Sukses

Menko Airlangga: Pelemahan Rupiah Tak Masuk Kategori Terburuk di Asia

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, fundamental ekonomi relatif baik topang rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memastikan Rupiah tidak mengalami pelemahan nilai tukar atau kurs yang terburuk di Asia.

Airlangga menyebut, pelemahan Rupiah tak sedalam yang dialami Ringgit Malaysia dan Yuan China. Hal itu didukung oleh fundamental perekonomian yang relatif baik.

Adapun pelemahan mata uang dunia terhadap dolar Amerika Serikat (USD) salah satunya didorong oleh ketegangan di kawasan Timur Tengah, menyusul serangan rudal Iran di Israel pada Sabtu, 13 April 2024.

"Terkait indeks Rupiah, kita bandingkan dengan berbagai negara lain tentunya kita relatif sedikit lebih baik dari (Ringgit) Malaysia dan (Yuan) China,” kata Airlangga Hartarto dalam konferensi pers di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (16/4/2024).

Namun, jika dibandingkan dengan Won Korea Selatan dan Baht Thailand, Airlangga mengakui pelemahan kurs rupiah memang lebih dalam.

"Yang lebih baik (dari Rupiah) salah satunya adalah (Won) Korea Selatan dan (Baht) Thailand. Jadi kita tidak yang terdampak tinggi, tapi banyak negara yang terdampak dari kita. Karena fundamental ekonomi kita relatif baik,” ujar dia. 

Pergerakan Rupiah

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa dibuka merosot usai liburan Lebaran 2024 akibat konflik Iran dan Israel, serta sentimen penundaan pemotongan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari Antara, Selasa, 16 April 2024, pada awal perdagangan Selasa pagi, rupiah turun 240 poin atau 1,51 persen menjadi 16.088 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya pada 15 April 2024 sebesar 15.848 per dolar AS.

Sentimen penundaan pemangkasan suku bunga acuan AS dan tensi konflik geopolitik yang meninggi telah mendorong penguatan dolar AS belakangan ini," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sentimen The Fed

Ariston menuturkan rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS di hari kerja pertama pascalibur Lebaran. Indeks dolar AS saat ini sudah bergerak di atas kisaran 106. Selama libur Lebaran di kisaran 105 dan sebelum Lebaran di kisaran 104.

Konflik di Timur Tengah terutama serangan balasan Iran yang langsung ke Israel meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut dan mengundang kekhawatiran pasar akan munculnya perang baru.

Ia mengatakan perang akan menyebabkan gangguan suplai, meningkatkan inflasi, memicu pelambatan ekonomi global sehingga pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman dan memicu penguatan dolar AS dan harga emas sebagai aset aman.

Suku Bunga The Fed

Selama libur Lebaran, rilis data inflasi konsumen AS bulan Maret lebih ditunggu, untuk membaca peluang bank sentral AS atau The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga acuan AS. Sementara itu, ekspektasi pasar menurun terhadap pemotongan suku bunga AS dalam waktu dekat.

 

3 dari 3 halaman

Langkah Antisipasi Disiapkan

Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, langkah-langkah antisipasi disiapkan untuk hadapi dampak ketegangan konflik Israel-Iran.

Ia menilai, dampak ketegangan konflik Israel-Iran akan terlihat pada pembukaan pasar keuangan pada Selasa, 16 April 2024. "Rambatan dampak (eskalasi konflik) kepada pasar finansial Indonesia baru akan terlihat saat pembukaan pasar besok pagi, Selasa, 16 April 2024.

Namun, langkah-langkah antisipatif akan disiapkan untuk menjaga kepercayaan pasar atas dampak potensi semakin meningkatnya harga komoditas terutama minyak akibat terganggunya pasokan, serta kenaikan harga emas, sebagai aset safe haven, dan rambatan ke sektor lainnya,” ujar Menko Airlangga seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (15/4/2024).

Konflik di Timur Tengah saat ini semakin memanas dengan serangan ratusan drone Iran ke Israel pada Minggu, 14 April 2024 sebagai bentuk balasan atas serangan Israel yang telah menghancurkan gedung Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April 2024.

Selain memicu ketegangan regional hingga ke tingkat global, eskalasi konflik ini juga akan berdampak kepada perekonomian global serta akan meningkatkan risiko makroekonomi bagi perekonomian Indonesia.

Merespons situasi tersebut dan guna mengambil langkah-langkah antisipatif, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyelenggarakan rapat terbatas dengan seluruh unsur Kedeputian pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berikut dengan sejumlah Duta Besar pada Senin, 15 April 2024.

Menko Airlangga juga menyampaikan, konflik tersebut juga akan menimbulkan gangguan pada rantai pasokan melalui Terusan Suez yang akan berdampak langsung setidaknya pada kenaikan biaya kargo. Produk yang terganggu antara lain gandum, minyak, dan komponen alat-alat produksi dari Eropa.

Secara fundamental, perekonomian Indonesia relatif masih cukup kuat. Pertumbuhan ekonomi masih terjaga di atas 5% dengan inflasi yang terkendali. Sampai dengan Februari 2024, neraca perdagangan Indonesia juga masih mengalami surplus, dan menopang Cadangan Devisa yang pada posisi terakhir di Maret 2024 tercatat masih kuat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.