Sukses

DPR Siapkan Advokasi Bantu Korban Limbah Tailing Freeport

Komisi IV DPR sepakat untuk melakukan advokasi atas dampak kegiatan pembuangan limbah tailing yang dilakukan PT Freeport Indonesia (PTFI) selama menjalankan operasinya.

Liputan6.com, Jakarta Komisi IV DPR sepakat untuk melakukan advokasi atas dampak kegiatan pembuangan limbah tailing yang dilakukan PT Freeport Indonesia (PTFI) selama menjalankan operasinya.

Upaya advokasi ini dilakukan setelah DPR menerima pengaduan dari DPRD Provinsi Papua dan wakil masyarakat Mimika yang telah dirugikan dari kegiatan pembuangan limbah tailing PTFI ini.

Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi menuturkan, ada dua upaya advokasi yang dilakukan parlemen menyikapi aspirasi korban limbah tailing PTFI ini. Pertama, melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan mengundang para pihak, yakni PTFI, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), para bupati dan gubernur di Papua serta unsur Pimpinan DPRD Provinsi Papua.

"Cuma kalau untuk kehadiran (wakil) masyarakat, ya silahkan pintar-pintarnya DPRD untuk ajak masyarakatnya," kata Dedi dalam keterangan tertulis, Kamis (2/2/2023).

Kedua, sambung Dedi, pihaknya akan melakukan kunjungan kerja ke areal yang disebut-sebut sebagai sumber pembuangan. Menurutnya, dengan kerja langsung ke lapangan yang dikeluhkan masyarakat terdampak limbah tailing ini, upaya advokasi dan pembelaan kepada masyarakat adat akan menjadi jauh lebih mudah.

"Kita bisa menunjukkan ke PTFI langsung 'iniloh' dampak yang diakibatkan apabila itu memang dilakukan oleh PTFI," ujarnya.

Politisi Fraksi Golkar ini menilai, setiap potensi pelanggaran yang ditemukan di lapangan dapat langsung dipretanggungjawabkan, kemudian dilakukan evaluasi sebagai upaya pembenahan dalam pengelolaan tambang di Papua.

"Semua yang ada disin harus hadir terutama dari (anggota dewan) dapil Papua harus memimpin delegasi untuk membela rakyat Papua," jelasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jokowi: Freeport Mayoritas Milik Indonesia, Jangan Terbayang Lagi Milik Amerika

Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkomitmen untuk menggenjot program hilirisasi industri di Tanah Air, dan mulai menyetop ekspor hasil tambang berupa konsentrat tembaga tahun ini.

Salah satu upayanya, dengan memanfaatkan tambang milik PT Freeport Indonesia yang 51 persen sahamnya sudah diakuisisi pemerintah.

Untuk itu, Jokowi menegaskan, perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar dunia tersebut kini sudah dimiliki oleh Indonesia.

"Ingat, Freeport itu mayoritas sudah milik kita. Jangan terbayang-bayang Freeport itu milik Amerika, sudah mayoritas kita miliki," tegas Jokowi dalam acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2023 di Fairmont Hotel, Jakarta, Rabu (1/2/2023).

RI 1 pun yakin Indonesia bisa mulai menghentikan ekspor konsentrat tembaga pada 2023 ini. Keyakinan itu diutarakan pasca dirinya meninjau progres pembangunan smelter milik Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara.

"Bentar lagi mau saya umumkan, tembaga stop tahun ini. Karena saya cek kemarin, smelter Freeport dan smelter yang ada di NTB sudah lebih dari 50 persen jadi. Jadi berani kita stop," seru Jokowi.

Untuk produk tambang lainnya, Jokowi pun sudah resmi mengumumkan larangan ekspor mineral mentah berupa bijih bauksit pada 2023 mendatang. Ia lantas bercerita alasan kenapa kebijakan itu ditempuh.

"Bauksit, kenapa harus kita stop. Saya berikan contoh saja. Indonesia ini ekspor bahan mentah bauksit, ekspor ore-nya. Kita nomor 3 di dunia, mentahan yang kita ekspor," paparnya.

"Tapi, ekspor alumunium kita nomor 33. Mentahnya nomor 3, kok barang setengah jadi/jadinya nomor 33? Apalagi ekspor panel surya kita nomor 31, padahal bahannya ada di sini," keluh Jokowi.

Padahal, Jokowi menyatakan, negara bakal mendapat keuntungan hingga ratusan kali lipat bila hasil tambang tersebut diolah di dalam negeri.

"Kalau kita kerjakan panel surya, nilai tambahnya sampai 194 kali. Kenapa berpuluh-puluh tahun tidak kita lakukan, apa yang salah dari kita. Kita terlalu nyaman dengan ekspor mentahan, karena memang paling cepat dapat duitnya, dan tidak pusing pikirannya," tuturnya.

3 dari 4 halaman

Jokowi Pikir-Pikir Perpanjang Kontrak Vale-Freeport, Bahlil: BP Sudah Lampu Hijau

Presiden Joko Widodo atau Jokowi memanggil jajaran menterinya untuk membahas kontrak karya di bidang minyak dan pertambangan. Diantaranya British Petroleum (BP), Vale, dan Freeport Indonesia.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut peepanjangan kontrak karya itu jadi satu bahasan penting dalam rapat terbatas (ratas) yang dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (31/1/2023).

"Kami tadi rapat membahas beberapa hal terkait dengan perpanjangan beberapa kontral karya yang harus dilakukan perhitungan kembali seperti BP kemudian Vale, kemudian ada juga diskusi tentang bagaimana kelanjutan Freeport. Itu tadi kami diskusikan semuanya," katanya usai ratas di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (31/1/2023).

Dia menyampaikan kalau soal perpanjangan kontrak ini masih jadi bagian diskusi. Alasannya, sejumlah poin yang harus menjadi pertimbangan.

"Masih dalam diskusi, masih dalam tahap diskusi karena kita harus mengkaji semuanya. Karena investasi di bidang minyak maupun di bid pertambangan itu kan ndak bisa dua tahun udah mau putus atau 3 tahun baru kita putuskan. Eksplorasi memakan waktu 10-15 tahun dan itu investasinya harus dilakukan sekarang," urainya.

Bahlil menekankan kalau poin pentingnya adalah menjaga investasi tetap terjadi di Indonesia. Apalagi ditengah berbagai tantangan global, mencari investasi untuk masuk ke Indonesia adalah hal yang tak mudah.

Dengan demikian, diperlukan kecekatan dari negara sebagai penentu regulasi agar bisa memuluskan investasi yang masuk.

"Ya kecepatan negara dalam merespon kebutuhan para investor ini sangat penting, tapi yang terpenting adalah sekarang itu orang mencari investasi susah sekarang, yang sudah eksisting kita harus betul-betul bisa mengawal dengan baik," paparnya.

Dari Vale, BP, dan Freeport Indonesia, Bahlil menyebut kalau BP sudah mendapat lampu hijau untuk perpanjangan kontraknya di Indonesia. Namun dia enggan merinci waktu perpanjangan yang diberikan oleh pemerintah.

"BP sudah ada lampu hijau lah BP, untuk perpanjangan. Teknisnya nanti disampaikan menteri ESDM. Waktunya ya, sesuai undang-undang aja," kata dia. 

4 dari 4 halaman

Hilirisasi

Lebih lanjut, Bahlil menerangkan kalau aspek paling penting dalam industri pertambangan dan minyak di Indonesia adalah hilirisasi. Tujuannya memberikan nilai tambah lebih ke kas negara.

Disisi lain, opsi perpanjangan kontrak juga perlu mempertimbangkan keterlibatan dari perusahaan asal dalam negeri. Baik itu melalui BUMN maupun BUMD.

"Yang terpenting adalah dari semua produksi baik itu oil dan gas, maupun pertambangan kita dorong ke hilirisasi. Hilirisasi dan keterlibatan BUMN dan BUMN. Jadi nggak bisa lagi kita memberikan opsi perpanjang tapi tidak melibatkan BUMN atau BUMD, dan harus negara mengambil peran secara maksimal," jelasnya.

  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.