Sukses

Bank Dunia Soroti Lonjakan Utang di Asia

Bank Dunia melihat peningkatan utang tidak hanya terjadi di pemerintah dan swasta tetapi juga rumah tangga di Asia. Utang rumah tangga yang tinggi berdampak negatif pada konsumsi.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia mencatat kenaikan signikan utang pemerintah  di Asia Timur dan Pasifik serta lonjakan pesat tingkat utang korporasi terutama di China, Thailand dan Vietnam.

Dikutip dari CNBC, Selasa (3/10/2023), laporan Bank Dunia memperingatkan tingkat utang pemerintah yang tinggi dapat membatasi investasi publik dan swasta. Meningkatnya utang dapat menyebabkan kenaikan suku bunga yang akan meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan swasta.

Menurut perhitungan Bank Dunia, peningkatan utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 10 persen di tengah penurunan pertumbuhan investasi 1,2 persen. Demikian pula peningkatan utang swasta terhadap PDB 10 persen dikaitkan dengan penurunan  pertumbuhan investasi 1,1 persen.

Bank juga mencatat tingkat utang rumah tangga yang relatif tinggi di China, Malaysia, dan Thailand dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Utang rumah tangga yang tinggi dapat berdampak negatif pada konsumsi, karena lebih banyak pendapatan akan digunakan untuk melunasi utang, sehingga dapat menyebabkan pengurangan pengeluaran.

Bank Dunia juga menyebutkan peningkatan utang rumah tangga 10 persen akan menurunkan pertumbuhan konsumsi 0,4 persen. Saat ini, Bank Dunia mengatakan belanja rumah tangga masih berada di bawah tren sebelum pandemi COVID-19 di kawasan berkembang di Asia Timur dan Pasifik.

Di China, tren penjualan ritel saat ini mendatar dibandingkan sebelum pandemi COVID019 karena harga rumah turun, melemahnya pertumbuhan pendapatan rumah tangga, meningkatnya tabungan untuk pencegahan dan utang rumah tangga serta faktor struktural lainnya seperti populasi yang menua.

Di sisi lain, Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhannya untuk negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik. Pertumbuhan ekonomi di Asia Timur dan Pasifik tersebut dipangkas lataran lesunya permintaan China dan global di tengah masih tingginya suku bunga dan lemahnya perdagangan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bank Dunia Pangkas Pertumbuhan Ekonomi

Bank Dunia prediksi ekonomi negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik akan tumbuh 5 persen pada 2023, demikian dikutip dari laporan Oktober yang diterbitkan pada Senin, 2 Oktober 2023. Prediksi pertumbuhan ekonomi itu lebih renda dari perkiraan pada April sebesar 5,1 persen.

Pada 2024, Bank Dunia prediksi pertumbuhan kawasan 4,5 persen, turun dari perkiraan pada April 2023 sebesar 4,8 persen.

Bank Dunia mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi China pada 2023 tidak berubah pada 5,1 persen. Namun, Bank Dunia menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi pada 2024 menjadi 4,4 persen dari sebelumnya 4,8 persen. Bank Dunia mengutip faktor struktural jangka panjang, peningkatan tingkat utang di China dan lemahnya sektor properti sebagai alasan penurunan peringkatnya.

“Meskipun faktor-faktor dalam negeri cenderung menjadi pengaruh yang dominan terhadap pertumbuhan di China, faktor-faktor eksternal akan mempunyai pengaruh lebih kuat terhadap pertumbuhan di sebagian besar negara-negara lain di kawasan ini,” kata Bank Dunia.

Sebagian besar ekonomi Asia Timur meski telah pulih dari serangkaian guncangan sejak 2020 termasuk pandemi COVID-19 dan akan terus tumbuh, Bank Dunia menuturkan, laju pertumbuhan kemungkinan akan melambat.

3 dari 4 halaman

Terkuak, Utang Indonesia Justru Terendah di antara Negara ASEAN dan China

Sebelumnya, laporan terbaru Bank Dunia menyoroti jumlah utang negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik yang mengalami kenaikan cukup tinggi dalam 13 tahun terakhir atau periode 2010-2023. Khusus utang Indonesia ternyata jadi yang terendah di Antara Negara ASEAN dan China.

“Utang yang lebih tinggi ini tidak hanya terjadi pada suatu negara atau pemerintah saja, namun juga terjadi pada sektor korporasi dan rumah tangga,” ungkap Kepala Ekonom Bank Dunia Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo dalam konferensi pers, Senin (2/10/2023).

Dalam laporan East Asia and The Bank Dunia mencatat, utang Pemerintah China telah naik menjadi 51 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di 2023, naik dari 25 persen yang tercatat pada tahun 2010.

Indonesia tercatat mengalami kenaikan utang Pemerintah hingga 39 persen terhadap PDB di 2023 dari 24 persen pada tahun 2010 silam.

Namun, kenaikan utang Pemerintah Indonesia terhadap PDB-nya tergolong rendah dibandingkan negara tetangganya di Asia Tenggara dan China.

Laporan Bank Dunia mencatat, utang Pemerintah Malaysia terhadap PDBnya telah mencapai 49 persen pada tahun 2010 dan naik lebih dari 20 persen menjadi 60 persen terhadap PDB di 2023.

Adapun utang Pemerintah Filipina terhadap PDBnya yang naik dari 48 persen menjadi 57 persen di 2023 dan utang Thailand yang mencapai 54 persen terhadap PDBnya tahun ini.

Di tingkat rumah tangga, utang Indonesia juga mencatat kenaikan yang kecil pada periode 2010-2023.

Bank Dunia mengungkapkan, utang rumah tangga Indonesia terhadap PDB-nya mencatat kenaikan hanya 2 persen dari 14 persen pada 2010 menjadi 16 persen tahun ini.

 

4 dari 4 halaman

Utang Negara Lain

Serupa, Vietnam juga mencatat kenaikan utang 2 persen di periode tersebut dari 11 persen pada tahun 2010 menjadi 13 persen di 2023.

Utang rumah tangga tertinggi terjadi di China, di mana negara itu mengalami kenaikan utang dari 27 persen terhadap PDB pada 2010 menjadi 62 persen terhadap PDB tahun ini.

“Utang yang lebih tinggi bagi rumah tangga berarti mereka memiliki sisa uang yang lebih sedikit setelah membayar utang untuk konsumsi, dan utang yang lebih tinggi bagi pemerintah dan sektor korporasi memiliki lebih sedikit sumber daya untuk berinvestasi,” beber Aaditya.

Adapun kenaikan utang rumah tangga Malaysia yang telah mencapai 66 persen terhadap PDB-nya, dan Thailand menyentuh 86 persen terhadap PDB-nya.

Sedangkan di korporasi nonfinansial, utang Indonesia naik hingga 9 persen antara 2010-2023, dari 15 persen menjadi 24 persen terhadap PDB.

Kenaikan tertinggi utang korporasi nonfinansial terjadi di China, dari 116 persen terhadap PDB-nya pada tahun 2010 menjadi 172 persen terhadap PDB di 2023.

Kenaikan yang cukup tinggi pada utang korporasi nonfinansial juga terjadi pada Vietnam dari 74 persen terhadap PDB menjadi 112 persen terhadap PDB-nya tahun ini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini