Sukses

Sebut Harga Cabai Naik jadi Bonus Petani, Pedagang: Logikanya Salah Pak Mendag!

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyayangkan pernyataan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan soal kenaikan harga cabai

Liputan6.com, Jakarta Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyayangkan pernyataan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan soal kenaikan harga cabai. Hal itu dipandang tak kurang tepat dilontarkan pejabat negara.

Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Pembinaan Pasar dan Pendidikan Pedagang Pasar Ahmad Choirul Furqon menyatakan kekecewaannya. Ia menilai permasalahan yang terjadi di lapangan tak semudah yang dilontarkan Mendag Zulkifli Hasan.

“Masalah yang terjadi di lapangan tidak semudah atau sesimpel yang dijalaskan oleh Mendag Zulkifli Hasan. Yang terjadi di lapangan jauh lebih komplek dan sebenarnya harus segera diberikan penanganan sangat serius,” kata dia dalam keterangannya, Jumat (24/6/2022).

Untuk diketahui, sebelumnya Mendag Zulkifli Hasan menyebut kenaikan harga cabai yang terjadi saat ini sebagai bonus bagi petani. Ia juga mengatakan kenaikan harga ini hanya faktor musiman.

“Kami sangat menyayangkan pernyataan Menteri Perdagangan Bapak Zulkifli Hasan. Entah itu diniatkan guyonan atau tidak, namun hal tersebut tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang Menteri, jangan hibur pedagang atau petani dengan logical fallacy atau kesalahan berlogika” ujar Furqon.

Lebih lanjut, IKAPPI menjelaskan bahwa sebenarnya harga cabai dari para petani normal dan tidak ada kenaikan signifikan.

“Kami sedikit banyak berdiskusi dengan beberapa petani, mereka mengatakan harga dari petani normal, bahkan tidak ada kenaikan yang signifikan, hal ini juga telah diafirmasi Mentan beberapa hari yang lalu. Jadi apabila terjadi kenaikan harga yang tidak rasional, berarti ada masalah besar di jalur tengah, yaitu rantai distribusi pangan,” tandasnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Efek Domino

Furqon menambahkan bahwa ketidaknormalan harga pangan seperti cabai ini memberikan efek domino. Sehingga apabila tidak ditangani dengan serius akan merugikan pedagang yang ada di hilir.

“Harga yang tidak normal di pasar saat ini tidak selayaknya ditanggapi dengan selorohan bercanda. Apabila permasalahan ini tidak segera diatasi di tingkat hulu, maka akan memberikan domino efek ke sektor usaha di hilir,” imbuh dia.

Adanya masalah diharapkan tidak memberikan dampak buruk terhadap citra Kementerian Perdagangan secara institusi maupun Menteri Perdagangan secara personal.

“Masalah ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut, bahan pangan pokok merupakan Sesuatu yang penting untuk memenuhi hajat hidup seluruh masyarakat Indonesia. Jangan sampai masalah yang dibuat selorohan ini akan menyebabkan dampak buruk berupa distrust public terhadap Kemendag secara lembaga atau Mendag Zulhas (Zulkifli Hasan) secara personal,” pungkas Furqon.

 

3 dari 4 halaman

Pernyataan Mendag Zulkifli Hasan

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan kenaikan harga cabai saat ini menjadi momentum bonus tahunan bagi petani. Apalagi kenaikan harga cabai dipengaruhi cuaca yang tidak menentu.

"Saya tanya orang pasar katanya itu biasa, memang ada musimnya. Biarlah untuk petani ada bonus tahunan," kata Zulkifli saat berkunjung ke kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, dikutip Selasa (21/6).

Selain aneka cabai, harga bawang merah juga mengalami peningkatan signifikan. Berdasarkan Info Harga Pangan Nasional, harga bawang merah di Jakarta telah mencapai Rp 60.850 per kilogram.

Sedangkan provinsi lainnya di Pulau Jawa harga bawang merah di atas Rp 50.000 per kilogramnya.

Harga bawang merah tertinggi tercatat di Gorontalo sebesar Rp 79.350 per kilogram. Sedangkan harga termurah di Kepulauan Riau sebesar Rp 32.800 per kilogram.

Mahalnya harga 2 bahan pangan tersebut tidak lantas membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan impor. Ia menyebut keran impor hanya dibuka untuk komoditas atau bahan pangan yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri.

"Bawang merah kalau kita impor nanti petani hancur, yang di Tegal, di Brebes. Makanya ini perlu kita komunikasikan (dengan Kementerian Pertanian), jangan sampai ada gep," kata Zulkifli.

Zulkifli menyebut pemerintah akan buka keran impor jika barang yang dibutuhkan sudah memengaruhi kenaikan inflasi. Sementara kenaikan harga cabai dan bawang merah disebabkan faktor musiman.

"Kita lihat, kalau misalnya diperlukan saja, kalau barangnya akan pengaruhi inflasi oke (impor), tapi kalau cabai merah, rawit dan keriting itu kan memang ada musimnya," kata dia.

 

4 dari 4 halaman

Tak Impor

Mahalnya harga 2 bahan pangan tersebut tidak lantas membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan impor. Zulkifli menyebut keran impor hanya dibuka untuk komoditas atau bahan pangan yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri.

"Bawang merah kalau kita impor nanti petani hancur, yang di Tegal, di Brebes. Makanya ini perlu kita komunikasikan (dengan Kementerian Pertanian), jangan sampai ada gep," kata dia.

Zulkifli menyebut pemerintah akan buka keran impor jika barang yang dibutuhkan sudah memengaruhi kenaikan inflasi. Sementara kenaikan harga cabai dan bawang merah disebabkan faktor musiman.

"Kita lihat, kalau misalnya diperlukan saja, kalau barangnya akan pengaruhi inflasi oke (impor), tapi kalau cabai merah, rawit dan keriting itu kan memang ada musimnya," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.