Sukses

Rupiah Melemah ke 15.000 per Dolar AS, Berapa Level Ideal?

Dengan kondisi ekonomi global yang serba tidak pasti, ditambah tekanan The Fed, BI perlu melakukan intervensi. Misalnya, menahan nilai tukar di level Rp 14.900-an per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah dan tembus level 15.008 per dolar AS pada Rabu (21/9/2022) pagi. Pelemahan rupiah ini dibayangi oleh sentimen kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (The Fed).

Pengamat dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita menilai, nilai tukar rupiah berada di bawah level ideal atau seharusnya bisa lebih kuat dari 15.000 per dolar AS. Namun ia mengakui bahwa fluktuasi yang terjadi di rupiah banyak diakibatkan oleh sentimen psikologis.

Menurutnya, angka ideal nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.500-14.750 per dolar AS.

"Soal berapa nilai idealnya, saya kira nilai rupiah yang sesuai dengan fundamental ekonomi nasional dibanding fundamental ekonomi Amerika, terutama perbandingan angka pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan suku bunga Indonesia dibanding dengan pertumbuhan, inflasi, dan suku bunga Amerika, adalah sekitar 14.500 - 14.750 per dolar AS," kata dia menerangkan saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (21/9/2022).

Kendati begitu, dengan kondisi ekonomi global yang serba tidak pasti, ditambah tekanan The Fed, BI perlu melakukan intervensi. Misalnya, menahan nilai tukar di level Rp 14.900-an per dolar AS.

"Hanya saja, dengan kondisi ekonomi global yang tak pasti dan tekanan dari The Fed, jika BI mampu melakukan intervensi untuk mempertahan rupiah di level 14.900an saja udah cukup bagus, selama fluktuasinya tidak terlalu tinggi," ujar dia.

"Karena sebenarnya, yang dibutuhkan oleh dunia usaha adalah kepastian nilai tukar, sehingga mereka bisa melakukan perhitungan usaha dan proyeksi bisnis ke depanya," tambahnya menerangkan.

Ia mengamini kalau fluktuasi mata uang rupiah beberapa waktu belakangan memang kurang menggambarkan fundamental ekonomi nasional. Pergerakannya sejak akhir tahun lalu sangat dipengaruhi oleh psikologi dan sentimen pasar atas kebijakan tapering dan kenaikan suku bunga The Fed.

"Yang berpengaruh langsung pada besaran capital outflow, terutama dari sektor finansial. Sehingga, mau tidak mau, nilai rupiah saat ini akhirnya menjadi undervalued, lebih rendah dari underlyingnya, yakni kinerja ekonomi yang relatif cukup baik," paparnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dampak Positif

Di sisi lain, pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS membawa dampak positif. Misalnya, terhadap kinerja ekspor dan tentunya pendapatan dari kegiatan ekspor.

"Dampak positifnya akan dinikmati oleh eksportir dan pemerintah. Eksportir akan mengantongi kelebihan selisih mata uang dari volume ekspor yang sama, karena saat mereka mengonversi dolar yang mereka terima akan mendapatkan jumlah rupiah yang lebih banyak," tuturnya.

"Begitu pula dengan penerimaan negara dari ekspor, yang tentu juga akan ikut naik, seiring dengan peningkatan penerimaan para eksportir, walaupun volumenya ekspornya tetap sama," tambah Ronny.

 

3 dari 4 halaman

Dampak Negatif

Di sisi impor, akan memperbesar angka yang didapatkan imbas dari konversi mata uang digunakan.

"para importir, produsen domestik yang menggunakan bahan baku atau bahan setengah jadi atau barang modal dari luar, akan menerima dampak negatifnya. Mereka akan membutuhkan lebih banyak rupiah untuk volume barang yang sama dan untuk nominal dolar yang sama," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu (21/9/2022).

Jika ini terjadi, karena pelemahan yang berangsur lama, akibatnya harga barang yang memerlukan bahan impor akan mengalami kenaikan. Termasuk juga harga BBM, jika harga minyak dunia ikut terkerek naik imbas pelemahan rupiah.

"Dan pada ujungnya akan ikut memperburuk angka inflasi kita," kata dia.

 

4 dari 4 halaman

Utang Luar Negeri Indonesia

Dampak yang lebih besar, pelemahan nilai tukar ini akan menambah jumlah nominal utang luar negeri pemerintah, meski nominal secara dolar AS-nya tetap sama. Ini akibat dari mata uang yang digunakan di dalam negeri adalah rupiah.

"Karena pemerintah di dalam negeri menggunakan mata uamg rupiah, terutama dalam penerimaan pajak, mau tak mau jumlah rupiah dari utang luar negeri pemerintah akan terkerek naik juga sesuai dengan pergerakan mata uang rupiah terhadap dolar," terangnya.

Diberitakan sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu pagi melemah, menembus level psikologis 15.000 per dolar AS. Sentimen utamanya, jelang pengumuman hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).

Rupiah melemah 24 poin pagi ini atau 0,16 persen ke posisi 15.008 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.984 per dolar AS.

"Pasar masih menunggu pengumuman hasil rapat The Fed. Ekspektasi pasar The Fed masih akan menaikkan nilai suku bunga di kisaran 50 - 100 basis poin," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama dikutip dari Antara, Rabu (21/9/2022).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.