Sukses

Cerita Sri Mulyani soal Halloween dan Dampaknya ke Ekonomi AS

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan momen Halloween di Amerika Serikat menjadi industri sangat besar yang menggerakkan ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan momen Halloween di Amerika Serikat menjadi industri sangat besar yang menggerakkan ekonomi. Hal itu diungkapkan Sri Mulyani melalui akun Instagram Pribadinya @smindrawati, dikutip Minggu (23/10/2022).

“Minggu lalu di Washington DC - suasana Halloween terlihat dengan hiasan-hiasan yang bertema makhluk yang mengerikan/menakutkan. Hiasan khas buah waluh (pumkin) dipahat seperti wajah seram banyak ditemui,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menjelaskan, Halloween adalah tradisi dari bangsa Celtics - akhir Oktober akhir masa panen dan masuk musim winter yang dingin, muram, gelap akan mengundang arwah dan setan berkeliaran. Masyarakat melakukan upacara ritual mengenakan kostum-kostum mengerikan: drakula, zombie, tukang sihir dll untuk mengusir arwah jahat.

Tradisi Halloween sekarang berubah. Komunitas Terutama anak-anak mengenakan kostum beragam dan melakukan “trick or treat” mengumpulkan candy/permen dari rumah ke rumah.

“Belanja kostum, candy dan hiasan Halloween Menjadi industri sangat besar yang menggerakkan ekonomi. Di Amerika Serikat Bulan Oktober sampai Desember adalah holiday season - masyarakat berbelanja lebih untuk Thanksgiving, merayakan Natal dan Tahun Baru. Ekonomi menjadi tumbuh,” ujarnya.

Dalam hal ini, manusia memiliki tradisi dan cara beragama dalam mengusir ketakutan dan menghadapi ketidakpastian.

Menkeu mengatakan, apabila saat ini kita mendengar berita mengenai krisis ekonomi dan kemungkinan resesi di berbagai negara, juga tahun depan diperkirakan akan gelap, maka masyarakat dan pelaku ekonomi bereaksi dan berjaga-jaga. Kehati-hatian dan antisipasi adalah baik.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Amankan Ekonomi Indonesia

Pemerintah terus melakukan langkah-langkah mengamankan perekonomian Indonesia agar mampu bertahan menghadapi ketidakpastian global. Saat ini momentum pemulihan ekonomi Indonesia masih kuat- ditopang konsumsi masyarakat dan ekspor yang tumbuh tinggi, dan investasi yang semakin pulih.

APBN #uangkita (kebijakan fiskal) menjadi instrumen andalan menjaga masyarakat dan ekonomi Indonesia dengan kebijakan yang fleksibel,hati-hati (prudent) dan bertanggung-jawab (akuntabel).

“Mari terus jaga optimisme dan tetap waspada.Disiplin, fokus, kerja keras, detail dan cermat, serta gotong royong, Insyallah tidak akan menghianati hasil yang baik,” ujarnya.

“Sabar dan berbuat yang terbaik, serta doa(sholat) - akan menjaga negara dan perekonomian Indonesia melewati Pandemi dan tantangan guncangan global saat ini dan kedepan,” pungkas Menkeu.

3 dari 4 halaman

Sri Mulyani Ikut Komentari Mundurnya PM Inggris Liz Truss, Ini Katanya

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai, keputusan mundurnya Perdana Menteri Inggris Liz Truss semakin menambah ketidakpastian global. Hal itu disampaikan Menkeu dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi Oktober 2022, secara virtual, Jumat (21/10/2022).

“Kita semua mengikuti politik Inggris dimana mulai dari Menteri keuangan diganti dan sekarang perdana menteri turun. Ini menggambarkan bahwa yang terjadi baik dari sisi ekonomi dan keuangan juga berimbas pada politik,” kata Sri Mulyani.

Sebagai informasi, PM Inggris Liz Truss mengumumkan ia mundur dari jabatannya pada Kamis 20 Oktober 2022. Padahal, ia baru menjabat selama 45 hari.

Hal ini membuat Liz Truss menjadi Perdana Menteri Inggris dengan masa jabatan paling singkat dalam sejarah. Rekor itu sebelumnya dipegang George Canning yang meninggal pada 1827 ketika baru menjabat 119 hari.

Lebih lanjut Menkeu menjelaskan, krisis atau risiko sekarang beralih dari pandemi ke risiko ekonomi dan keuangan, terutama lingkungan global yang makin bergejolak, terutama dari sisi komoditas.

Harga dari komoditas-komoditas utama dunia yang sangat mempengaruhi kesehatan ekonomi di berbagai negara masih relatif dalam posisi namun volatilitasnya juga cukup tinggi atau sangat tinggi dalam hal ini.

Hal ini yang kemudian menyebabkan inflasi yaitu kenaikan dari harga-harga umum di berbagai negara. Misalnya, di inggris bahkan baru saja dipublikasikan inflasi di atas 10 persen yaitu 10,1 persen dan ini masih diperkirakan bertahan di level tinggi ke depannya.

“Amerika Serikat inflasi headline di 8,2 persen dan core inflation masih tinggi, sehingga makin membulatkan tekad dan dari determinasi dari Federal reserve untuk menaikkan suku bunga. Diperkirakan sampai akhir tahun mencapai 4,5 persen,” ujarnya.

4 dari 4 halaman

Eropa Pun Begitu

Kemudian untuk Eropa, kata Menkeu, dalam pertemuan G20 semuanya bertukar pikiran dan melihat kondisi yang dihadapi perekonomiannya makin tertekan karena harga-harga yang meningkat, sekarang inflasinya merambat di level 10 persen, terutama harga energi yang juga menyebabkan gejolak dan tekanan sosial.

“Kemudian negara emerging market seperti Brazil yang mengalami kenaikan inflasi dan agak mengalami penurunan, dan Meksiko juga pada level 8 persen, dan India meningkat diatas 7 persen, dan Indonesia saat ini ada di level 6 persen,” ujarnya.

Menurut Menkeu, kondisi seperti itu dihadapi seluruh negara-negara baik negara maju, negara emerging, maupun negara developing. Dengan inflasi yang tinggi dan harga-harga yang cenderung tinggi dan bergejolak maka respons kebijakan moneter juga mencoba untuk menstabilkan harga caranya dengan menaikkan suku bunga dan mengetatkan likuiditas,” pungkas Menkeu. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.