senin (9/1/2023), dari kerugian tersebut, 131 miliar franc berasal dari posisi mata uang asing dan 1 miliar dari franc Swiss. Kerugian harus ditanggung Bank Swiss usai investor berbondong-bondong pindah ke tempat yang dianggap aman di tengah volatilitas ekonomi Eropa.

Sejak Juni 2022, franc Swiss telah diperdagangkan di atas satu euro, level yang sebelumnya hanya disentuh sebentar pada tahun 2015 di tengah keberadaan mata uang tunggal UE.

Swiss secara historis berusaha untuk mengendalikan kekuatan franc karena ekonominya yang berat. Meskipun analis berpendapat sektor bisnis Swiss masih dapat kompetitif meskipun franc meningkat karena inflasi zona euro.

Pada bulan Desember, Bank Nasional Swiss menaikkan suku bunga untuk ketiga kalinya pada 2022, menjadi 1%. Itu demi melawan inflasi 3% — jauh di bawah tingkat inflasi zona euro, yang tetap di atas 10%.

5 dari 5 halaman

Kondisi Sebelumnya

SNB pada tahun lalu juga terkena dampak kerugian dalam portofolio saham dan obligasi di tengah penurunan pasar yang lebih luas. Meski masih mengantongi 400 juta franc melalui kepemilikan emasnya.

Karsten Junius, Kepala Ekonom Bank Swiss J.Safra Sarasin, mengatakan jika kerugian bank sentral tidak akan mengubah kebijakan moneternya. Bahkan dia mengharapkan kenaikan 100 basis poin lagi, menjadi 2%, pada tahun ini.

“Sementara SNB juga akan membutuhkan waktu untuk membangun kembali cadangan valuasinya, akan membutuhkan waktu lebih sedikit untuk menunjukkan keuntungan daripada kasus Bank Sentral Eropa,” katanya, juga mencatat bahwa inflasi di Swiss lebih dekat ke target 2% daripada di zona euro.

“Sementara kedua bank sentral secara struktural menguntungkan karena mereka dapat menghitung ulang kewajiban mereka pada tingkat yang lebih rendah daripada pasar, SNB akan mendapatkan bunga pasar yang lebih tinggi tahun ini sementara ECB terjebak dengan obligasi berimbal hasil rendah dalam pembukuannya dan akan tidak menguntungkan untuk bertahun-tahun," tambah dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini