Sukses

Yogyakarta Jadi Provinsi Termiskin di Jawa, Tapi Penduduknya Paling Bahagia

Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan maupun destinasi wisata, maka terasa sangat janggal bila perputaran ekonomi di sana terbatas hingga disebut sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa per September 2022, dengan tingkat kemiskinan 11,49 persen atau 463.630 orang penduduk miskin. Upah minimum provinsi atau UMP Yogyakarta juga menjadi yang terkecil kedua di Indonesia.

Fakta itu mengundang rasa penasaran konsultan pemasaran Yuswohady. Ia bingung dengan status Yogyakarta sebagai provinsi termiskin. Pasalnya, Jogja dikenal sebagai kota pendidikan maupun destinasi wisata, sehingga terasa janggal bila perputaran ekonomi di sana terbatas.

Kebetulan, keluarga Yuswohady merupakan orang Jogja tulen. Ia lantas membagikan nilai-nilai yang dianut orang Yogyakarta, yang seolah mengusung kemiskinan sebagai budaya.

"Sy mmg tak dilahirkan di Yogya. Tp bapak sy, morotuwo, simbah, simbah buyut, pak lik, om, bude, semua tulen Yogya. Dan sjk kecil sy dididik dlm tradisi Yogya. Sprti halnya bapak sy, org Yogya itu PRIHATIN-nya minta ampun. Hidup sederhana, ngirit abizzz. Klo belanja seperlunya, tak pernah berlebihan," tulis Yuswohady dalam akun instagram @yuswohady.

Tak hanya untuk dirinya, orang tua Yuswohady pun terus mencontohi keluarga dan anak-anaknya untuk hidup apa adanya hingga akhir hidupnya.

"Sy ingat bapak sy klo mengajari anaknya prihatin selalu menggunakan standar hidup zaman penjajahan Jepang saat beliau kecil yg miskin ampun2. Sjk kecil hingga meninggalnya (2009), bapak sy kurus kering-kerontang. Kenapa? Krn makannya sedikit sekali. Beliau pantang makan ayam, daging, atau telur, krn menurutnya itu terlalu mewah," ungkapnya.

"Org Yogya itu "urip prasojo lan sak madyo", Urip ora neko-neko." Artinya hidup sederhana, tdk berlebihan, sewajarnya, tak byk polah-tingkah. Dgn background kultural macam itu sy mengamini knp Yogya mjd provinsi termiskin," tegas Yuswohady.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Anomali

Yuswohady lantas coba mempelajari penilaian BPS dalam menentukan tingkat kemiskinan, yang dihitung berdasarkan pengeluaran (spending) per kapita per bulan yang berada di bawah garis kemiskinan.

Artinya, semakin banyak pengeluaran, maka satu kelompok akan dianggap semakin kaya. Begitu pun sebaliknya, semakin sedikit pengeluaran maka akan semakin miskin.

"Konteks kultural itu pulalah yg menjawab adanya ANOMALI. Bhw di tengah posisi sbg provinsi PALING MISKIN, Yogya jg termasuk provinsi yg PALING BAHAGIA. Ya, krn prinsip hidup "prasojo lan sak madyo" di atas," kata Yuswo Hady.

Oleh karenanya, ia berpikir orang Yogyakarta tidak perlu malu mendapatkan predikat sebagai provinsi termiskin dari BPS. Tapi sebaliknya, justru bangga karena bisa membuktikan tingkat kebahagiaan tidak perlu dinilai dari angka pengeluaran.

"Kalau demikian kenyataannya, sy berpikir org Yogya tak perlu malu mendapatkan predikat provinsi TERMISKIN dari BPS. Justru sebaliknya: BANGGA. Krn kita punya ukuran n standar sendiri utk mengukur kesejahteraan hidup kita. Tak perlu mengacu pd ukuran yg ditetapkan BPS," tuturnya.

"Krn kita tahu ukuran n standar yg diambil BPS bersumber dari negara kapitalis-liberal-Barat yg dikembangkan oleh ahli2 di Bank Dunia, IMF, OECD, WEF, Harvard, dan sejenisnya," tutup Yuswohady.

3 dari 4 halaman

Yogyakarta Jadi Provinsi Termiskin di Pulau Jawa

Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat menjadi provinsi termiskin di Pulau Jawa per September 2022. Hal itu berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta. Dalam laporan tersebut, tingkat kemiskinan di Yogyakarta tercatat naik 11,49 persen.

Dikutip dari laman BPS, Senin (23/1/2023), persentase penduduk miskin pada September 2022 sebesar 11,49 persen menurun 0,42 persen poin dibandingkan September 2021, namun naik 0,15 persen poin dibandingkan Maret 2022.

Jumlah penduduk miskin pada September 2022 sebanyak 463,63 ribu orang dan naik 8,9 ribu orang terhadap Maret 2022. Jika dibandingkan September 2021, jumlah penduduk miskin September 2022 turun 10,9 ribu orang.

Kemudian, persentase penduduk miskin perkotaan pada September 2022 sebesar 10,64 persen dan naik 0,08 persen poin dibandingkan Maret 2022. Penduduk miskin perdesaan pada September 2022 sebesar 14,00 persen dan naik 0,35 persen poin dibandingkan Maret 2022.

Tak hanya di desa, jumlah penduduk miskin di perkotaan pada September 2022 sebanyak 321,07 ribu orang, naik sebanyak 5,6 ribu orang dibandingkan Maret 2022. Sementara itu, jumlah penduduk miskin perdesaan pada September 2022 sebanyak 142,57 ribu orang atau mengalami kenaikan 3,3 ribu orang dibandingkan Maret 2022.

 

4 dari 4 halaman

Garis Kemiskinan

Maka BPS mencatat Garis Kemiskinan pada September 2022 tercatat sebesar Rp 551.342,00 per kapita per bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 398.363,00 (72,25 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp 152.979,00 (27,75 persen).

Selain itu, pada September 2022, BPS juga mencatat secara rata-rata rumah tangga miskin di D.I. Yogyakarta memiliki 4,20 orang anggota rumah tangga. Apabila ditinjau secara rumah tangga, maka Garis Kemiskinan rumah tangga mencapai Rp 2.315.636,00 per rumah tangga per bulan.

Di sisi lain, pada 2023 UMP Yogyakarta mengalami kenaikan 7,65 persen yakni sebesar Rp 1.981.782 dibanding UMP tahun 2022 sebesar Rp 1.840.915. Namun, UMP tersebut termasuk terkecil kedua setelah Jawa Tengah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.