Sukses

Perang Rusia-Ukraina Kerek Harga Batu Bara, Devisa Negara Bakal Naik

Harga batu bara global terus terkerek naik imbas Konflik Rusia-Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta Harga batu bara global terus terkerek naik imbas Konflik Rusia-Ukraina. Kenaikan harga batu bara juga sudah terjadi sejak 2021, karena tingkat produksi yang belum mengimbangi jumlah permintaan.

"Konflik ketegangan geopolitik yang terjadi di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina menyebabkan ketidakpastian pada pasokan gas," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan nformasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi, dikutip dari pernyataan resminya, Rabu (16/3/2022).

Dikatakan Agung, Rusia merupakan salah satu produsen gas terbesar di dunia. Sehingga adanya konflik tersebut menyebabkan terjadinya kendala pasokan gas di Eropa.

"Akibatnya negara-negara Eropa mulai beralih kembali ke batu bara sebagai sumber energi," imbuh dia.

Sebagai catatan, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Maret 2022 sudah mencapai harga USD 418,75 per MT. Bahkan, jika melansir Barchart.com, harga kontrak untuk April 2022 di ICE Newcastle telah mencapai angka USD 478 per MT.

Sementara di Indonesia, Kementerian ESDM telah menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) pada Maret 2022 sebesar USD 203,69 per ton, atau naik USF 15,31 per ton dari Februari lalu, yaitu USD 188,38 per ton.

Tingginya harga komoditas batu bara akibat situasi geopolitik dunia saat ini, sejatinya bisa dijadikan momentum bagi Indonesia untuk meningkatkan pendapatan dan devisa negara.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sumber Devisa

Disampaikan pengamat pertambangan, Ahmad Redi, di tengah masa pandemi komoditas batu bara telah menjadi salah satu sumber devisa. Pendapatan yang diperoleh dari komoditas ini sangat membantu penerimaan negara, yang terganggu dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi.

“Karena pada masa pandemi ini ternyata komoditas batu bara ini sangat signifikan kenaikan harganya. Di satu sisi ini berkah bagi penerimaan negara,” kata pengajar di Universitas Tarumanegara tersebut.

Kenaikan harga batu bara, kata Redi, merupakan berkah bagi perusahaan batu bara dan sekaligus berkah bagi perekonomian nasional kita.

“Karena royalti pasti akan naik, karena persentase royalti batu bara itu ditentukan dari harga jualnya. Lalu PPN dan PPh dari sektor ini juga akan naik. Termasuk pajak ekspor dan lainnya. Artinya ini dari sisi penerimaan negara kenaikan harga batu bara sangat baik,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga sempat menyebut, penerimaan negara dari sektor pertambangan mineral dan batu bara (Minerba) membukukan angka Rp 124,4 triliun di 2021.

Nilai tersebut mencakup pajak, bea keluar, hingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

"Ini adalah penerimaan yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir," ucap Sri Mulyani.

Bendahara Negara juga menjelaskan, pencapaian rekor penerimaan negara dari sektor minerba tersebut dipicu oleh meningkatnya harga komoditas pertambangan, seperti batu bara.

"Kenaikan harga komoditas mineral dan batu bara memberikan kontribusi besar," tutup Sri Mulyani.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.