Sukses

Harga Emas Dunia Hari Ini Menguat di Tengah Laporan PDB AS

Analis mengatakan bahwa resesi di AS akan positif untuk harga emas. Berapa harga emas dunia hari ini?

Liputan6.com, Jakarta Pasar emas, memegang keuntungan yang solid menyusul laporan ekonomi terbaru. Harga emas hari ini di pasar berjangka diperdagangkan pada USD 1.741,50 per ounce, naik 1,32 persen untuk Agustus.

Meski mungkin belum resesi resmi terjadi, tetapi nyatanya ekonomi AS mengalami kontraksi untuk kuartal kedua berturut-turut.

Melansir laman Kitco, Jumat (29/7/2022), Departemen Perdagangan mengatakan jika Produk Domestik Bruto AS turun 0,9 persen pada kuartal kedua, meleset dari perkiraan pasar untuk kenaikan 0,4 persen.

“Penurunan PDB riil mencerminkan penurunan investasi inventaris swasta, investasi tetap perumahan, pengeluaran pemerintah federal, pengeluaran pemerintah negara bagian dan lokal, dan investasi tetap non-perumahan yang sebagian diimbangi oleh peningkatan ekspor dan pengeluaran konsumsi pribadi,” kata laporan itu.

Penurunan aktivitas ekonomi terjadi karena PDB AS berkontraksi 1,6 persen pada kuartal pertama. 

Secara resmi, Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) adalah lembaga yang secara resmi menyatakan resesi, yang biasanya terjadi setelah berbulan-bulan penelitian dan perdebatan; namun definisi tradisional adalah ketika ekonomi berkontraksi selama dua kuartal berturut-turut.

Analis mengatakan bahwa resesi di AS akan positif untuk emas karena dapat memaksa Federal Reserve untuk memperlambat laju kenaikan suku bunganya pada saat inflasi tetap terus meningkat.

Namun, tidak semua ekonom mengharapkan Federal Reserve untuk mengurangi sikap kenaikan suku bunga yang agresif.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Inflasi Masalah Utama

Andrew Hunter, Ekonom senior AS di Capital Economics, mengatakan bahwa inflasi tetap menjadi masalah utama yang perlu ditangani oleh bank sentral AS.

"Secara keseluruhan, data mengkonfirmasi bahwa pertumbuhan yang mendasarinya telah melambat tajam, tetapi dengan kondisi pasar tenaga kerja yang masih bertahan dan inflasi yang terlalu tinggi, itu tidak akan meyakinkan The Fed untuk membatalkan rencana pengetatannya," katanya.

Menurut analis pasar, laporan tersebut menunjukkan bahwa inflasi memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Laporan tersebut mengatakan bahwa Indeks Harga PDB kuartal naik 8,7 persen, naik dari pembacaan kuartal pertama 8,2. Para ekonom mengharapkan peningkatan sebesar 7,9 persen.

“Kehilangan itu tampaknya sebagian besar didorong oleh inflasi yang lebih tinggi yang menyeret turun pertumbuhan riil. Deflator di 8,9 persen mengambil seluruh poin persentase dari berita utama dibandingkan dengan yang diharapkan,” kata Adam Button, kepala strategi mata uang di Forexlive.com.

 

3 dari 3 halaman

Isi Laporan Lainnya

Laporan tersebut juga mencatat bahwa konsumsi pribadi terus turun, meningkat 1,1 persen pada kuartal kedua, turun dari 1,8 persen dari kuartal pertama.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa perdagangan AS mulai rebound. Ekspor meningkat 18 persen pada kuartal kedua sementara impor meningkat 3,1 persen.

Namun, kenaikan suku bunga berdampak pada pengeluaran investasi, terutama dari konsumen. Laporan itu mengatakan bahwa investasi rumah turun 14 persen pada kuartal kedua, turun dari kenaikan 0,4 persen di kuartal 1. Di sisi bisnis, investasi peralatan turun 2,7 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.