Sukses

Pilot Susi Air Masih Disandera KKB, Ratusan Warga Ramai-Ramai Tinggalkan Paro

Tim gabungan TNI/Polri kini fokus melakukan penyelamatan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, warga negara Selandia Baru di wilayah Nduga yang disandera KKB

Liputan6.com, Jakarta Pasca keberhasilan mengevakuasi 33 orang masyarakat Paro ke Kenyam, Kabupaten Nduga, tim gabungan TNI/Polri kini fokus melakukan penyelamatan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, warga negara Selandia Baru di wilayah Nduga dan sekitarnya.

"Saat ini TNI/Polri juga menangani warga Distrik Paro yang eskodus karena merasa ketakutan. Termasuk atas permintaan Bupati Nduga untuk membantu evakuasi," terang Brigjen TNI Jo Sembiring dalam laporan tertulis, Kamis (16/2/2023).

Data evakuasi warga yang diperoleh sampai dengan sekarang, dimulai pada Rabu (8/2/2023) evakuasi 15 orang pekerja, Jumat (10/2/2023) evakuasi 25 orang warga Paro, Sabtu (11/2/2023) 33 orang warga Paro, dan Senin (13/2/2023) 167 jiwa.

Meski dibanjiri eksodus warga Paro, Jo Sembiring menekankan, upaya pencarian Pilot Susi Air terus dilakukan. Tim Gabungan TNI/Polri melakukan pencarian menggunakan pesawat TNI AU dan Polri. "Untuk mengoptimalkan pencarian, Tim Gabungan TNI-Polri kini bergabung dengan Satgas Damai Cartenz," imbuhnya.

Aparat TNI-Polri diketahui terus berkoordinasi dengan para tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan pihak pemerintah daerah.

"Tim Gabungan TNI-Polri telah menyiapkan tim evakuasi apabila sewaktu-waktu diketahui keberadaan pilot tersebut," tegasnua.

Lebih lanjut, Jo Sembiring mengatakan, pihaknya bersama Pangdam XVII/Cenderawasih, Kapolda Papua, Pangkoopsud III berada di Mimika memimpin dan bergabung bersama-sama dengan para prajurit TNI-Polri untuk melakukan proses pencarian dan evakuasi.

"Saat ini kami berada di Mimika bergabung memimpin dan bersama-sama dengan para Prajurit TNI-Polri," ungkap dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pesan Singkat Pilot Susi Air Minta Indonesia Akui Kemerdekaan Papua Merdeka

Beredar video seorang pilot Selandia Baru yang disandera oleh pemberontak bersenjata busur dan anak panah di wilayah terpencil Papua, Indonesia.

Phillip Mehrtens, seorang pilot perusahaan penerbangan Indonesia Susi Air, dikabarkan diculik minggu lalu oleh pemberontak separatis, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua, yang menyerbu pesawat bermesin tunggal tak lama setelah mendarat di landasan kecil.

Kelompok Tentara Pembebasan Papua Barat, sayap bersenjata United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), menangkap Mehrtens sebelum membakar pesawatnya di landasan pacu di Paro, distrik terpencil Nduga pada 7 Februari.

Baru-baru ini mereka merilis rekaman yang menunjukkan pilot Mehrtens berdiri di hutan dikelilingi oleh orang-orang yang bersenjatakan senapan, tombak, busur dan anak panah.

Dalam rekaman yang juga dimuat Daily Mail dan dikutip Kamis (16/2/2023), pemimpin kelompok pemberontak Egianus Kogoya mengatakan pilot yang berasal dari Christchurch tidak akan dibebaskan sampai wilayah Papua merdeka dari Indonesia.

Namun sejauh ini pemerintah Indonesia berdiri teguh, mengatakan Papua akan 'selamanya tetap menjadi bagian yang sah' dari Indonesia.

3 dari 3 halaman

Penyanderaan Bagian dari 'Pembebasan Papua'

Salah satu video yang beredar menunjukan sang pemimpin, Kogoya duduk di kokpit pesawat, mengatakan dia menyandera pilot sebagai bagian dari perjuangan mereka 'membebaskan Papua' dari Indonesia.

Video lain menunjukkan Pilot Mehrtens berdiri di hutan yang dikelilingi oleh pemberontak bersenjata lengkap.

Dalam potongan video ketiga yang beredar, pilot asal Selandia Baru itu terlihat diperintahkan oleh para pemberontak untuk menyampaikan pesan.

"Militer Papua yang menawan saya untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua, mereka meminta militer Indonesia untuk pulang ke Indonesia dan jika tidak, saya akan tetap menjadi tawanan selamanya," demikian pesan singkat Mehrtens.

Dalam pesannya yang menggunakan bahasa Inggris, pilot Mehrtens menambahkan: 'Indonesia harus mengakui Papua merdeka.'

"Saya menyandera dia untuk kemerdekaan Papua, bukan untuk makanan atau minuman," imbuh pemimpin pemberontak Kogoya dalam video saat Pilot Mehrtens berdiri di sampingnya.

"Dia akan aman bersamaku selama Indonesia tidak menggunakan senjatanya, baik dari udara maupun dari darat."

Papua dimasukkan ke dalam Indonesia pada tahun 1969 setelah pemungutan suara yang disponsori PBB yang secara luas dianggap palsu. Sejak itu, pemberontakan tingkat rendah membara di wilayah kaya mineral yang terbagi menjadi dua provinsi, Papua dan Papua Barat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.