Sukses

Sederet Tantangan Indonesia Wujudkan Konektivitas Sistem Pembayaran Kawasan ASEAN

Indonesia yang saat ini memimpin Keketuaan ASEAN tengah mendorong agar negara anggota bisa saling terkoneksi dalam hal sistem pembayaran. Namun untuk menghubungkan ke 11 negara tidaklah mudah.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia yang saat ini memimpin Keketuaan ASEAN tengah mendorong agar negara anggota bisa saling terkoneksi dalam hal sistem pembayaran. Namun untuk menghubungkan ke 11 negara ASEAN tidaklah mudah. 

Managing Director Gopay, Budi Gandasoebrata membeberkan sejumlah tantangan yang dihadapi. Mulai dari koordinasi tingkat tinggi antar negara  di masing-masing regulator. Pada intinya dalam rangka mendukung inter konektivitas dan interoperabilitas sudah ada kesepakatan bersama.

“Jadi dari sisi kebijakan standar yang akan digunakan nampaknya sudah ada kesepakatan,” kata Budi saat ditemui di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Selasa (28/3).

Tantangan lainnya terkait implementasi hasil kesepakatan. Budi mengatakan implementasi kebijakan dikembalikan kepada masing-masing perusahaan penyelenggara infrastruktur yyang melakukan interkonektivitas.

“Jadi dengan standar yang sudah ditetapkan oleh regulator dan pedoman-pedoman yang sudah diterbitkan nantinya tentunya bisa masuk ke tahap implementasi,” kata dia.

Dari dua tantangan tersebut yang paling penting dalam hal sosialisasi, baik kepada turis di masing-masing negara atau masyarakat umum. Hal ini menjadi penting karena tujuan dari konektivitas untuk memberikan kemudahan dalam bertransaksi. 

“Misalnya wisatawan Indonesia keluar negeri atau dari malaysia singapura datang ke bali, bagaimana kita bisa sosialisasi dan juga promot kalau cross border payment itu sudah bisa digunakan,” katanya.

Penggunaan QRIS

Budi memastikan dari sisi pelaku usaha yang bersentuhan langsung dengan masyarakat sudah siap. Mengingat hampir semua penyelenggara jasa pembayaran sudah mengimplementasikan penggunaan QRIS

“Ini kan salah satu inisiatif yang mempromosikan interoperabilitas dan interkonektivitas dari sisi pembayaran retail,” kata dia. 

Budi menambahkan, semua infrastruktur sudah ada basisnya. Hanya tinggal melakukan pengembangan yang nantinya bisa mendukung sistem pembayaran lintas batas dari sisi pengguna retail. “Tentunya kita harus siap lah pasti ada pengembangan yang dilakukan tapi tentunya dengan dukungan dari BI dan regulator-regulator dari ASEAN tentunya bisa dieksekusi lebih baik dan lebih mudah,” pungkasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bos BI: Ekonomi ASEAN jadi Epicentrum Pertumbuhan Global

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan keberadaan ASEAN sangat penting bagi perekonomian global sejak dulu, kini dan masa yang akan datang. Dia menyebut ekonomi kawasan ASEAN sebagai epicentrum pertumbuhan ekonomi dunia.

"Memang ASEAN penting, baik dulu, sekarang, maupun di masa depan. Ada tiga alasan pertama, ASEAN adalah episentrum pertumbuhan," kata Perry dalam acara High Level Seminar From Asean to the World: Payment System in Digital Era di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) , Nusa Dua, Bali, Selasa (28/3).

Salah satunya tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa pandemi yang tetap tumbuh 5 persen di 2021 dan 5,3 persen di 2022.

Alasan kedua banyak kebijakan positif yang dimiliki ASEAN. Mulai dari disiplin dalam bidang moneter, koordinasi kebijakan fiskal dan moneter. Kemudian stabilitas dalam sistem finansial, dan reformasi struktural.

"ASEAN penting karena kebijakan-kebijakan baik itu ada di ASEAN," kata dia.

Ketiga terkait digitalisasi di ASEAN yang tumbuhnya sangat cepat di dunia. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya angkatan muda di kawasan ASEAN.

"Ini berkat populasi muda kami, penggunaan internet yang luas, serta meluasnya bisnis start-up," kata dia.

Banyaknya start-up membuat transformasi yang cerah di bidang digital sehingga mentransformasi ekosistem digital di ekonomi dan keuangan."Kita menyaksikan banyaknya startup yang naik daun, unicorn, decacorn, di ASEAN," katanya.

Dia menambahkan hal ini tidak terlepas dari masyarakat kawasan ASEAN yang memiliki tekad dalam mengejar digitalisasi. Bahkan saat ini negara kawasan ini memiliki ASEAN Digital transformation framework yang menggerakkan ASEAN ke transformasi digital.

"Ini tidak hanya mendukung integrasi ekonomi, tetapi juga ICT di crossborder regional payment connectivity," pungkasnya.

3 dari 3 halaman

BI Ungkap Resep Manjur Transformasi Digital Sistem Pembayaran Antar Negara ASEAN

Bank Indonesia (BI) mendorong transformasi digital pada sistem pembayaran dan transaksi antar negara Asia Tenggara dalam menyambut keketuaan ASEAN 2023 Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menguraikan langkah langkah penting untuk bagaimana negara negara ASEAN dapat mewujudkan transformasi digital tersebut.

"Nomor satu, kita perlu lebih maju dalam konektivitas pembayaran regional. Ini adalah ambisi, misi kita, dan kita sudah bergerak ke arah itu," kata Gubernur Perry dalam acara High Level Seminar (HLS) From ASEAN to The World “Payment System in Digital Era," di Nusa Dua, Bali pada Selasa (28/3/2023).

“Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina kami berkomitmen untuk mengintegrasikan dan interkonektivitas sistem pembayaran lintas negara di 5 area seperti QR, Fast Payment, juga Local Currency Transaction,” ungkapnya.

Menurut Perry, tidak hanya mengintegrasikan sistem pembayaran lintas batas ASEAN, tetapi penting juga bagaimana digitalisasi dapat mendukung pemulihan ekonomi, inklusi keuangan, serta juga untuk mendukung entitas global.

“Nomor dua, adalah bagaimana kita memerhatikan (kehadiran) kripto. Untuk menangani kripto kita perlu melakukan pendekatan, salah satunya bekerja sama dengan Financial Stability Board (FSB), tentang peraturan dan standar global serta praktik terbaik untuk ASEAN,” sambungnya.

KoordinasiHal ketiga yang penting untuk diperhatikan adalah koordinasi yang erat dalam pengaturan dan pengawasan sistem pembayaran lintas batas antar negara ASEAN.

“Tentang bagaimana pengaturan dan pengawasan sistem pembayaran di Indonesia juga bisa dikoordinasikan dengan Malaysia, Singapura, Thailand,” tambahnya.

Seperti diketahui, Bank Indonesia bersama Kementerian Keuangan pada 28-31 Maret 2023 menggelar pertemuan pertama tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau the 1st ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) di Nusa Dua, Bali.

Pada Selasa (28/3) hari ini, diselenggarakan dua sesi seminar dalam acara AFMGM yaitu From ASEAN to the World: Payment System in The Digital Era dan High Level Seminar Innovative Strategy to Further Enhance Financial Inclusion. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.