Sukses

Ada Perang Rusia Ukraina, IMF Pangkas Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Global Hingga Dua Tahun

IMF pangkas perkiraan tentang pertumbuhan ekonomi global pada 2022-2023 menyusul konflik Rusia Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan tentang pertumbuhan ekonomi global dalam dua tahun ke depan karena perang Rusia Ukraina.

"Dampak ekonomi dari perang menyebar jauh dan luas," kata IMF dalam laporan outlook terbarunya, dikutip dari CNN, Rabu (20/4/2022).

IMF sekarang memperkirakan ekonomi dunia tumbuh 3,6 persen pada 2022 dan 2023. Angka baru ini menandai penurunan tajam dari pertumbuhan 6,1 persen pada 2021.

Prakiraan baru itu juga menandai penurunan peringkat masing-masing 0,8 dan 0,2 poin persentase, dari perkiraan Januari.

IMF juga memperkirakan ekonomi Ukraina menyusut 35 persen tahun ini, sementara upaya negara Barat untuk menekan Rusia memungkinkan ekonominya berkontraksi 8,5 persen.

Tetapi karena perang telah menyebabkan lonjakan harga energi dan komoditas lainnya, memperburuk masalah rantai pasokan dan memenuhi ekspektasi inflasi yang lebih persisten, IMF melihat dampaknya akan terlihat lebih luas.

"Perang akan sangat menghambat pemulihan global, memperlambat pertumbuhan dan meningkatkan inflasi lebih jauh," beber IMF, menekankan bahwa ekonomi dunia belum sepenuhnya pulih dari pandemi Covid-19 ketika konflik Rusia-Ukraina pecah pada akhir Februari.

Di Eropa, yang sangat bergantung pada pasokan energi dari Rusia, pertumbuhan ekonominya diperkirakan melambat menjadi 2,8 persen pada 2022  turun 1,1 poin persentase dibandingkan Januari.

Sementara ekonomi Amerika Serikat, diperkirakan relatif terisolasi.

Namun kelemahan di antara mitra dagang, serta rencana Federal Reserve untuk segera menarik kembali dukungan era pandemi untuk ekonomi dan menaikkan suku bunga, membebani prospek.

IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 3,7 persen pada 2022 dan 2,3 persen pada 2023, turun 0,3 poin persentase sejak perkiraan terakhirnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perkiraan IMF Soal Pertumbuhan Ekonomi China Imbas Konflik Rusia-Ukraina

IMF memperkirakan China akan mencatat pertumbuhan 4,4 persen pada 2022. 

Angka itu jauh di bawah target resmi Beijing yang sekitar 5,5 persen.

Diketahui bahwa negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu kini tengah menghadapi tantangan akibat lockdown Covid-19, dampak dari perang di Ukraina serta masalah di sektor propertinya.

Sementara laporan IMF mengamati bahwa "prospek ekonomi global telah memburuk secara signifikan" sejak awal tahun, laporan tersebut tidak memprediksi resesi, yang biasanya disebut IMF ketika pertumbuhan ekonomi turun menjadi 2,5 persen atau lebih rendah.

Tetapi IMF juga mencatat ketidakpastian "jauh di luar kisaran normal" seputar proyeksinya karena sifat guncangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan risiko perlambatan yang lebih besar, dikombinasikan dengan inflasi yang terus-menerus meningkat.

Adapun Goldman Sachs yang memperkirakan resesi AS sebesar 15 persen dalam 12 bulan ke depan dan 35 persen dalam 24 bulan ke depan.

Kemudian Bank investasi Jepang Nomura mengatakan bahwa adanya kemungkinan yang meningkat China jatuh ke dalam resesi musim semi ini.

Dengan banyaknya dampak konflik terhadap harga komoditas dan pasokan energi, banyak negara yang bergantung pada langkah Presiden Rusia Vladimir Putin selanjutnya.

Jika pasokan gas alam Rusia ke Jerman tiba-tiba terputus, ekonomi terbesar Eropa bisa kehilangan output mengejutkan hingga USD 238 miliar selama dua tahun ke depan, menurut analis terkemuka negara itu.

Di sisi lain, Eropa juga diperkirakan bakal melangkah lebih jauh dalam memberlakukan sanksi terhadap sektor energi Rusia.

Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan bahwa embargo minyak Rusia di tingkat Uni Eropa sedang diproses, menambahkan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron menginginkan langkah tersebut.

"Alasan kami belum sampai di sana bukan karena Prancis tidak menginginkannya," kata Le Maire kepada radio Europe 1.

"Itu karena masih ada mitra Eropa tertentu yang ragu-ragu," ungkapnya.

3 dari 3 halaman

Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2022 Jadi 3,2 Persen

Sebelumnya, Bank Dunia juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2022 hampir satu poin persentase penuh, dari 4,1 persen menjadi 3,2 persen. Perubahan ini menyusul dampak konflik Rusia-Ukraina terhadap ekonomi dunia.

Dilansir dari CNBC International, Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan faktor terbesar dalam penurunan adalah kontraksi proyeksi ekonomi 4 ,1 persen di seluruh Eropa dan Asia Tengah.

Faktor lain di balik perlambatan pertumbuhan ekonomi pada Januari 2022 termasuk tingginya biaya makanan dan bahan bakar yang ditanggung oleh konsumen di negara maju di seluruh dunia.

Bank Dunia sedang "mempersiapkan tanggapan krisis yang berkelanjutan, mengingat banyaknya krisis," ungkap Malpass.

"Selama beberapa minggu ke depan, saya berharap untuk berdiskusi dengan dewan kami, dan bantuan respons krisis selama 15 bulan sekitar USD 170 miliar untuk April 2022 hingga Juni 2023," bebernya. 

Tingginya sebagian harga komoditas terjadi setelah negara Barat memberlakukan sanksi terhadap sektor energi Rusia, yang telah menaikkan harga minyak dan gas di seluruh dunia.

Gangguan ekspor pertanian dari Ukraina juga disebut sebagai faktor yang mendorong harga menjadi lebih tinggi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.