Sukses

Bos IMF Unggah soal Ekonomi Indonesia: Tetap Jadi Titik terang Saat Ekonomi Global Memburuk

Bos IMF menilai ekonomi Indonesia masih dalam keadaan cukup baik, di tengah ancaman resesi global.

 
Liputan6.com, Jakarta Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva ikut menyoroti kondisi ekonomi Indonesia.
 
Tersirat jika dari unggahannya, dia menilai ekonomi Indonesia masih dalam keadaan cukup baik, di tengah ancaman resesi global.
 
Seperti diketahui ekonomi global tengah memburuk antata lain disebabkan berbagai hal seperti lonjakan harga pangan/energi, perang Rusia Ukraina dan lainnya.
 
Hal tersebut disampaikan Georgieva setelah menghadiri pertemuan dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di sela-sela IMF Annual Meetings 2022 di Washington DC, Amerika Serikat pada Selasa (11/10). 
 
Ekonomi “"#Indonesia tetap menjadi titik terang dalam ekonomi global yang memburuk! Diskusi yang sangat baik dengan Menteri Keuangan @smindrawati selama Pertemuan Tahunan, menjelang KTT #G20 pada bulan November," tulis Georgieva dalam unggahannya di laman Instagram resmi @rkristalina.georgieva seperti dikutip Rabu, (12/11/2022).
 
Sebelumnya, IMF mengeluarkan prediksi terbaru pertumbuhan ekonomi global, yang diperkirakan akan melambat menjadi 2,7 persen tahun depan, 0,2 poin persentase lebih rendah dari perkiraan IMF sebelumnya pada Juli 2022.
 
IMF juga memperkirakan resesi akan mulai terasa pada ekonomi global di 2023 mendatang.
 
Sementara itu, perkiraan IMF untuk PDB global tahun ini tetap stabil di angka 3,2 persen, namun turun dari 6 persen yang terlihat pada 2021.
 
Adapun ekonomi tiga negara besar, yaitu Amerika Serikat, Uni Eropa dan China - yang diprediksi akan terus melambat.
 
“Selain krisis keuangan global dan puncak pandemi Covid-19, ini adalah "profil pertumbuhan terlemah sejak 2001," kata IMF dalam laporan World Economic Outlook, dikutip dari CNBC International. 
 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ada Jokowi, Bahlil Yakin Indonesia Tak Akan Jadi Pasien IMF

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengaku telah mendengar perihal 28 negara yang kini tengah menjadi pasien IMF, atau Dana Moneter Internasional. 

Itu menjadi bukti bahwa situasi ekonomi global kini tengah dalam keadaan gelap. Namun, dia meyakini Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa memimpin Indonesia keluar dari kegelapan tersebut. 
 
"Jadi ekonomi global ini lagi dalam keadaan gelap. Bagaimana Indonesia? Di balik kegelapan itu, ini pertarungan leadership pemimpin. Pak Jokowi, Presiden RI, sudah teruji dalam proses bagaimana mengendalikan Covid-19 dan ekonomi," ujarnya di Fairmont Hotel, Jakarta, Rabu (12/10/2022).
 
Dunia yang kini dirundung awan gelap itu lantaran adanya ancaman resesi yang tengah dihadapi banyak negara. Tapi kembali, ia optimistis Jokowi bakal jadi juru selamat. 
 
"Tentu resesi itu menjadi suatu momok. Tapi kalau saya confident, karena pak Presiden sangat hati-hati dalam membuat policy-nya. Sudah terbukti pada saat Covid-19, orang bahkan menganggap kita bukan siapa-siapa, bukan apa-apa," tuturnya. 
 
"Tanpa bermaksud sombong, saya pikir kita punya resources yang banyak. Pasarnya juga baik. Insya Allah daya dukung populasi yang banyak ini membuat kita bisa mempertahankan diri dalam resesi ini," sambung Bahlil. 
 
Supaya Indonesia tak ikut terjerumus dalam lubang resesi, pemerintah disebutnya terus berupaya untuk memperkuat ketahanan ekonomi di dalam negeri. Caranya, dengan membangkitkan potensi-potensi ekonomi mulai dari sektor terkecil seperti UMKM. 
 
"Saya berterimakasih, saya di Kementerian Investasi itu bekerjasama dengan kementerian lain dalam membangun akses-akses infrastruktur untuk membangun pertumbuhan kawasan ekonomi baru," pungkas Bahlil. 
3 dari 3 halaman

Menteri Bahlil Bocorkan 28 Negara yang Jadi Pasien IMF

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan bahwa 28 negara tengah antre untuk menjadi pasien Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF). Sayangnya, Presiden Jokowi belum merinci negara-negara yang sudah antre atau bakal menjadi pasien IMF ini.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, juga mengaku belum mendapat laporan daftar negara yang meminta suntikan dana dari IMF. Kendati begitu, ia melihat beberapa antaranya datang dari negara yang sebenarnya cenderung punya kekuatan ekonomi di tingkat global.

"Sampai dengan tadi malam kami mengecek belum diumumkan negara-negara mana aja. Tetapi indikasinya tidak hanya negara berkembang, tapi juga mungkin negara yang bukan negara berkembang bisa kena," ujar Bahlil selepas acara Anugerah Layanan Investasi (ALI) 2022 di Fairmont Hotel, Jakarta, Rabu (12/10/2022).

Situasi krisis ekonomi yang menimpa banyak negara ini merupakan imbas dari empat rentetan peristiwa. Pertama, diawali dengan perang dagang 2017-2019 antara China dan Amerika.

"Belum selesai perang dagang, muncul covid. Covid ini hampir (semua negara) kena, dan pertumbuhan ekonomi hampir semua negara terjadi minus. Covid belum selesai, kita masuk perang antara Rusia dan Ukraina. Ini yang betul-betul kena," ungkapnya.

"Jadi ibarat daya tahan tubuh sudah lemah, ditambah lagi pukulan tentang perang antara Rusia dan Ukraina," kata Bahlil.

Konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina lantas berdampak terhadap situasi krisis pangan dan energi di tingkat global. Bahlil menyebut hampir semua negara terkena imbasnya, termasuk Indonesia.

"Energi kita kan naik, dari USD 63 per barel sampai USD 70 per barel, sekarang rata-rata harga minyak Januari-Agustus 2022 USD 100 lebih. Apa enggak keok kita?" papar dia.

Tak berhenti sampai situ, situasi gelap dunia juga menghantam nilai tukar mata uang banyak negara, termasuk dolar Amerika Serikat (AS) dan Poundsterling Inggris.

Menindaki situasi tersebut, Bahlil mengatakan negara-negara besar seperti Inggris sampai harus rela membuat kebijakan minus pemasukan, seperti penurunan pajak, subsidi upah. Sehingga itu membuat nilai tukar Poundsterling ambles.

"Sekarang memang udah mulai naik lagi, tapi kan kondisi ini semuanya tidak menentu. Itu masalahnya," tegas Bahlil.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.