Sukses

Moeldoko: Pertumbuhan Ekonomi RI Masih Lebih Tinggi dari Negara Lain

Ekonomi Indonesia relatif baik di tengah situasi perekonomian global yang sedang tidak baik-baik saja karena meningkatnya harga komoditas energi dan pangan di pasar mancanegara.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan ekonomi Indonesia relatif baik di tengah situasi perekonomian global yang sedang tidak baik-baik saja karena meningkatnya harga komoditas energi dan pangan di pasar mancanegara.

“Saya ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa kondisi lingkungan global memang tidak sedang baik, dan kondisi ekonomi nasional kita relatif cukup baik karena pertumbuhan kita masih cukup tinggi dibandingkan negara-negara lain,” kata Moeldoko di Gedung Bina Graha, dikutip dari Antara, Senin (25/7/2022).

Moeldoko mengutip data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2022 yang mencapai 5,01 persen (year on year/yoy). Kemudian, inflasi Indonesia juga masih terkendali.

Hal itu berbeda dengan indeks harga konsumen di beberapa negara lain yang melambung tinggi imbas fluktuasi harga komoditas global.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia hingga Juni 2022 sebesar 4,35 persen (yoy).

Moeldoko mengatakan Pemerintah Indonesia sudah berupaya keras untuk mengendalikan harga komoditas di pasar domestik, agar tidak berimbas kepada inflasi dan daya beli masyarakat.

"Di antaranya, harga minyak kemarin yang masih tidak stabil dan Alhamdulillah sekarang sudah menuju stabil,” ujarnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Risiko

Menurut survei Bloomberg, kata Moeldoko, Indonesia memiliki risiko yang kecil yakni 3 persen untuk masuk ke resesi ekonomi.

“Bahkan Bloomberg sudah memperkirakan, melakukan rangking beberapa negara sampai dengan 15 negara yang memiliki resiko ekonomi yang menuju worst (terburuk),” ujarnya.

Pernyataan Moeldoko tersebut untuk merespons hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) periode 27 Juni-5 Juli 2022. Hasil survei LSI menunjukkan bahwa 64 persen responden puas dengan kinerja Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi). Tingkat kepuasan dari survei tersebut menurun tipis dibandingkan hasil survei LSI sebelumnya yang sebesar 67 persen.

"Jadi kalau sekarang ada penilaian seperti itu memang masyarakat melihat bahwa ada beberapa komoditas yang sedang naik tetapi pemerintah sudah bekerja untuk menurunkan itu," kata Moeldoko.

Rincian hasil survei LSI periode 27 Juni-5 Juli 2022 adalah sebesar 64 persen responden merasa puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo, kemudian 13,5 persen responden merasa sangat puas dengan kinerja Presiden, dan 50,5 persen responden merasa cukup puas.

Lebih lanjut, sebesar 27,2 responden mengatakan kurang puas, 5,9 persen mengatakan tidak puas sama sekali, dan sebesar 2,9 persen mengatakan tidak tahu atau tidak menjawab.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Turun, BI Ramal Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,5 Persen di 2022

Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 turun ke bawah. Hal itu dipengaruhi oleh perlambatan perkembangan perekonomian global.

“Pertumbuhan ekonomi 2022 diperkirakan bias ke bawah dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia tahun 2022, yaitu 4,5 persen sampai 5,3 persen,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juli 2022 dengan Cakupan Triwulanan, Kamis (21/7/2022).

Perry menjelaskan, kinerja ekspor akan dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global. Karena permintaan global juga terpengaruh perlambatan ekonomi global.

“Tentu hal itu mempengaruhi kinerja ekspor secara riil ke depan Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry.

Sementara itu, terdapat harga-harga inflasi IHK mulai dari harga pangan maupun harga energi yang tidak disubsidi, tentu saja akan berpengaruh kepada tingkat kecepatan kenaikan konsumsi swasta.

“Oleh karena itu kami masih melihat pertumbuhan ekonomi kisarannya tahun ini 4,5 persen sampai 5,3 persen, tapi tentu akan lebih rendah dari titik tengahnya yaitu 4,9 persen. Itu kami sampaikan risiko pertumbuhan ekonomi ke depan akan bias ke bawah dalam kisaran 4,5 sampai 5,3 persen,” ujarnya.

Kendati begitu, pihaknya menyebut perekonomian domestik diperkirakan terus berlanjut meskipun dampak perlambatan ekonomi global perlu tetap diwaspadai.

Perekonomian domestik pada triwulan II tahun 2022 diperkirakan terus melanjutkan perbaikan ditopang peningkatan konsumsi dan investasi non bangunan, serta kinerja ekspor lebih tinggi dibanding perkiraan awal.

4 dari 4 halaman

Sisi Eksternal

Berbagai indikator dini pada Juni 2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan ekspansi Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur, mengindikasikan terus membaiknya pemulihan ekonomi domestik.

Dari sisi eksternal, kinerja ekspor lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, khususnya pada komoditas batu bara, besi baja, dan biji logam, didukung oleh permintaan ekspor yang tetap kuat dan harga komoditas global yang masih tinggi.

“Pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh perbaikan berbagai lapangan usaha, seperti Industri Pengolahan, Perdagangan, transportasi dan pergudangan,” ujarnya.

Sementara itu secara spasial perbaikan ekonomi ditopang oleh seluruh wilayah terutama, Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Kedepan perbaikan domestik didukung oleh peningkatan mobilitas, sumber pembiayaan, dan aktivitas dunia usaha. Namun, demikian perlambatan ekonomi global dapat berpengaruh terhadap kinerja ekspor. Sementara kenaikan inflasi dapat menahan peningkatan konsumsi swasta.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.