Sukses

Dirut Bulog: Beras Impor Tidak Dijualbelikan, Sifatnya untuk Cadangan Negara

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan, impor beras dilakukan hanya untuk mengantisipasi kekurangan stok di dalam negeri. Impor atau tidak impor tergantung kebutuhan negara untuk buffer stok.

Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog mendapat tugas untuk impor 2 juta ton beras sepanjang 2023. Di awal tahun, Bulog telah mendapat melakukan impor beras sebanyak 500 ribu ton dari empat negara seperti Thailand dan Vietnam.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan, impor beras dilakukan hanya untuk mengantisipasi kekurangan stok di dalam negeri. Impor atau tidak impor tergantung kebutuhan negara untuk buffer stok.

"Jadi kalau umpama gudangnya Bulog punya daya tampung 3,6 juta ton, nah kalau itu bisa terpenuhi kami tidak perlu impor. Sesuai kebutuhan ya," katanya, saat mendampingi Presiden Jokowi menyalurkan cadangan beras pemerintah di Gudang Bulog di Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (10/4/2023).

Ia mengatakan impor sifatnya hanya untuk mengantisipasi jika ada kekurangan stok di dalam negeri.

"Kan beras impor bukan untuk dijualbelikan, paham kan. Jadi beras impor memang tidak untuk dijualbelikan. Memang sifatnya untuk cadangan yang diperlukan negara," katanya dikutip dari Antara.

Ia mengatakan daerah bukan produsen beras yang menerima bantuan sosial dipenuhi dari beras impor. Dengan demikian, bantuan sosial dapat diberikan secara merata.

"Misalnya di daerah Maluku Utara, kan kurang-kurang ya. Walaupun Ambon produksi beras ya, tapi kalau untuk wilayah lain belum tentu cukup, memang hanya untuk yang kami suplai," katanya.

Selain Maluku Utara, dikatakannya, ada beberapa daerah di Papua yang bukan produsen beras.

"Wilayah itu produksi beras juga di wilayah Merauke, tapi kalau kami menunggu dari tol laut waktunya lama. Maka kami datangkan impor, kami juga datangkan dari Jawa Timur," katanya.

Sementara itu, meski ada kebijakan impor beras, pihaknya memastikan pemerintah tetap mengoptimalkan beras produksi dalam negeri.

"Saya tidak bisa mengatakan perlu tidak perlu (impor). Kami lihat anomali cuaca itu juga jadi pertimbangan. Sekarang kan di lapangan panennya tidak merata, ada yang panen dan baru tanam, ada yang tengah-tengah, panennya baru bulan depan. Ini mempengaruhi jumlah ya kuantitas produksi, tidak ada masalah sebenarnya," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ini Rencana Bulog Impor 2 Juta Ton Beras di 2023

Perum Bulog telah mendapat tugas untuk melakukan impor beras sebesar 2 juta ton sepanjang 2023. Tahap awal, impor beras tersebut sudah dijalankan pada Maret kemarin. Untuk tahap selanjutnya, impor beras akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. 

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan, Bulog tidak langsung meneken kontrak impor 2 juta ton. Kontrak antara Bulog dengan negara yang akan mengekspor beras ke Indonesia, hanya dilakukan sesuai dengan jumlah kebutuhan.

"Oh kita enggak bisa kontrak sebanyak itu ya, artinya bertahap," ujar Budi di kantor Perum Bulog Kanwil Jakarta dan Banten, Jakarta Utara, Kamis (6/4/2023).

Mengimpor beras didahului dengan membaca neraca pangan. Jika dari hasil amatan neraca pangan membutuhkan impor, maka proses kontrak akan dilakukan dengan jumlah kebutuhan yang ditentukan.

"Jadi nanti prediksi nanti kan neraca pangannya seperti apa, begitu nanti Pak Arif sebagai kepala Badan tangan nasional melihat 'oh kita butuh nih bulan depan' umpamanya 100.000 ya kita datangkan 100.000," jelasnya.

Indonesia mengimpor beras dari Myanmar, Vietnam, Thailand, India, dan Pakistan. Estimasi waktu pengiriman hingga bongkar muat tergantung dari kesiapan negara dan jarak negara tersebut dengan Indonesia.

"Kurang lebih 10 hari dan itu tergantung dari kesiapan negara itu mereka pasti mengarungi dulu, kita survei juga yang akan dikirim seperti apa jangan sampai sini wah ini enggak sesuai dengan kualitas, ini proses yang tidak mudah," tutupnya.

3 dari 3 halaman

Jokowi soal Impor Beras 2 Juta Ton: Persiapan Hadapi Kemarau Panjang

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan, kebijakan impor beras 2 juta ton dimaksudkan untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Sehingga impor beras bukan untuk menjatuhkan harga gabah petani.

Khususnya, guna mengamankan stok pangan selama musim kering atau kemarau panjang. Walhasil, Perum Bulog tidak perlu kebingungan mengimpor beras di kondisi terdesak.

"Itu (impor beras 2 juta ton) untuk cadangan Bulog. Karena kemungkinan akan ada yang namanya El Nino, musim kering panjang. Sehingga Bulog, Badan Pangan Nasional, mempersiapkan diri dengan memperkuat cadangan berasnya," ujarnya, Kamis (6/4/2023).

"Jangan sampai nanti pas sudah musim kering panjang kita bingung mau beli beras ke Thailand, ke Vietnam, ke India, ke Pakistan barangnya enggak ada," kata Jokowi.

Jokowi tidak ingin situasi itu terjadi. Pasalnya, harga gabah dan harga beras di pasaran juga bisa ikut terkerek gara-garanya.

"Ini yang kita hindari, karena El Nino (kemarau) tidak hanya di Indonesia saja, di negara-negara itu juga terjadi. Sehingga itu mengantisipasi dan itu tidak mengganggu harga gabah petani," tuturnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.